Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Penyebab Orang Lamongan Pantang Makan Lele meskipun Jualan Pecel Lele

Annisa Herawati oleh Annisa Herawati
12 September 2020
A A
Penyebab Orang Lamongan Pantang Makan Lele Meskipun Jualan Pecel Lele terminal mojok.co

Penyebab Orang Lamongan Pantang Makan Lele Meskipun Jualan Pecel Lele terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Ketika saya masih nyantri di salah satu pondok pesantren di Malang, saya mempunyai teman yang seorang bocah Lamongan. Suatu hal yang umum bagi para santri, jika ada salah satu kawan yang baru disambang, kita bakal mayoran, mukbang bareng ala santri. Nah, kalau menu hasil sambangan ternyata lalapan lele, teman saya yang asal Lamongan tadi lebih memilih hanya makan nasi, kubis, sama sambalnya. Katanya, sebagai orang Lamongan, pantang baginya makan lele. 

Pantangan tersebut sangat dijaga oleh keluarganya. Katanya lagi, pernah salah satu kerabatnya tidak sengaja makan lele, cuma sedikit tapi setelah itu badannya langsung bentol-bentol gatal dan kulitnya berbercak putih.

Uniknya, meskipun ada pantangan tersebut, Lamongan terkenal sebagai kota pecel lele. Konon para penjual pecel lele di sana tidak pernah memakan produk jualannya sendiri. Pantangan tersebut tidak dilakukan orang awam saja. Bupati Lamongan, Pak Fadeli, dalam acara Penyet 1.000 Lele Massal tahun kemarin juga tidak ikut mencicipi gurihnya ikan lele. Beliau hanya mencicipi sambal penyet dengan alasan beliau orang Lamongan, tidak berani makan lele.

Kedudukan lele di Lamongan sama halnya kedudukan sapi di Kudus. Lele merupakan hewan terhormat sehingga warganya tidak berani makan lele. 

Keistimewaan lele di Lamongan erat kaitannya dengan Ki Bayapati, seorang tokoh yang sangat dihormati. Sebenarnya banyak versi yang menceritakan hubungan antara Ki Bayapati dan ikan lele. Dalam tulisan ini, saya merujuk pada cerita teman pondok saya tadi dan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2018) mengenai mitos makan lele.

Suatu hari, Nyi Lurah sowan ke kediaman Kanjeng Sunan Giri dengan tujuan meminjam pusaka guna mencegah terjadinya huru-hara di daerah yang ia pimpin di sekitar wilayah Bojonegoro. Melihat maksud baik Nyi Lurah, Kanjeng Sunan pun meminjamkan sebilah keris dengan beberapa syarat. Di antaranya keris itu tidak boleh digunakan untuk perkara yang menyebabkan kerugian banyak orang serta harus dikembalikan setelah tujuh purnama.

Bulan purnama muncul silih berganti. Tujuan Nyi Lurah telah berhasil ia capai. Daerah kekuasaannya menjadi aman tenteram dan kewibawaannya di hadapan rakyat semakin terangkat. Namun, ia tak kunjung mengembalikan keris tersebut kepada Kanjeng Sunan setelah tujuh purnama terlewati. Kanjeng Sunan khawatir keris tersebut akan disalahgunakan sehingga beliau mengutus salah satu muridnya yang bernama Bayapati untuk mengambil keris tersebut.

Awalnya Bayapati datang menemui Nyi Lurah secara baik-baik. Akan tetapi kedatangannya tidak disambut dengan baik oleh Nyi Lurah yang bersikeras tidak mau menyerahkan keris Kanjeng Sunan kepada Bayapati.

Baca Juga:

Perbaikan Jalan di Lamongan Selatan Memang Layak Diapresiasi, tapi Jangan Selebrasi Dulu, Wahai Pemerintah Daerah!

3 Hal Soal Lamongan yang Jarang Dibahas Banyak Orang

Bayapati undur diri. Guna menghindari kekerasan fisik, Bayapati berinisiatif untuk mengambil keris tersebut secara diam-diam dengan menggunakan “ajian sirep” yang ia miliki. Pada malam harinya, Bayapati memasuki kediaman Nyi Lurah dan berhasil mendapatkan keris gurunya. Sayangnya, Nyi Lurah menyadari keberadaan Bayapati dan langsung berteriak memanggil warga untuk menangkap pencuri yang ada di rumahnya.

Aksi kejar-kejaran massa terhadap Bayapati berlangsung sangat jauh hingga menuju daerah Lamongan. Saat di daerah perbatasan Babat-Pucuk, Bayapati merasa terpojok karena ada pohon asam besar yang menghalangi jalannya. Rintangan tersebut berhasil ia atasi dan ia terus berlari dari kejaran massa. Tepat ketika ia mendapati sebuah kolam yang penuh berisi ikan lele, Bayapati menceburkan dirinya ke sana. Ia merasa sudah tidak ada jalan lain lagi sembari berserah diri kepada Tuhan mengenai hidup dan matinya.

Ketika massa yang mengejarnya tiba di dekat kolam lele, sebagian dari mereka menduga Bayapati bersembunyi di kolam lele tersebut dan sebagian yang lain menyangkalnya karena tidak mungkin ada manusia yang bersembunyi di kolam lele sebab ikan ini memiliki patil yang tajam. Akhirnya massa membubarkan diri dan memutuskan melanjutkan pencarian Bayapati keesokan harinya.

Setelah merasa kondisi aman, Bayapati keluar dari kolam lele tersebut. Ia sangat bersyukur kepada Tuhan atas perlindungan yang telah diberikan kepadanya. Sebagai ungkapan terima kasih kepada ikan lele yang menjadi wasilah penyelamat nyawanya, Bayapati bersumpah ia dan keturunannya tidak boleh memakan lele. Akhirnya kepercayaan ini masih terus berlangsung hingga saat ini di kalangan warga Lamongan.

BACA JUGA Kedudukan Wanita di Masa Nusantara Kuno dan tulisan Annisa Herawati lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 12 September 2020 oleh

Tags: lamonganleleMitospecel lelesejarah
Annisa Herawati

Annisa Herawati

Cah asli Blitar

ArtikelTerkait

keistimewaan

Melihat Keistimewaan Anak ‘Kalung Usus’

30 Agustus 2019
Lamongan (Unsplash.com)

Lamongan Tak Butuh Diromantisasi, Apalagi Dibandingin Sama Jogja

23 Juni 2022
3 Mitos Pantai Payangan Jember yang Banyak Dipercaya Orang Terminal Mojok

3 Mitos Pantai Payangan Jember yang Banyak Dipercaya Orang

23 Februari 2022
3 Air Terjun di Indonesia yang Tidak Boleh Dikunjungi Calon Pengantin Terminal Mojok

3 Air Terjun di Indonesia yang Tidak Boleh Dikunjungi Calon Pengantin

28 Mei 2022
Olahraga Sambil Menyusuri Saluran Air Kuno Magelang Boog Kotta-Leiding Mojok.co

Olahraga Pagi Sambil Menyusuri Saluran Air Kuno Magelang Seru di Awal Saja

30 November 2023
Setelah Pati Bergerak, Saya Berharap Lamongan Juga Tidak Tinggal Diam

Setelah Pati Bergerak, Saya Berharap Lamongan Juga Tidak Tinggal Diam

17 Agustus 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
Bali, Surga Liburan yang Nggak Ideal bagi Sebagian Orang

Pengalaman Motoran Banyuwangi-Bali: Melatih Kesabaran dan Mental Melintasi Jalur yang Tiada Ujung  

19 Desember 2025
Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

18 Desember 2025
Isuzu Panther, Mobil Paling Kuat di Indonesia, Contoh Nyata Otot Kawang Tulang Vibranium

Isuzu Panther, Raja Diesel yang Masih Dicari Sampai Sekarang

19 Desember 2025
Air Terjun Tumpak Sewu Lumajang, Tempat Terbaik bagi Saya Menghilangkan Kesedihan

4 Aturan Tak Tertulis agar Liburan di Lumajang Menjadi Bahagia

17 Desember 2025
Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel
  • Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan
  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.