Menjamur di platform media sosial Facebook
Saat masih tinggal di Banyuwangi, saya termasuk orang yang nggak percaya barang-barang jualan di Facebook jika penjualnya nggak mau diajak COD-an. Nah, setelah pindah ke Kediri, perasaan waswas dan tak percaya itu makin bertambah. Utamanya untuk kamar kos yang ditawarkan di berbagai grup sewa kos Kediri.
Ada saja ranjau yang ditebar pemilik kos untuk menutupi sisi abu-abu dunia kos Kediri. Yah, meskipun banyak juga yang secara jelas menawarkan praktik ini di platform Facebook.
Saking seriusnya saya membuat tulisan ini, saya sampai menghubungi 5 penyedia kos per jam yang menawarkan kamar kosnya di Facebook. Lokasinya tersebar di berbagai tempat, mulai dari kabupaten sampai kota Kediri. Rata-rata menyewakan kamar dengan kondisi bangunan masih baru. Soalnya persaingan bisnis ini tak hanya dari sisi harga, tapi juga aspek kenyamanan, kebersihan, dan keamanan jadi pertimbangan pemesan.
Tak sedikit pemilik kos yang menargetkan pelanggan pelajar. Sebab saat saya mengaku sebagai pelajar SMA dan bilang memakai kos per jam dengan pacar, nyaris semua pemilik kos yang saya hubungi memberikan garansi. Katanya tempat mereka aman dari razia. Bahkan mereka memberikan penawaran khusus harga kamar kos per jam yang masih bisa dinego!
Tarif yang ditawarkan kelima pemilik kos per jam Kediri hampir sama. Untuk 1 jam harganya Rp35 ribu, 2 jam Rp50 ribu, 3 jam Rp70 ribu, 4 jam Rp85 ribu, dan 5 jam 100 ribu. Lebih dari itu dihitung menginap dengan tarif Rp150 ribu per malam.
Menggerus bisnis hotel melati di Kediri
Maraknya kos per jam di Kediri ini bukan tanpa perlawanan. Beberapa kali pihak kepolisian sempat menangkap pemilik kos jam-jaman yang menerima tamu bukan pasangan suami istri. Radar Kediri sempat menulis mengenai upaya Polres Kediri Kota yang menangkap pemilik kos jam-jaman di Kecamatan Pesantren yang membuka praktik ini.
Terbaru pada Maret 2025 lalu, petugas juga menangkap pemilik kos yang menyediakan praktik ini di wilayah Mojo, Kediri. Namun alih-alih bisnis ini tumbang, justru kondisinya malah mirip jamur di musim hujan. Mati satu tumbuh seribu.
Sebaliknya, bisnis hotel melati di Kediri terdampak fenomena kos per jam ini. Tak sedikit kondisi mereka yang memprihatinkan. Sebab kalau saya melihat bangunan hotel dan kondisi pengelolaannya seperti hidup enggan mati tak mau. Ibaratnya hotel melati ini membayar pajak dan mengurus perizinan untuk menyediakan jasa, tapi dikebiri dengan kehadiran kos per jam yang tak ada izinnya.
Akan tetapi begitulah semesta bekerja. Kadang apa yang dianggap baik nggak selamanya baik. Ada juga hal yang buruk ternyata bisa berkamuflase menjadi seolah-olah baik. Pilihannya sekarang tinggal bagaimana kita menyikapinya. Mau tinggal di kos per jam atau bulanan di Kediri, tinggal kekuatan hati kita saja untuk menahan diri. Semoga nggak perlu melihat maksiat setiap hari. Semoga.
Penulis: Fareh Hariyanto
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Pengalaman Pertama Ngekos di Kos Campur Jogja: Sebulan Penuh Penderitaan, Isinya Drama Tanpa Ujung.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















