Gara-gara iming-iming seorang teman bus mania yang sering bepergian Surabaya-Jakarta menggunakan bus sleeper, saya tertarik untuk mencoba naik bus tersebut. Meski saya sebenarnya nggak begitu antusias untuk naik bus dalam perjalanan jarak jauh.
“Enak loh mas, bisa berbaring, tidur nyenyak, dibanding naik sepur, ongkosnya sama”, dia meyakinkan saya, padahal saat itu saya sudah berencana memesan tiket kereta api Bangunkarta. Namanya penasaran, saya nggak pikir panjang untuk mengubah rencana menjadi memesan tiket bus melalui aplikasi pemesanan online.
Kesan pertama saya menaiki bus sleeper cukup menarik, kursi lebih private, dibatasi kelambu, disediakan bantal dan selimut. Tapi di perjalanan, kesan saya berubah.
Kursi sempit bikin susah gerak
Buat saya yang punya badan proporsional alias nggak gemuk-gemuk juga, kursi bus sleeper yang saya tunggangi rasanya cukup sempit. Saya memilih kursi single yang satu baris hanya ada satu kursi, namun bertingkat atas dan bawah. Jenis bus yang saya naiki bukan bus double decker, itulah sebabnya kursi saya terasa sempit.
Kesan saya seketika berubah, apalagi saya membawa tas carries 60 liter yang nggak mungkin saya simpan di bagasi karena ada laptop, makanya saya masukkan sekalian di kursi saya.
Memang sekilas terlihat nyaman, kursi bisa diatur naik turunnya, bisa meluruskan kedua kaki dengan lega, disediakan air mineral botol dan snack, tapi bagi saya terasa sesak gara-gara ada tas carrier.
Harusnya di dalam bus tetap disediakan loker atau rak seperti bus pada umumnya di bagian atas kursi, tapi saya nggak menjumpainya.
Perut mual gara-gara tidur goyang-goyang
Sebenarnya saya bukan orang yang suka mabuk perjalanan, tapi kali ini perjalanan menunggangi bus sleeper buat perut saya mual. Untungnya nggak sampai muntah mabuk perjalanan.
Gara-garanya, kursi saya ternyata tepat di bagian roda bus, jadi goncangan perjalanan cukup terasa. Nggak jauh beda dengan naik kapal ekonomi rasanya yang bergoyang-goyang dihempas gelombang air laut. Bedanya ini di daratan.
Karena saya sudah ngantuk berat, mau nggak mau mata harus dipaksa buat terpejam sambil nahan perut mual-mual. Perjalanan 11 jam yang buat kesan saya ke bus sleeper berubah 180 derajat.
Baca halaman selanjutnya

















