Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Perempuan: Waktu Kecil Hobi Main Masak-Masakan, Sudah Besar Disuruh Masak Beneran Malasnya Minta Ampun

Reni Soengkunie oleh Reni Soengkunie
14 Juni 2019
A A
masak

masak

Share on FacebookShare on Twitter

Saat kecil dulu, bukan hal aneh kalau anak perempuan suka merecoki Ibu yang tengah sibuk memasak. Pengennya sih ikutan masak—potong-potong sayur, ulek-ulek bumbu, atau aduk-aduk masakan di wajan. Lalu dengan muka garang Ibu justru menyuruh si anak perempuan ini untuk bermain di luar atau nonton televisi saja.

Alasan si ibu cukup masuk akal. Karena menurut saya, memasak itu butuh ketenangan dan konsentrasi yang tinggi sehingga dapat menciptakan cita rasa masakan yang lezat. Nah, kehadiran anak-anak di dapur itu seolah menjadi penghambat kinerja Ibu. Sang Ibu seolah tak bisa cekatan melakukan pekerjaannya karena dia juga harus mengawasi buah hatinya.

Selain itu, dapur juga bukan merupakan tempat yang aman untuk bermain. Seperti yang kita tahu ada banyak benda tajam seperti pisau yang dapat menciderai si anak. Belum lagi api di kompor serta minyak panas. Kalau tidak hati-hati dan tidak diawasi dengan saksama, hal itu bisa membahayakan buah hati. Oleh karena itu, dengan segala pertimbangan, kebanyakan ibu-ibu sepakat untuk dengan tegas mengusir anaknya dari dapur ketika mereka memasak.

Walaupun ada juga sih sebagian ibu yang sengaja membiarkan anak perempuannya untuk berkutat di dapur. Mereka ini justru menyuruh anaknya membantu, walau pada kenyataannya cuma bantuin mengobrak-abrik saja.

Biasaya ibu-ibu jenis ini menganut paham warisan nenek moyang. Sebuah paham yang menyatakan bahwa seluruh wanita di muka Bumi ini harus bisa memasak. Jadi, semenjak kecil mereka sudah mengajari dan menggembleng anak perempuannya untuk belajar memasak. Agar saat besar nanti dia bisa menjadi ibu rumah tangga yang baik dengan bisa memasak masakan yang lezat untuk suami dan anak-anaknya.

Entah mengapa, kebanyakan anak perempuan—terutama saat masih menjadi anak-anak—biasanya sangat tertarik dengan dunia masak-memasak. Bisa jadi karena setiap hari mereka melihat ibunya sibuk memasak di dapur. Seperti yang kita pahami, bahwa imajinasi anak-anak itu sangat luas dan absurd.

Kadang kala anak perempuan—termasuk saya dulu—sangat suka membayangankan diri mereka menjadi orang dewasa. Di dalam dunianya, mereka akan membayangkan menjadi seorang ibu-ibu yang menjadikan boneka Teddy Bear sebagai anaknya.

Selayaknya seorang ibu yang profesional, si anak ini juga akan membuat masakan untuk buah hatinya. Lalu setelah masakannya matang, dia akan menggendong anaknya memakai kain jarik dan akan menyuapi sambil menimang-nimangnya. Wahai perempuan, kalian pernah kan kayak gini waktu kecil dulu? Kalau kalian belum pernah melakukan hal konyol seperti ini, berarti masa kecilmu sungguh amat membosankan sekali.

Baca Juga:

Sebagai Anak Kos, Saya Muak Lihat Konten TikTok Rp10 Ribu Sehari untuk 3 Kali Makan. Nggak Masuk Akal!

Mindfulness Parenting Mengajari Saya untuk Tidak Menurunkan Trauma kepada Anak Masa Depan Saya

Bermain masak-masakan itu sebuah permainan yang seru dan menyenangkan. Mau main sendiri atau rame-rame bersama teman, tetap saja seru. Dunia anak-anak itu selaras, jadi imajinasi mereka pun kebanyakan seragam. Gak ada kan anak kecil yang mengejek temannya yang main masak-masakan sebagai sebuah kegiatan yang konyol?

Walaupun sayuran yang dimasak itu hanya berupa daun-daunan atau rumput, walau yang dijadikan nasinya cuma tanah, walau yang dijadikan tahu-tahuannya cuma pelepah pisang—tapi semua itu benar-benar nyata di dunia anak-anak. Semua itu jauh berbeda dengan dunia orang dewasa—kadang di dunia yang nyata, mereka justru ingin lari untuk pergi ke dunia imajinasi yang liar. Karena mereka tahu kenyataan itu kadang begitu sulit dan berat untuk dijalani.

Dulu nih ya, saat saya dan teman-teman saya main masak-masakan selalu saja diomeli oleh para orang tua dengan berbagai alasan. Alasan klasiknya sih biasanya si emak ngomel karena pisau dapurnya dipakai buat mainan atau karena mengotori teras rumah. Alasan berlanjut karena tak ingin anak perempuannya menjelma menjadi Satria Baja Hitam gara-gara main panas-panasan terus di luar rumah.

Setelah besar, dunia polos versi anak-anak itu ikutan memudar. Kalau dulu melihat, tanah itu bawaannya pengen ndeprok dan kemudian mengeluarkan perkakas untuk mulai bermain, maka kini semua itu tak akan terjadi di dunia remaja. Kini jangankan mau mainan tanah, kepanasan dikit aja udah takut kalau kulitnya hitam, kering, berminyak, dan berjerawat.

Roda berputar. Jika dulunya para ibu-ibu kesulitan banget untuk mengusir anaknya dari dapur, maka kini ibu-ibu kembali pusing gara-gara kesulitank untuk menyeret anak gadisnya ke dapur. Mereka tengah sibuk dengan dunia baru—main-main gawai, jalan-jalan, atau nongkrong di kafe. Masak-memasak seolah bukan hal menarik lagi saat mereka sudah besar—walau ada sih, anak gadis yang masih tetap konsisten suka dengan memasak.

Gertakan para ibu yang mengatakan, “Kalau nggak bisa masak nanti suami sama anakmu mau dikasih makan apa?” seolah bukan hal menyeramkan lagi. Toh, tanpa perlu keluar rumah pun abang Go-Food sudah mengatarkan makanan sampai depan pintu. Zaman sudah semakin maju, para wanita pun kini sudah sibuk berkarier di luar rumah. Jangankan untuk memasak, pulang ke rumah saja bawaannya sudah capek duluan.

Lagi pula tujuan menikah itu adalah membangun sebuah rumah tangga yang harmonis—bukan rumah makan yang laris. Ya, kan? Jadi tak ada dalil yang mengharuskan bahwa wanita itu harus bisa masak.

Walupun pada kenyataannya, semua wanita itu pada dasarnya bisa memasak. Meski kelihatannya saat masih belum menikah teknik memasaknya sangat payah, namun saat sudah kepepet dan anaknya nangis minta makan maka mau tak mau nantinya juga bisa masak—apalagi kalau dapat mertua galak. hoho

Jika saat ini ada perempuan yang malas memasak, jangan menghakiminya secara sepihak. Bisa jadi, karena dulu waktu kecil ia sudah terlalu sering memasak—jadi waktu besarnya ia sudah jenuh. Terlebih, kalau semua wanita di dunia ini semua rajin memasak di rumah, tentu saja nanti kasian warung-warung makan pada bangkrut. Jadi untuk menstabilkan perekonomian dunia, Tuhan sengaja menciptakan perempuan-perempuan yang malas memasak. uwuwu~

Terakhir diperbarui pada 17 Januari 2022 oleh

Tags: masa kecilMasakParenting
Reni Soengkunie

Reni Soengkunie

Manusia yang suka mainan sama kucing, suka nonton video kucing, dan hobi ngobrol sama kucing. IG/Twitter: @renisoengkunie.

ArtikelTerkait

anak bungsu

Nasib Menjadi Anak Bungsu: Dari Disayang Sampai Dengan Menjadi Pesuruh

26 Juni 2019
Pengalaman Masa Kecil Bikin Saya Gugup Datang ke Hajatan Mewakili Orang Tua

Pengalaman Masa Kecil Bikin Saya Gugup Datang ke Hajatan Mewakili Orang Tua

4 Februari 2021
resep dalgona coffee cara bikin bahan kopi viral mudah cara masak karantina social distancing physical distancing mojok.co

Resep Dalgona Coffee, Kopi Viral Buah Karya Orang yang Bosen Swakarantina

1 April 2020
selebgram

Strategi Marketing Parenting ala Selebgram

20 Oktober 2019
Tauco, Bumbu Alternatif Jika Bosan dengan Bumbu Kacang terminal mojok

Tauco, Bumbu Alternatif jika Bosan dengan Bumbu Kacang

21 September 2021
ketakutan pada anak

Jangan Mendidik Anak dengan Ketakutan-Ketakutan

17 Juni 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Solo Gerus Mental, Sragen Memberi Ketenangan bagi Mahasiswa (Unsplash)

Pengalaman Saya Kuliah di Solo yang Bikin Bingung dan Menyiksa Mental “Anak Rantau” dari Sragen

13 Desember 2025
Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

17 Desember 2025
Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

19 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Panduan Membeli Toyota Vios Bekas: Ini Ciri-Ciri Vios Bekas Taxi yang Wajib Diketahui!

18 Desember 2025
KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

18 Desember 2025
Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.