Sebelum covid 19 memporandak-porandakkan dunia, aku berkesempatan menjelajah ke suatu negara di timur tengah karena mengikuti suatu program. Negara metropolitan yang berada di Uni Emirat Arab, terkenal dengan berbagai destinasinya yang sangar membuat para turis tertarik untuk mengunjunginya, terutama di Dubai.
Baru beberapa hari sebelumnya aku mendarat di Dubai, tiba-tiba sudah berada pada destinasi terakhir. Malam hari setelah jalan-jalan ringan di Dubai Lama, aku dan teman-teman dibawa ke sebuah mal, Dubai Mall namanya. Setelah sampai di tempat parkir, lalu turun dari bus dan menerabas jalanan yang penuh sesak, aku sampai di depan pintu masuk, aku melongo seolah tak percaya, tak percaya setelah ini akan balik ke Indonesia maksudnya, hehe.
Setelah melalui pintu masuk, melihat ribuan orang baik orang lokal maupun turis, dari lantai dasar dan lantai atas-atasnya lagi berlalu-lalang. Entah hanya sekadar jalan-jalan atau membeli makan. Aku sih sudah pasti jalan-jalan aja, melihat dari luar aja sudah minder mau masuk, apalagi setelah melihat harga-harga produk yang dijual. Aku dan teman-teman diberikan kesempatan untuk berkeliling, kira-kira dua jam lamanya lalu segera kembali di meeting point yang telah ditentukan.
Waktu itu aku jalan bersama beberapa orang saja. Baru beberapa meter melangkah, aku melihat akuarium. Lagi-lagi aku hanya bisa diam. Woow gila bener.., hatiku membatin. Akuarium yang juga telah diceritakan oleh Tour Guide kami ketika di dalam bus sepanjang perjalanan tadi, akuarium indoor terbesar di dunia. Berisi banyak ikan, baik ikan kecil, sedang, dan besar semuanya tersedia. Wah, boleh tuh buat stok makan pasti nggak abis-abis, hehe.
Eskalator berjalan pelan mengantarkanku dan teman-teman ke lantai dua. Tidak jauh dari Akuarium, aku dihadapkan dengan air terjun di dalam mal. Air terjun ilusi yang di dalamnya ada patung-patung seperti manusia yang sedang menyelam. Aneh, aku sempat pusing saat melihatnya. Hah, entahlah. Aku hanya sebentar saja disini, lalu melanjutkan jalan-jalan ke tempat yang lain.
Satu hal yang membuatku terkesan di tempat destinasi terakhir ini adalah ketika aku melihat air mancur (Dubai Fountain) menari dengan background Burj Khalifa yang letaknya tidak jauh dari Dubai Mall. Menara pencakar langit yang memiliki ketinggian 826 meter itu terlihat sangat elok dan menakjubkan pada malam hari. Kerlap kerlip cahaya yang terang turut menghiasi indahnya Dubai. Air mancur menari dengan alunan musik yang mengiringinya setiap tiga puluh menit. Disebutkan juga air mancur ini bisa memuntahkan airnya hingga 150 meter ketinggian dari permukaan tanah. Hal yang tidak boleh dilupakan, mengambil foto dan merekam. Itung-itung buat memenuhi memori handphone.
Menurutku ini adalah pengalamanku yang paling melelahkan bagiku. Bagaimana tidak? Dubai Mall memiliki luas yang sama dengan 50 kali ukuran lapangan sepak bola, kata seorang Tour Guide yang membawa kami. Ya kali mau keliling, keliling satu lapangan sepak bola aja belum tentu aku mau. Tapi, disisi lain ini menjadi momen yang tidak mungkin aku lupa karena pemandangan-pemandangan luar biasa yang dimilikinya.
Fakta menarik lain yang aku dapatkan adalah tentang berapa lama seseorang dapat mengelilingi Dubai Mall. Tour Guide mengatakan bahwa pernah ada survey untuk mengelilingi Dubai Mall seluruhnya, bisa mencapai tujuh hari waktu dibutuhkan. Hmm, aku yang dua jam berkeliling aja sudah kelelahan. Bagaimana mungkin, waktu itu juga aku tidak sampai seminggu di sana. Haha.
Yup, mal ini diklaim sebagai mal terbesar di dunia. Buka mulai pukul 8 pagi hingga 8 malam. Apa pun bisa ditemukan di tempat yang satu ini, mulai dari permen, kafe, fashion, hiburan, dan lain-lain. Mulai dari harga rendah hingga ratusan juta semuanya ada. Total keseluruhan terdapat sekitar 1200 toko yang buka di mall ini. Luar biasa memang, sebuah mall dengan konstruksinya yang serba mewah ini tak pernah sepi dari pengunjung, terlebih para wisatawan yang sedang berlibur di kota ini.
So, ada banyak pelajaran yang aku dapat dari pengalaman yang satu ini. Ketika aku melihat dunia luar dengan kehebatan yang dimilikinya. Menyadari betapa pentingnya rendah hati dan belajar, dimana pun dan kapan pun itu.
“Travel makes one modest. You see what a tiny place you occupy in the world.” – Gustave Flaubert
BACA JUGA Kehidupan Saya di Jerman Selama Ada Virus Corona dan tulisan Robiatul Adawiyah lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.