Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup

Pengalaman Saya Bikin Akta Kematian Tanpa Calo: (Dibikin) Ribet, Capek, dan Menyebalkan!

Ahmad Nadlif oleh Ahmad Nadlif
23 April 2025
A A
Pengalaman Saya Bikin Akta Kematian Tanpa Calo: (Dibikin) Ribet, Capek, dan Menyebalkan!

Pengalaman Saya Bikin Akta Kematian Tanpa Calo: (Dibikin) Ribet, Capek, dan Menyebalkan!

Share on FacebookShare on Twitter

Beberapa waktu lalu, tepatnya setelah bapak meninggal dunia, saya diamanati ibu untuk mengurus aset-aset almarhum terutama terkait tabungannya yang ada di bank. Dan untuk menyelesaikan persoalan tersebut, dari pihak bank membutuhkan beberapa dokumen di mana salah satunya adalah fotokopi akta kematian dari almarhum bapak. Keluarga kami memang belum membuat dokumen tersebut, oleh karenanya, saya harus mengurusnya terlebih dahulu ke Dukcapil.

Sebelum melakukan pengurusan, sejak awal saya memang sudah mbatin, bahwa membuat dokumen akta kematian bukanlah perkara yang gampang. Apalagi jika melihat rating kantor Dukcapil di kecamatan saya yang terlampau jeblok, yakni di google maps cuma menyentuh nilai 2,9. Tentu, hanya orang gila yang mau mempercayakan urusannya pada kantor pelayanan dengan rating segitu.

Dan nyatanya, betul saja, mimpi buruk itu benar-benar terjadi.

“Nggak dititipin sekalian?”

Oleh karena masih awam dan baru pertama kali mengurus hal ini, akhirnya saya datang ke kantor kelurahan untuk menanyakan berkas-berkas apa saja yang dibutuhkan untuk membuat akta kematian. Lantas, dijelaskanlah bahwa dibutuhkan berkas-berkas seperti fotokopi KK, KTP istri, buku nikah, KTP asli almarhum, surat kematian dari rumah sakit hingga lunas bayar Pajak Bumi dan Bangunan tahun 2025.

Setelah mendapatkan informasi tersebut, saya langsung pulang dan melengkapi berkas-berkas yang dibutuhkan. Kemudian di hari selanjutnya, saya membawanya ke kantor kelurahan. Salah satu staf membantu saya membuatkan surat pelaporan pencatatan sipil dari kelurahan untuk diserahkan ke Dukcapil kecamatan, hingga pada akhirnya staf tersebut menawari saya, ‘apakah berkasnya mau dititipkan kepadanya sekalian?’. Nanti kira-kira seminggu jadi, kata staf tersebut.

Saya hanya mbatin, kalau cuma menyerahkan ke kecamatan, ngapain dititipkan? Toh jarak antara kantor kelurahan dan kecamatan di daerah saya hanya 800 meter. Terhitung sangat dekat bahkan bila dengan jalan kaki. Terlebih lagi penitipan itu juga nggak gratis ternyata, akhirnya saya keukeuh untuk menyerahkan berkas ke Dukcapil kecamatan sendiri.

Kok bisa pegawai kelurahan salah ngasih daftar berkas akta kematian?

Sesampainya di Dukcapil kecamatan, sekonyong-konyong saya dibuat kaget, ternyata berkas-berkas yang saya bawa banyak kurangnya! Misalnya kayak seharusnya membawa KK asli, melampirkan fotokopi ijazah putra-putri almarhum dsb. Lucunya lagi, bahkan berkas yang saya bawa justru ada beberapa yang sebenarnya nggak dibutuhkan, seperti fotokopi buku nikah hingga bukti bayar pajak Bumi dan Bangunan tahun 2025. Kampret emang, saya berasa dikadalin! Akhirnya, saya terpaksa pulang lagi untuk melengkapi berkas-berkas yang dibutuhkan.

Di situasi yang menjengkelkan itu, pertanyaan saya hanya satu, bagaimana bisa staf kelurahan yang dalam kesehariannya mengurus berkas-berkas catatan sipil, kok malah salah menginstruksikan dokumen apa saja yang harus diserahkan? Lucunya lagi, dia juga menawarkan jasa penitipan yang nantinya akta kematian tersebut bisa jadi dalam seminggu. Kok bisa? Padahal berkas-berkasnya saja banyak yang keliru, lho. Aneh kan? Eh, nggak aneh ding, kalo maen calo kan modelnya emang begitu, ya.     

Baca Juga:

Pengalaman Saya Dipalak dan Ditipu Calo di Terminal Bungurasih Surabaya, Bikin Kapok untuk ke Sana Lagi

Calo Penginapan di Trawas Mojokerto Bikin Resah Wisatawan, Liburan Jadi Tidak Nyaman

Pemberkasan yang terlampau ribet!

Cerita menjengkelkan nggak hanya berhenti di situ. Tepatnya setelah saya melengkapi dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk ngurus akta kematian, saya kemudian menyerahkannya lagi ke Dukcapil kecamatan. Sialnya, meski berkas-berkas telah lengkap semua, ternyata ditemukan nama singkatan dalam akta kelahiran keluarga saya, yakni nama bapak dari almarhum bapak saya.

Nama aslinya adalah Abdul Ghofar, namun di KK hanya ditulis A Ghofar. Ini problem besar, katanya. Sebab nama singkatan seperti itu akan otomatis ditolak oleh Kabid Dukcapil. Solusinya, harus dihadirkan data dukung yang menyebutkan bahwa A Ghofar di situ adalah Abdul Ghofar. Caranya, lampirkan ijazah sekolah almarhum bapak serta KK saudara kandung.

Saat itu, saya mencatat semua berkas yang dibutuhkan, sebab saya nggak mau jika nantinya keliru lagi. Alhasil, setelah melengkapi segala berkas-berkas yang diminta, saya kembali menyerahkannya ke kantor Dukcapil kecamatan. Kampretnya, pegawai tersebut malah meminta lagi ijazah saudara kandung almarhum bapak. Lah ini kan ribet, padahal di ijazah bapak dan KK saudara kandung saja sudah jelas bahwa namanya Abdul Ghofar. Lalu, kurang kuat apalagi datanya sampai minta ijazah saudara kandung?

Terkait hal ini, saking jengkelnya, saya sampai berdebat panjang dengan staf kantor Dukcapil. Sebab selain ribet, sebelumnya juga nggak diinformasikan untuk sekaligus membawa ijazah saudara kandung, ia hanya meminta KK dari saudara kandung, sekali lagi hanya KK. Lah, kalau tiap menyerahkan berkas selalu disuruh nyari dokumen lain sebagi pendukung terus-terusan, yang ada malah bakalan habis nanti umur saya buat ngurus hal-hal beginian saja. Saya sampai mbatin, apa karena nggak memakai jasa calo sampai dibuat ribet begini?

Ngurus akta kematian gratis itu hampir nggak mungkin

Namun, meski berdebat panjang, pada akhirnya staf kantor Dukcapil tersebut mau menerima juga, tapi dia menandaskan bahwa “Ini saya terima, tapi nggak tau kalau nanti ditolak sama Kabid gara-gara kurang berkas pendukung’. Sebab saya sudah kadung bad mood, akhirnya saya hanya ngangguk saja. Faktanya, seminggu kemudian akta kematian almarhum bapak dan KK baru keluarga kami terbit. Nah loh, lantas, kenapa sebelumnya staf Dukcapil masih keukeuh minta berkas ini itu? Apa dia nggak tau berkas apa saja sebenarnya yang dibutuhkan? Haish mbuh, lah.

Berdasarkan pengalaman tersebut, sampai sekarang saya masih mbatin, emang bener hidup di Indonesia tuh nggak ada yang gratis. Contoh paling sederhananya ya kayak ngurus pencatatan sipil tadi. Mau cepet ya harus bayar, yakni pakai calo. Mau gratis? Eits nggak ada, kita harus tetap bayar, tapi bukan pakai uang, melainkan dengan waktu yang bakalan habis untuk bolak-balik ngumpulin berkas!   

Penulis: Ahmad Nadlif
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Mungkinkah Dukcapil Buka Sampai Malam dan di Akhir Pekan?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 23 April 2025 oleh

Tags: administrasiakta kematiancaloDukcapil
Ahmad Nadlif

Ahmad Nadlif

Mas-mas jawa biasa.

ArtikelTerkait

Menebak Alasan Sikap Jutek Pegawai TU

Menebak Alasan Sikap Jutek Pegawai TU

30 Mei 2022
Kartu Keluarga dan Dokumen Kependudukan yang Dikeluarkan Dukcapil Sekarang Nggak Sebagus Dulu, Nggak Ada Bedanya Sama Fotokopian!

Kartu Keluarga dan Dokumen Kependudukan yang Dikeluarkan Dukcapil Sekarang Nggak Sebagus Dulu, Nggak Ada Bedanya sama Fotokopian

30 Juli 2023
Mental Playing Victim Korban Calo Masuk Menjadi Abdi Negara: Pelaku Kejahatan kok Ngaku Korban, Sehat?

Mental Playing Victim Korban Calo Masuk Menjadi Abdi Negara: Pelaku Kejahatan kok Ngaku Korban, Sehat?

26 Mei 2023
Dosen Pembimbing Bersifat Buruk, Skripsi dan Lulus Jadi Lama! (Unsplash) berkas kelulusan jasa edit skripsi

Mengerjakan Skripsi Itu Nggak Sulit, Jauh Lebih Sulit Mengurus Berkas Kelulusan Mahasiswa!

12 Juli 2024
Lulusan SMK Berusia 20-an Sudah Dianggap Lansia oleh Perusahaan, Cari Kerja Makin Sulit Mojok.co

Lulusan SMK Berusia 20-an Sudah Dianggap Lansia oleh Perusahaan, Cari Kerja Makin Sulit

15 Januari 2024
penggolongan sim ujian praktik sim sim khusus pelajar mojok

Ujian Praktik SIM Adalah Refleksi Ujian Hidup yang Sebenarnya

14 April 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.