Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup

Pengalaman sebagai Keluarga Penyintas COVID-19 dan Tips Menghadapi Situasi Darurat

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
6 Agustus 2021
A A
penyintas covid-19 pandemi menanyakan kabar mojok

pandemi menanyakan kabar mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Covid-19 bukan lagi menjadi barang “goib”. Bahkan terasa seperti setiap orang menunggu antrian. Bukan melebih-lebihkan, tapi keluarga dengan prokes ketat seperti kami bisa kecolongan. Beruntung kami semua selamat dari buasnya virus berbentuk corona ini. Dan pengalaman sebagai keluarga penyintas Covid-19 ini membuat kami banyak belajar tentang menghadapi situasi darurat di masa paling sulit.

Dari bulan Juni sampai Agustus awal merupakan masa terberat bagi saya. Seolah-olah hampir tidak ada waktu bagi saya untuk menghela nafas lega sejenak. Pandemi benar-benar meluluh lantakkan kedamaian keluarga saya.

Diawali dari eyang saya dari pihak ayah. Kedua eyang saya tiba-tiba demam dan sesak nafas. Eyang putri yang kolaps pertama dan harus dibawa ke Unit Gawat Darurat. Dan hanya dalam hitungan jam, kesehatan eyang terjun payung dan meninggal. Ternyata benar, kedua eyang saya serta tante terpapar Covid-19

Belum lama setelah karantina eyang kakung dan tante saya berakhir, keluarga dari ibu saya menyusul terpapar virus keparat ini. Eyang kakung dari ibu, sang juru supit gelandangan, harus dilarikan ke UGD. Beruntung, seluruh keluarga dari ibu selamat dari virus ini. Dan inilah pengalaman besar yang ingin saya bagikan.

Situasi saat ini memang sulit. Banyak faskes sudah overload, dan pasokan penunjang hidup seperti oksigen makin langka. Baiklah, boleh saya bilang sudah saatnya kita tidak perlu berharap banyak pada pemerintah. Dan saatnya kita sendiri yang siaga melawan Covid-19. Ini sedikit sharing saya sebagai anggota keluarga penyintas Covid-19, semoga bisa membantu Anda lebih siaga

Segera hubungi satgas ketika ada darurat medis

Eyang kakung dari ibu saya tiba-tiba lemas tak berdaya. Bahkan hampir tidak sadar. Pada situasi ini, kami hampir bingung harus apa. Jalan satu-satunya adalah menghubungi satgas untuk mendapat pertolongan pertama. Dan keputusan ini terbukti menyelamatkan nyawa eyang saya dan kami semua.

Dengan melakukan swab antigen di tempat, segera diketahui apakah situasi darurat ini Covid-19 related atau tidak. Jadi kita bisa segera mengambil keputusan dengan segera. Dan dengan mengontak satgas, kita sudah mendukung usaha mereka untuk memetakan penularan pandemi ini.

Jangan ragu untuk mencari info ambulans dan UGD di media sosial

Oleh karena kondisi terus menurun, satu-satunya penyelamatan eyang adalah dengan dibawa ke rumah sakit. Sayang sekali, ambulans di daerah kami sedang digunakan untuk proses pemakaman korban Covid-19. Satgas pun sudah mengontak Tim Kubur Cepat (TKC) dan Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (TRC BPBD), namun sedang sibuk.

Baca Juga:

Perawat IGD, Profesi yang Butuh Kesabaran dan Kekuatan Super, Jelas Nggak Sepele!

Pengalaman Saya Menjalani KKN Gaib, Sendirian Ngerjain Proker, Tau-tau Selesai

Maka solusi saya adalah meminta informasi perihal ambulans dan UGD melalui Twitter. Dalam hitungan menit, sudah banyak nomor kontak yang saya peroleh. Ini benar-benar membantu saya untuk segera mendapatkan penanganan darurat.

Kekuatan media sosial saat pandemi ini nyata. Dan saya sendiri saksinya. Jadi tidak ada salahnya untuk meminta tolong di media sosial. Dan ada baiknya sejak sekarang kita menyimpan nomor-nomor penting dalam situasi darurat ini. Tentu kita berharap untuk tidak mengontak nomor tersebut, namun tidak ada salahnya berjaga-jaga.

Tetap berkepala dingin

Bayangkan, saya ditolak belasan kali untuk meminta bantuan evakuasi. Alasannya sama: sedang sibuk melakukan evakuasi di tempat lain. namun saya berusaha tenang dan terus mencari kontak ambulans. Akhirnya saya mendapat bantuan ambulans dan eyang bisa segera dievakuasi.

Masalah belum selesai. UGD di Jogja sudah overload dan menolak pasien darurat. Jelas ini menguras pikiran saya. Ada satu rumah sakit yang berkenan menangani eyang saya, namun di luar gedung. Awalnya saya tidak sepakat, namun saya ingat satu hal. Rumah sakit akan menangani pasien sebaik mungkin, meski dengan keterbatasan. Akhirnya eyang dibawa ke RS tersebut dan ditangani di teras sebelum masuk kamar karantina.

Inilah pentingnya berkepala dingin. Jika kita emosional, sudah pasti penolakan yang diterima akan membuat makin panik dan terpuruk. Padahal ada nyawa yang harus ditangani segera. Memang, situasi darurat harus serba cepat, tapi jangan sampai panik dan malah mengulur waktu. Kalau teringat tulisan di tato teman saya: Everything is Fine.

Segera laporkan kejadian di Puskesmas dan RT/RW

Tepat setelah eyang dievakuasi, saya mengontak puskesmas daerah saya. Sedangkan ibu saya berkoordinasi dengan RT tempat eyang tinggal. Segera kami didata dan diberikan petunjuk untuk pelaksanaan isolasi mandiri. Pihak puskesmas juga segera mengirim tim untuk memantau kesehatan keluarga kami. Baik yang positif ataupun yang negatif Covid-19.

Selama isolasi mandiri, pihak RT dan RW juga membantu kami untuk pengadaan pangan serta kebutuhan lain seperti keamanan. Dan ini jadi penting karena kami benar-benar butuh bantuan dari luar keluarga. Mau tidak mau, kami semua diisolasi meskipun saya dan bapak ibu saya negatif.

Jangan pernah menutupi kasus ini. Covid-19 bukanlah aib. Justru dengan menyampaikan informasi, kita akan mendapatkan penanganan dan pertolongan yang tepat. Pelaporan ini juga ikut membantu upaya pemutusan rantai penularan. Tentu dengan ini, kita juga sedang melindungi diri dan orang di sekitar kita.

Beri ruang bagi tenaga kesehatan untuk bekerja

Ini adalah salah satu cara kita mendukung tenaga kesehatan (nakes) dalam perang melawan pandemi. Beri mereka ruang untuk bekerja, dan jangan tekan mereka dengan intervensi yang tidak perlu. Cukup tanyakan kondisi keluarga di karantina seperlunya, dan sampaikan informasi yang penting diketahui nakes. Misal obat harian atau penyakit yang cenderung komorbid.

Beri kepercayaan kita pada mereka. Dan abaikan teori “dicovidkan”. Pokoknya percayakan nasib keluarga kita dalam penanganan medis. Dan yang pasti, selalu siaga ketika nakes meminta dukungan kita seperti plasma darah atau kebutuhan harian bagi keluarga di karantina. Hitung-hitung sebagai bentuk ikhtiar kita.

Tanggap pada situasi pandemi di sekitar

Covid-19 tidak menyerang semaunya. Pasti ada rantai penularan meskipun tidak terduga. Baik ketika belum terpapar pandemi atau sesudah selamat, selalu tanggap dalam situasi ini. Dan tidak hanya dalam lingkup keluarga, tapi lingkungan sekitar. Aktif dalam mengawasi tetangga bukan berarti ikut campur, tapi ikut serta menuntaskan pandemi ini.

Mungkin sulit jika lingkungan kita tidak tanggap. Tapi, satu keluarga yang tanggap bisa berdampak besar. Minimal kita bisa menjadi pusat informasi bagi lingkungan ketika ada kasus Covid-19. Apalagi kita bisa lebih berkepala dingin untuk menghadapi situasi di luar keluarga sendiri.

Itulah yang bisa saya bagikan sebagai penyintas Covid-19. Meski saya tidak ikut terpapar, namun saya ikut dalam penanganan sebisa saya. Bagi penyintas Covid-19 yang lain, informasi dari Anda bisa menyelamatkan nyawa jauh lebih banyak dari yang Anda pernah pikirkan.

BACA JUGA Dajjal pun Minder di Hadapan Fitnah Ambulans Kosong dan Campaign Anti Info Covid-19 dan tulisan Prabu Yudianto lainnya. 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 21 September 2021 oleh

Tags: nakespandemiPanduan Terminalpenyintas covid-19RTRWsatgassiaga
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

Tradisi Kupatan sebagai Tanda Berakhirnya Hari Lebaran Masa Lalu Kelam Takbir Keliling di Desa Saya Sunah Idul Fitri Itu Nggak Cuma Pakai Baju Baru, loh! Hal-hal yang Dapat Kita Pelajari dari Langgengnya Serial “Para Pencari Tuhan” Dilema Mudik Tahun Ini yang Nggak Cuma Urusan Tradisi Sepi Job Akibat Pandemi, Pemuka Agama Disantuni Beragama di Tengah Pandemi: Jangan Egois Kita Mudah Tersinggung, karena Kita Mayoritas Ramadan Tahun Ini, Kita Sudah Belajar Apa? Sulitnya Memilih Mode Jilbab yang Bebas Stigma Kenapa Saf Tarawih Makin Maju Jelang Akhir Ramadan? Kenapa Kita Sulit Menerima Perbedaan di Media Sosial? Masjid Nabawi: Contoh Masjid yang Ramah Perempuan Surat Cinta untuk Masjid yang Tidak Ramah Perempuan Campaign #WeShouldAlwaysBeKind di Instagram dan Adab Silaturahmi yang Nggak Bikin GR Tarawih di Rumah: Ibadah Sekaligus Muamalah Ramadan dan Pandemi = Peningkatan Kriminalitas? Memetik Pesan Kemanusiaan dari Serial Drama: The World of the Married Mungkinkah Ramadan Menjadi Momen yang Inklusif? Beratnya Menjalani Puasa Saat Istihadhah Menghitung Pengeluaran Kita Kalau Buka Puasa “Sederhana” di Mekkah Apakah Menutup Warung Makan Akan Meningkatkan Kualitas Puasa Kita? Kenapa Saf Tarawih Makin Maju Jelang Akhir Ramadan? Apakah Menutup Warung Makan Akan Meningkatkan Kualitas Puasa Kita? Mengenang Serunya Mengisi Buku Catatan Ramadan Saat SD Belajar Berpuasa dari Pandemi Corona Perlu Diingat: Yang Lebih Arab, Bukan Berarti Lebih Alim Nonton Mukbang Saat Puasa, Bolehkah? Semoga Iklan Bumbu Dapur Edisi Ramadan Tahun Ini yang Masak Nggak Cuma Ibu

Beragama di Tengah Pandemi: Jangan Egois

17 Mei 2020
anime pendek distribusi vaksin tidak secepat distribusi surat suara mojok

Surat Suara Bisa Sampai Pelosok, Distribusi Vaksin? Nanti Dulu

15 Juli 2021
teori konspirasi chemtrails teluuur mojok

Alasan Teori Konspirasi Chemtrails yang Didengungkan Teluuur Bisa Dipercaya dan Diterima Banyak Orang

11 Juli 2021
bear brand susu naga mitos susu mojok

Bear Brand Nggak Seistimewa Itu, Ngapain Ditimbun?

4 Juli 2021
Ospek Marah-marah Nggak Jelas ke Mahasiswa Baru Itu Udah Nggak Zaman terminal mojok

Ospek Marah-marah Nggak Jelas ke Mahasiswa Baru Itu Udah Nggak Zaman

15 September 2020
Long Weekend di Tengah Pandemi bagi Pengusaha Hotel, Untung atau Buntung_ mojok.co

Long Weekend di Tengah Pandemi bagi Pengusaha Hotel, Untung atau Buntung?

5 November 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

30 November 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.