Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Pengalaman Saya Menjadi Pemain Jatilan Paling Top Sekampung

Riyanto oleh Riyanto
19 Oktober 2020
A A
Pengalaman Saya Menjadi Pemain Jatilan Paling Top Sekampung terminal mojok.co

Pengalaman Saya Menjadi Pemain Jatilan Paling Top Sekampung

Share on FacebookShare on Twitter

Darah kesenian mengalir kental di tubuh saya. Bapak saya adalah penyanyi campursari terhormat sekampung. Ia pemain ketoprak legendaris yang sudah manggung dari desa ke desa. Ia juga salah satu dalang mantenan yang cukup populer. Blio juga tergabung di paguyuban kesenian jatilan kampung dan merupakan salah satu petinggi di sana.

Dari blio-lah jiwa kesenian saya menggelora. Sejak kecil saya seneng nonton jatilan yang digelar di hajatan-hajatan tetangga dan terpukau dengan aksi luar biasa para pemainnya. Suatu ketika, saya merasa harus menjadi bagian dari mereka yang tampil, bukan sekadar nonton dari kejauhan.

Saat kelas dua SMP, saya mulai bergabung ke paguyuban jatilan kampung dan rutin latihan setiap malam minggu. Saya bersama anak-anak kampung lainnya berkumpul di rumah tetangga yang ditunjuk sebagai markas paguyuban. Kami lantas diajari gimana caranya perform dengan baik dan benar. Nggak sekadar njatil—kegiatan nari pakai kuda-kudaan itu—saya dan anak-anak kampung juga kudu bisa nabuh gamelan. Jadi sistemnya gantian gitu, kalau pas lagi nggak njatil ya kudu nabuh gamelan buat mengiring mereka yang lagi njatil.

Berminggu-minggu latihan, akhirnya tiba waktunya buat pentas di hajatan tetangga. Tentu saja untuk penampilan perdana sudah pasti kurang maksimal. Saya belum bisa menarik perhatian penonton karena aksi saya masih biasa saja, sementara senior-senior sudah bisa melakukan aksi heboh semacam kesurupan.

Saya dan beberapa anak seangkatan lantas rajin mengobservasi gimana caranya tampil dengan luar biasa. Kami bahkan punya acara rutin nobar video jatilan dari kampung lain pake DVD Player dan menganalisa pergerakan-pergerakan mereka. Merasa nggak cukup, setiap kali ada paguyuban jatilan di kampung lain yang pentas, saya teman-teman rela jalan kaki jauh membelah bukit-bukit menuju kampung sebelah—maklum, kampung saya di pegunungan. Kami semua bakal nonton sambil manggut-manggut kalau ada aksi luar biasa. Satu hal yang kemudian saya dan teman-teman tangkap, banyak orang suka aksi kesurupan. Maka dari itu, kami merencanakan sesuatu yang sangat fantastis buat perform kami kelak.

Tiba waktunya buat tampil di hajatan tetangga. Semua berjalan seperti biasanya, saya dan teman-teman seangkatan tampil sesuai koreografi di sesi pertama. Dilanjutkan penampilan dari senior-senior. Setelah itu penampil berikutnya adalah senior yang lebih senior alias para bapak-bapak. Lalu, tiba giliran penampilan saya dan teman-teman satu angkatan lagi. Ya, tibalah waktunya untuk unjuk gigi. Begitu koreografi hampir kelar, saya langsung pura-pura kesandung dan jatuh berguling-guling di tanah, sambil mendesis-desis, menggeram-geram, dan menunggu ada bapak tetua paguyuban yang datang dan bangunin. Benar, saya melakukan aksi pura-pura kesurupan.

Benar saja, begitu saya pura-pura kesurupan, penonton langsung heboh dan berkerumun. Mereka yang tadinya lagi nyari cilok, beli cendol, atau lagi mbribik cewek, auto berkerumun liatin aksi saya. Wah, ternyata strategi saya berhasil. Setelah ada bapak tetua yang bangunin saya, blio ngasih kacamata item khas orang yang lagi kesurupan. Syukurlah, pikir saya, karena pura-pura melotot ternyata capek juga. Dimulailah aksi brutal saya joget sesuka hati dan memusingkan penabuh gamelan karena kudu ngikutin irama joget saya.

Ternyata saya lumayan jago pura-pura kesurupan. Terbukti banyak yang percaya kalau saya beneran kesurupan. Pun, saya melakukan aksi selayaknya orang kesurupan lainnya, yaitu makan bunga mentah. Saya nggak berani makan beling karena ya… ya saya cuma pura-pura kesurupan. Namun, saya berani ngupas kulit kelapa muda pake gigi, karena ternyata nggak susah-susah amat. Saya juga minta dipecutin dan nggak sakit sama sekali, bukan karena tubuh saya luar biasa kuat, melainkan memang ada teknik mecut orang biar keliatan kepecut tapi sebenarnya nggak kepecut. Jadi bukan saya yang hebat, tapi bapak tetua yang pandai meladeni aksi saya.

Baca Juga:

Kesurupan Itu Menyiksa, dan Saya Kapok Pernah Berprofesi sebagai Mediator Makhluk Gaib

Kenapa Orang Kesurupan Tidak Dihajar Saja Sampai Sadar?

Semenjak aksi itu, semua orang selalu menanti aksi-aksi saya lainnya. Saya pernah pura-pura kesurupan jadi macan dan membuat tenggorokan saya sakit bukan main setelahnya karena kudu meraung-raung di sela pertunjukan. Saya juga pernah kesurupan—sekali lagi pura-pura—jadi tokoh wayang, sehingga gerakan saya kudu menyerupai penampilan wayang orang gitu.

Selain itu, saya pernah pura-pura kesurupan tapi nggak jelas kesurupan apa, pokoknya asal joget liar disertai aksi salto, guling sana guling sini, lompat-lompat, dan rese ke teman saya yang juga pura-pura kesurupan. Jadinya, ada dua atau beberapa orang yang pura-pura kesurupan dan juga pura-pura bertikai. Walah, semua penonton bakal kagum dan ngomongin fenomena itu seminggu penuh kalau saya dan beberapa teman sudah melakukan aksi pura-pura kesurupan itu.

Pada akhirnya, setiap kali paguyuban jatilan saya tampil di acara apa pun, saya pasti bakal jadi penampil utama. Saya nggak boleh terlalu kelelahan di awal biar bisa totalitas tanpa batas saat memulai aksi pura-pura kesurupan. Event besar seperti 17 Agustus adalah saat di mana totalitas saya beneran total. Pokoknya, aksi kesurupan kudu heboh banget sekaligus ada nuansa nasionalisme juga. Pernah saya pura-pura kesurupan pahlawan perjuangan dan berkali-kali hormat ke arah bendera sambil menunjukkan ekspresi haru.

Tetapi sayangnya, kesenian jatilan di kampung saya lambat laun mulai kehilangan popularitas. Salah satu penyebabnya barangkali karena saya terlalu fokus di STM dan jarang banget punya waktu buat nimbrung di paguyuban. Nggak hanya saya, teman-teman seangkatan saya juga sudah sibuk dengan sekolah mereka masing-masing. Ya gimana, di STM saya kudu ngurusin OSIS, ngurusin ekstrakurikuler karawitan, bahkan ngurusin strategi tawuran.

BACA JUGA Cerita dari Fans Garis Keras Pertunjukan Jatilan dan tulisan Riyanto lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 16 Oktober 2020 oleh

Tags: jatilankesurupankuda lumping
Riyanto

Riyanto

Juru ketik di beberapa media. Orang yang susah tidur.

ArtikelTerkait

7 Hal yang Nggak Pernah Dirasakan oleh Siswa Sekolah Elit

7 Hal yang Nggak Pernah Dirasakan oleh Siswa Sekolah Elite

26 Mei 2022
sains kesurupan fenomena riset jurnal mojok

Di Mata Sains, Kesurupan Bukan Perkara Menyeramkan

30 September 2020
4 Cara Pengurus Mengatasi Santri yang Diganggu Makhluk Astral

4 Cara Pengurus Mengatasi Santri yang Diganggu Makhluk Astral

10 Juni 2022
kesurupan

Kenapa Orang Kesurupan Tidak Dihajar Saja Sampai Sadar?

13 Desember 2022
Dari Dulu Saya Ingin Sekali Bisa Kesurupan dan Itu Belum Tercapai Sampai Sekarang terminal mojok.co

Dari Dulu Saya Ingin Sekali Bisa Kesurupan dan Itu Belum Tercapai Sampai Sekarang

14 Maret 2021
Kesurupan Itu Menyiksa, dan Saya Kapok Pernah Berprofesi sebagai Mediator Makhluk Gaib

Kesurupan Itu Menyiksa, dan Saya Kapok Pernah Berprofesi sebagai Mediator Makhluk Gaib

20 Desember 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

18 Desember 2025
Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025
5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel
  • Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan
  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.