Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kuliner

Penggemar Seblak Tak Pedas Garis Keras, Memangnya Kenapa?

Nida Nur Fadillah oleh Nida Nur Fadillah
29 Juli 2019
A A
seblak tak pedas

seblak tak pedas

Share on FacebookShare on Twitter

Pedasnya level berapa? Siapa tak asing dengan pertanyaan tersebut yang mana kerap diajukan ketika penjual hendak mengolah makanan yang kita pesan. Jika ya, berarti kamu adalah salah satu dari penggemar seblak. Makanan khas Sunda yang populer di tahun 2000-an ini rupanya hingga sekarang masih memiliki ruang khusus di para penggemarnya. Makanan yang terkenal dengan ciri khasnya berupa bumbu gurih nan pedas ini terdiri dari dua aneka, yaitu seblak kering dan seblak basah.

Jika kamu pergi ke wilayah Jawa Barat, terutama Bandung, sudah menjadi suatu pemandangan lumrah di kiri dan kanan jalan menemukan warung yang menjual makanan ini. Jika satu warung seblak ditemukan, percayalah dalam lima belas meter kemudian didapati pula warung seblak, bahkan terkadang dalam radius lima meter sekalipun. Dahsyat sekali, bukan? Tentunya perkembangan seblak ini menjadi suatu kebanggaan bagi masyarakat Sunda.

Walaupun beberapa sumber mengatakan seblak berasal dari Sumpiuh, Jawa Tengah karena mirip dengan makanan khasnya bernama kerupuk godog. Namun, seblak ciri khas Sunda yang dimaksud di sini bukan berupa kerupuk, melainkan bumbunya.

Selain dijual di warung/tempat makan, seblak juga bisa dibuat sendiri karena bahan-bahannya tak serempong belanjaan emak. Tetapi bagi orang macam saya yang gemar mengonsumsi, tentu membeli merupakan solusi yang acap kali ditempuh. Dan sebelum tancap gas menuju warung seblak, hal pertama jadi pertimbangan tiada lain stereotipe para penggemar seblak yang menyatakan warung seblak mana lebih sedap cita rasanya. Sekalipun ada dua-tiga warung dilewati, bodo amat!

Sebagai penggemar seblak tak pedas garis keras tentunya mengamati setiap gerak-gerik penjual seblak ketika tengah memasak adalah keharusan, dan saya akan berusaha keras untuk mencoba memangkas jarak. Jangan berpikir yang nggak-nggak ya! Lantas, ketika tangan kanan si penjual sibuk mengaduk di atas ketel, tangan kirinya menggapai-gapai sebuah wadah dengan isi berwarna merah di mana banyak bintik-bintiknya, sontak saya katakan jangan.

Alih-alih mengindahkan, malah balik mengintimidasi, “Pakai sedikit saja ya! Nggak enak lho kalau nggak pakai pedas.”

Saya tetap kukuh dengan pendirian begitupun penjual seblak, meskipun ujungnya mengalah juga seraya melipat dahi. Kejadian tersebut sebenarnya sedikit menyinggung perasaan, dasar memang julid! Alhasil saat mau makan seblak lagi, tak disambangi warung itu. Mengabaikan stereotip, saya menuju warung seblak kedua yang sempat dipandang sebelah mata.

Selesai menulis pesanan di buku, pertanyaan yang saya tunggu-tunggu dilontarkan juga, “Ini pedasnya level berapa?” tanyanya seraya membolak-balik halaman.

Baca Juga:

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

Seblak Bukan Sampah, tapi Sebuah Kuliner yang Berasal dari Perjuangan untuk Bertahan Hidup

“Nggak pedas.” Dan tahu reaksinya apa? Tertawa, guys! Seketika itu pula harga diri luruh ke lantai. Malah lebih bikin gondok ini orang, sepertinya tak tahu cara harus bagaimana memperlakukan pembeli.

Sebenarnya bukan karena tak suka pedas, melainkan dua kali terkena tipes membuat telinga gatal lantaran harus mendengarkan dokter yang selalu menyalahkan seblak sebagai pelakunya. Padahal saya tak pernah membuat pernyataan bahwa seblak bersalah atas semua itu.

Hemat saya, memang sudah waktunya sakit, lagipula sebelum jatuh sakit memang jarang menyantap makanan khas Sunda tersebut, malahan setelah dokter kerajinan menyalah-nyalahkan seblak sebagai penjahat tingkat kakap, saya akhirnya memutuskan berburu seblak lebih dari biasanya. Meskipun ucapan dokter ada benarnya juga, saya enggan mengucapkan selamat tinggal pada seblak. Bagaimana bisa menepis pesona seblak yang begitu lezat? Maka dari itu, makan seblak tak pedas menjadi pilihan, meskipun bukan solusi termutakhir.

Satu-satunya harapan saya, penjual seblak yang tempatnya paling dekat dan pertama kali dicampakkan itu memiliki etiket baik. Datanglah saya ke sana, para pengunjung sedang ramai-ramainya. Ketika giliran pesanan saya diolah di atas katel, dengan intonasi ditekan serendah mungkin diutarakanlah seblak tak pedas. Alih-alih menampik, penjual itu tersenyum sarat makna. Akhirnya dapatkan juga satu penjual seblak yang mafhum dengan pembelinya macam ini, meskipun diyakini ada makna tersirat dari senyum tersebut. Yang pasti saya bisa pulang dengan sebungkus seblak tanpa dibuat dongkol.

Jika kamu penggemar seblak tak pedas garis keras? Selamat, kamu tidak sendirian sekarang. Jangan lupa ya, awasi penjual seblak saat mengolah seblak di atas ketel. Juga perhatikan apakah katelnya bekas masakin yang orang atau bukan. Jangan mau bekas orang, bahaya!

Terakhir diperbarui pada 19 Januari 2022 oleh

Tags: CurhatKearifan Lokalkuliner indonesiasakit tipesseblaktak bedas
Nida Nur Fadillah

Nida Nur Fadillah

ArtikelTerkait

Facebook Adalah Seburuk-buruknya Tempat Curhat Soal Kulit dan Minta Rekomendasi Skincare

Facebook Adalah Seburuk-buruknya Tempat Curhat Soal Kulit dan Minta Rekomendasi Skincare

29 Maret 2023
orang ngapak

Orang Ngapak: Ketika Sebuah Logat Menyimpan Kenangan

27 Agustus 2019
mitos tahi lalat

Mitos Tahi Lalat dan Pertandanya

4 September 2019
emak-emak

Kalimat Keramat Emak-Emak yang Bakal Kita Rindukan Saat Kita Sudah Dewasa

18 Juli 2019
ambon

Cerita “Digoyang” 1000 Kali Gempa Ambon

10 Oktober 2019
indomie

Menobatkan Diri Sebagai Penyuka Indomie Itu Tidak Sulit

2 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Setup Makaroni Kuliner Khas Solo, tapi Orang Solo Nggak Tahu

Setup Makaroni: Kuliner Khas Solo tapi Banyak Orang Solo Malah Nggak Tahu

19 Desember 2025
Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

Siluman Dapodik, Sebuah Upaya Curang agar Bisa Lolos PPG Guru Tertentu yang Muncul karena Sistem Pengawasan Lemah

16 Desember 2025
Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

17 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025
Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025
5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis
  • Terpaksa Jadi Maling-Mendekam di Penjara karena Lelah Punya Orang Tua Miskin, Sejak Kecil Hanya Bisa Ngiler ke Hidup Enak Teman Sebaya
  • Membandingkan Warteg di Singapura, Negara Tersehat di Dunia, dengan Indonesia: Perbedaan Kualitasnya Bagai Langit dan Bumi
  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan
  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.