Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Penipu via Telepon Kalau Sudah Ketahuan kok Lebih Nyolot Dibanding yang Ditipu, sih?

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
27 Februari 2020
A A
Penipu via Telepon Kalau Sudah Ketahuan kok Lebih Nyolot Dibanding yang Ditipu, sih?
Share on FacebookShare on Twitter

Baru hari kemarin, ketika saya sedang wara-wiri di kawasan jalan Magelang, Jogja, bersama seorang teman, ada pengalaman menarik sekaligus bikin heran. Singkat cerita, sewaktu kami sedang beristirahat di suatu tempat makan, teman saya ditelepon oleh seseorang yang mengaku staf dari salah satu perusahaan dompet digital ternama. Saya beri inisal “O” lah, ya.

Awal mula, penelepon menyapa dengan ramah dan bicara seperti layaknya profesional. Penyebutan kembali nama dan beberapa identitas lain pun benar. Kemudian, teman saya dikabari, katanya memenangkan undian senilai dua juta rupiah. Sebagai manusia biasa yang kadang ceroboh, dia merasa kegirangan. Kapan lagi dapat uang cuma-cuma senilai itu, kan. Lumayan buat beli es kopi kekinian puluhan cup, biar melek terus.

Di sisi lain, ketika menerima telepon tersebut, teman saya tetap berbisik dan bertanya kepada saya, “Aku dapet dua juta. Bener nggak, nih?” Saya langsung memberi kode dengan menyilangkan kedua tangan saya, tanda bahwa jangan langsung percaya. Lalu saya berbisik balik, “Kalau nanya password apa pun atau nomor KTP, jangan dikasih. Di-loudspeaker aja jawab teleponnya.”

Iya, saya sudah curiga dari awal kalau itu penipuan. Lagipula, mana ada sekarang ada orang telepon, tiba-tiba mau kasih uang dua juta? Apalagi kita nggak ikut kuis atau undian apa pun.

Pasalnya, akhir-akhir ini saya sering membaca laporan penipuan dengan modus undian atau salah transaksi ketika melakukan pembayaran dengan e-cash atau dompet digital. Dalam laporan yang diadukan salah satu pelanggan melalui thread yang dibuatnya, dia melampirkan bukti percakapan melalui chat. Awalnya dikabari mendapatkan uang senilai 5 juta. Diminta ikuti cara dari si penipu, eh, tau-tau malah kehilangan uang 5 juta.

Cukup meyakinkan memang, karena penipu zaman sekarang terbilang cerdik memanfaatkan platform yang ada dan sering digunakan oleh banyak orang. Betul-betul menyesuaikan dengan kebiasaan terkini. Saya pun jadi was-was sendiri, bukan nggak mungkin di kemudian hari saya menjadi salah satu korbannya. Oleh sebab itu, ketika ada seseorang yang menelepon lalu memberi kabar bahwa saya menang undian, saya harus berpikir berkali-kali agar tidak terkecoh.

Modus penipuan pada beberapa tahun sebelumnya mungkin bisa dengan mudah dicegah. Lha, modal mereka cuma dari SMS, kok. Nggak mesti direspons, selesai. Aman. Kalau via telepon, tentu lain cerita.

Kembali lagi ke cerita saya dengan seorang teman yang ditelepon oleh seseorang yang saya duga penipu.

Baca Juga:

3 Fitur Keren dari GoPay yang Mempermudah Hidup Kita, Sini Saya Kasih Tau!

Pengangguran Apes setelah Menjadi Korban Penipuan Lowongan Kerja di Facebook. Niat Cari Kerja Malah Duit Melayang dan Mental Remuk

Akhirnya, saya menyarankan kepada teman saya agar rekam percakapan tersebut. Jadi, jika terjadi sesuatu di kemudian hari, ada bukti yang bisa dilaporkan. Obrolan mereka pun berlanjut. Penipu bertanya, “Dua jutanya mau ditransfer ke rekening atau dimasukan sebagai saldo dompet digital aja, Pak?” Teman saya menjawab, “Ke dompet digital aja, Pak.”

Setelah itu, penipu kembali mengonfirmasi sesuatu, “Baik, Pak. Kami akan kirimkan kode orientasi ke nomor Bapak, mohon disebutkan kembali empat digit nomor paling belakang ya, Pak.” Saya sempat dibuat bingung, kode orientasi ini apalagi, sih. Karena rancu, saya menyarankan kepada teman saya untuk menjawab sembarang saja. Teman saya bilang, “6969, Pak”. Penipu mengonfirmasi bahwa bukan itu nomor yang dimaksud, dan meminta teman saya agar lebih teliti lagi.

Penyebutan kali kedua pun sengaja disalahkan. Sampai akhirnya penipu mulai kesal dan nada bicaranya mulai terdengar ngegas. “Bapak bisa lebih teliti lagi, nggak? Coba cek lagi, Pak!” Untuk meluapkan kekesalan dan rasa puas sudah menjahili penipu, saya akhirnya ikut dalam obrolan dan bilang, “Mangkanya, nggak usah coba-coba nipu!” Ternyata dia masih bisa membalas dengan nada kesal, “Coba kita buktikan ya, siapa yang salah dan siapa yang menipu!”

Lha, kalau memang benar, kenapa juga harus marah-marah? Ternyata, penipu juga bisa baperan.

Setelah kejadian tersebut, agar tidak lagi terulang dan korban penipuan tidak terus bertambah, saya ada tips sederhana ketika ada telepon dari nomor yang tidak dikenal. Pertama, nggak usah respons. Kalau ternyata telepon berasal dari rekan, keluarga, atau tempat kerja (yang sedang dilamar), pasti akan ada follow-up lebih lanjut, baik via WhatsApp, SMS, atau email. Kedua, kalau terlanjur memberi respons, jangan langsung terbuai dan langsung akhiri percakapan. Kecuali kalau memang niat dijadikan konten, sih. Kan, lumayan. Penipu nggak dapat apa-apa, ide kita malah menghasilkan sesuatu.

Mau bagaimanapun, kita harus mengimbangi kecerdikan para penipu ulung di mana pun mereka berada. Kalau bisa, sih, ya lebih cerdik dari mereka.

BACA JUGA Modus Penipuan via SMS yang Kian Membosankan atau tulisan Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 27 Februari 2020 oleh

Tags: dompet digitalpenipuantelepon
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

cari muka di dunia kerja Kena Tipu Interview Kerja Bikin Saya Menyadari Tak Ada yang Abadi di Dunia Ini Terminal mojok

Kena Tipu Interview Kerja Bikin Saya Menyadari Tak Ada yang Abadi di Dunia Ini

8 Februari 2021
Menciptakan Keribetan bagi Masyarakat Cashless

Menciptakan Keribetan bagi Masyarakat Cashless

3 Desember 2019
Transaksi Segitiga yang Perlu Diwaspadai Orang yang Ingin Memulai Usaha Warung Sembako

Penipuan Transaksi Segitiga Perlu Diwaspadai Orang yang Ingin Memulai Usaha Warung Sembako, Awas Rugi hingga Ratusan Juta!

5 Juni 2024
Menyalakan Speaker Saat Telepon tapi HP-nya Ditempelkan di Telinga? Kenapa sih?

Menyalakan Speaker Saat Telepon tapi HP-nya Kok Ditempelkan di Telinga?

15 Februari 2020
penipuan

Kena Penipuan dan Sudah Lapor ke Kominfo: Kok Nggak Ada Tindak Lanjutnya?

13 September 2019
Cara Licik Tukang Tambal Ban Menipu Pelanggan untuk Meraih Keuntungan, Salah Satunya dengan Sengaja Nambah Lubang!

Metode Curang Tukang Tambal Ban Menipu Pelanggan untuk Meraih Keuntungan, Ban Bukannya Beres, Malah Makin Rusak!

28 Juli 2024
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.