Pasti kalian tahu, di setiap mall, biasanya ada jasa penitipan helm untuk setiap pengunjung yang memarkirkan kendaraannya di basement. Jasa penitipan helm ini memang sangat membantu untuk sebagian orang, karena dapat mencegah seseorang kehilangan helmnya saat ditinggal di tempat parkir. Tetapi, tidak untuk saya yang merasa tidak membutuhkannya.
Jadi ada cerita yang tidak menyenangkan antara saya dengan jasa penitipan helm. Di saat itu saya sedang ke mall bersama ibu saya yang letaknya tidak jauh dari rumah. Karena ibu saya sedang ada keperluan yang ingin dibeli. Jadi sebagai anak saya, dimintai tolong untuk menemani ibu saya.
Ketika saat berada di tempat parkir, saya tidak meminta helm saya untuk dititipkan ke jasa penitipan helm. Saya biarkan helm saya tergantung di spion motor. Karena saya beralasan helm saya ini bukan tergolong helm yang mahal dan sudah tidak terlihat menarik bagi yang ingin mencuri helm.
Maka dari itu setelah memarkirkan motor, saya dengan ibu saya langsung masuk ke dalam mall. Di dalam mall pun cukup lama, namanya juga menemani perempuan yang banyak pertimbangan ketika membeli sesuatu. Setelah mendapatkan barang yang dicari, bergegaslah kami berdua untuk pulang menuju basement mall.
Lho, helm-ku di mana?
Saat sudah sampai, saya terkaget-kaget melihat helm saya sudah tidak berada di tempatnya semula. Setelah mencari-cari, akhirnya saya menanyakan ke orang yang membuka jasa penitipan helm. “A, liat helm yang ada di motor sebelah sana nggak?”
Ia pun menjawab jika helmnya ada pada dirinya untuk diamankan, sebagai imbal jasanya saya harus membayar lima ribu rupiah. Saya agak bingung dong awalnya karena saya merasa tidak menggunakan jasa tersebut. Meskipun nominalnya tidak seberapa, saya merasa sedang diperas olehnya.
Tidak lama ibu saya menghampiri ke tempat jasa penitipan helm tersebut, karena melihat saya lama sekali mengobrol. Ketika ibu saya mengetahui keadaan sebenarnya, ibu saya senada dengan saya merasa tidak senang atas perlakuan tempat jasa penitipan helm yang seenaknya mengambil helm, kemudian menyuruh kami untuk membayar atas jasanya yang tidak pernah diminta tersebut.
Apalagi ditambah dengan respons dari pegawainya yang sangat tidak ramah alias bintang satu. Setelah alot berdebat akhirnya kami berdua mengalah dan membayar sesuai yang diminta. Tetapi saat ingin helm itu diambil, si pegawai ini menanyakan kepada kami berdua jika helmnya yang mana, saya yang masih kesal menjawab “cari aja sendiri kan situ yang ngambil masa nggak ingat.” Pegawai tersebut pun terlihat tidak senang dan mendiamkan beberapa saat untuk tidak mengambil helm saya.
Pegawai tersebut berkata “ yaudah kalau nggak mau dikasih tahu, tidak akan saya ambil” saya jawab “ya udah kita diem-dieman kayak gini.” Jujur saya ingin sekali menghajar rahang pegawai tersebut. Tetapi saya masih takut kalau keributan nanti malah bikin saya berurusan dengan pihak yang berwajib.
Penitipan helm memang problematik
Dipikir-pikir cuman karena masalah membayar lima ribu untuk penitipan helm saya harus berurusan dengan hukum. Itu sangat tidak worth it, pikir panjang saya dan akhirnya saya mengalah setelah bersitegang dengan pegawai penitipan helm tersebut.
Saya berpikir bahwa jasa penitipan helm ini seharusnya bersifat opsional dan tidak harus memaksa kepada setiap pengendara. Beberapa dari kita mungkin lebih memilih untuk tidak menggunakan jasa tersebut. ketika jasa tersebut diterapkan secara paksa dan menuntut pembayaran, hal tersebut bisa menimbulkan rasa ketidakpuasan. Dan ini bisa menjadi catatan bagi pengelola tempat parkir di setiap mall.
Terlebih dengan cara memaksa dan terkesan arogan. Orang-orang nggak butuh jasa situ, kenapa malah situ yang sok berkuasa?
Penulis: Diaz Robigo
Editor: Rizky Prasetya