Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Pengalaman Ngekos di Kamar Kos yang Tak Ada Jendela

Muhaimin Nurrizqy oleh Muhaimin Nurrizqy
23 Mei 2020
A A
4 Pengalaman Duka yang Dirasakan saat Rumah Dijadikan Tempat Nongkrong

4 Pengalaman Duka yang Dirasakan saat Rumah Dijadikan Tempat Nongkrong

Share on FacebookShare on Twitter

Jendela sering dihubungkan dengan perasaan. Para penyair-penyair romantis mengawinkan diksi jendela dengan sesuatu yang berbau melankolis, misalnya gerimis, bulir hujan, sinar matahari, embun pagi, dan lain sebagainya. Dan jendela juga biasanya sering dikaitkan dengan makna kebebasan, misalnya dalam ujaran “buku adalah jendela pengetahuan”.

Saya bisa membayangkan ketika para penyair itu menulis puisinya: duduk di sebuah meja yang berhadapan dengan jendela saat gemiris menerpa kaca dan bulir-bulir air bergerak seperti cinta yang klise, sambil mengisap sebatang rokok dan sesekali menyeduh kopi hitam. Ah, betapa nikmatnya.

Saya menyukai jendela, tetapi suatu kejadian membuat kami bercerai.

Biasanya sambil kuliah, saya bisa mendapat pemasukan tambahan dengan bekerja sebagai waiters di salah satu kafe dekat kampus. Semenjak virus corona datang ke Indonesia, pemasukan saya jadi berkurang.

Saya mesti mencari kos-kosan yang lebih murah. Jajan bulanan saya yang tidak seberapa itu tidak sanggup menahan ongkos sewa kos dan makan. Di awal diterapkannya PSBB dan saya tidak bisa bekerja lagi, saya cabut dari kos lama yang kebetulan juga sudah hampir jatuh tempo dan pindah ke kos baru yang sumpek dan tidak ada jendelanya.

Tidak apa-apa, yang penting masih bisa tidur.

Seminggu awal, saya sedikit merasa stres karena saya tidak bisa mengetahui pergantian hari. Hal yang ada di kamar itu untuk mengetahui hari hanya jam dinding. Oke, sepertinya perlu saya jelaskan di sini bagaimana posisi kamar saya itu sehingga kawan-kawan mengerti betapa miskinnya cahaya yang masuk, atau bisa dibilang tidak ada.

Jadi, kamar kos saya itu terletak paling ujung. Kos-kos itu seperti lorong, terbagi atas dua sisi. Jadi dalam penggambarannya, setiap pintu berhadap-hadapan. Nah. Kamar-kamar yang berderet itu berada di lantai dua. Memang ketika kita masuk, ada jendela di bagian depan, tempat duduk tamu, tapi cahayanya hanya sampai menyentuh dinding pembatas, tidak bisa menjangkau seluruh lorong.

Baca Juga:

4 Dosa Pemilik Jasa Laundry yang Merugikan Banyak Pihak

7 Tabiat Penjaga Kos yang Bikin Penghuninya Betah Tinggal

Bingung, ya? Ya, tidak apa-apa. Mungkin karena kisah cinta perasaan saya sekarang sedang rumit juga.

Jadi kata bapak kos yang juga seorang ketua RT, kamar yang ada hanya tinggal satu, dan itu paling ujung dan tidak ada jendela, tapi harganya lebih murah dari kamar yang lain. Karena hanya beliau yang mau menerima penyewaan kamar, saya ambil saja.

Untuk pindah kos dalam situasi pandemi ini tidak mudah kawan-kawan. Para pemilik kos merasa curiga ketika saya menanyakan kesediaan apakah ada kamar yang kosong. Mereka menanyai saya banyak hal seperti, “Adik dari mana?”, “Mau berapa bulan?”, “Kerjanya apa?”, “Kok pindah kosnya sekarang?” Bahkan ada yang sampai bertanya begini, “Adik mau mengarantina diri, ya? Lari dari daerah mana?”

Walau sudah saya ceritakan bahwa saya hanya ingin pindah kos dan dari daerah yang sama, mereka tetap tidak percaya dan yang bikin tambah kesal adalah setelah sok-sok bertanya macam seorang intel itu, mereka mengatakan permintaan maaf karena tidak ada kamar yang kosong. Sialan!

Setelah lelah mencari, akhirnya yang percaya dan mau menyewakan kamar kosnya hanya Pak RT itu. Ya, tentu langsung saya deal­-kan. Untung juga murah. Syukurlah….

Karena masih ada waktu lima hari, saya bisa dengan santai mem-packing barang-barang. Untung juga tidak banyak sehingga dalam waktu dua hari, semua barang sudah siap angkut. Dan pemindahan hanya terjadi setengah hari dengan menyewa ojek becak.

Ketika malam pertama, saya merasa asing di kamar itu. Tentu saja, namanya juga kamar baru, saya terlalu berlebihan, ah. Tapi yang semakin membuat tambah asing itu adalah para penghuni kamar lain yang hanya mengurung diri di kamar mereka. Dan itu juga tidak banyak karena yang lain sudah pulang kampung karena perkuliahan diliburkan. Bagi saya yang kampungnya berbeda daerah mana bisa pulang karena juga menghargai penerapan PSBB dan peraturan pemerintah tercintah!

Dua hari satu malam, pembongkaran dan penyusunan barang selesai dikerjakan. Ketika melihat sekeliling, saya merasa ada yang aneh. Ya, tentu itu adalah jendela. Tidak ada jendela sangat mengganggu karena kos lama saya memiliki jendela dengan pemandangan yang bagus.

Namun sekali lagi, tidak apa-apa. Setidaknya saya masih punya atap untuk berteduh.

Akan tetapi, ya itu, sebulan lebih tinggal di kamar tanpa jendela membuat pemaknaan saya terhadap jendela jadi berbeda. Pernah saya berpikir seperti ini, apakah ini rasanya tinggal di penjara yang kelam itu? Seperti adegan di dalam film-film bertema penjara, ketika mereka dimasukkan ke dalam ruang yang gelap dan kecil.

Jendela, bagi saya kini bukanlah apa-apa. Malah, jauh dari perasaan melankolis. Justru, sekarang, saya merasa tanpa jendela membuat saya semakin fokus bertarung dengan diri saya untuk mengalahkan diri saya sendiri, semacam kontemplasi tahap lanjut.

Sepertinya, kerja kontemplasi semacam itu hanya dimungkinkan ketika tidak adanya dunia luar yang mengginterupsi ruang pribadi kita. Tidak adanya jendela membuat saya tidak melihat apa-apa. Saya jadi tidak tahu pergantian hari, saya tidak bisa melihat perubahan intensitas cahaya, dan lain sebagainya. Bahkan pada suatu ketika, saya pernah terbangun dan lalu melihat jam dinding menunjukkan pukul 5. Saya menyangka pukul lima subuh, ternyata pukul lima sore!

Ketika membaca puisi-puisi romantis yang penuh dengan jendela yang melankolis, saya seperti dibawa ke dunia yang lain, ke situasi yang jauh. Sebab saya seperti terputus dari hal itu, dari “jendela” tersebut. Dan saya tidak bisa menikmatinya lagi.

Jendela hanya tinggal makna kamus: lubang yang dapat diberi tutup dan berfungsi sebagai tempat keluar masuk udara; tingkap, tidak lebih. Sebuah bingkai yang diisi dengan kaca yang kelak juga akan retak.

Kini, saya memang tidak bisa melihat sesuatu yang ada di luar, melihat keluasan. Saya kini sedang berada dalam kungkungan tembok yang semakin lama semakin menekan tubuh saya. Namun setelah saya pikir-pikir, di kondisi begini, saya ternyata menemukan keluasan lain, keluasan tiada tara yang selama ini tidak saya temukan ketika tinggal di kamar kos yang memiliki jendela.

Sesuatu yang lain itu tenyata tersimpan di dalam diri saya sendiri, yang jika kita lihat dengan saksama, seperti sebuah padang sabana, yang ternyata juga lebih luas dan lebih menantang dari melankolisnya jendela.

BACA JUGA Alasan Saya Menulis 248 Tulisan dan Mengirim Lebih dari 1 Naskah per Hari di Terminal Mojok

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 23 Mei 2020 oleh

Tags: jendelakoswabah corona
Muhaimin Nurrizqy

Muhaimin Nurrizqy

Lahir dan besar di Padang kota tercinta!

ArtikelTerkait

4 Jalan Berbahaya di Bantul yang Nggak Disadari Banyak Pengendara

Stop Mencibir Mahasiswa Asal Bantul yang Ngekos di Sleman, Kami Ngekos karena Kami Masih Sayang Punggung!

3 Juli 2024
Rekomendasi Tempat Tinggal bagi Mahasiswa Prasejahtera terminal mojok

Rekomendasi Tempat Tinggal bagi Mahasiswa Prasejahtera

17 Juni 2021
thermo gun memang berbahaya infrared inframerah radiasi cara kerja thermo gun mojok.co

Thermo Gun Memang Berbahaya karena 3 Alasan Ini

21 Juli 2020
petasan mercon ramadan rindu cara main anak kompleks beli dilarang mojok

Cara Anak Kompleks Mengadakan Pesta Mercon selama Ramadan

27 April 2020
ibu-ibu pekerja wfh diganggu anak komputer perempuan wabah corona bekerja di rumah perempuan karier mojok

4 Tips WFH yang Sulit Diterapkan Ibu-ibu

7 Mei 2020
tren bersepeda di tengah pandemi wabah corona tren olahraga mojok.co

4 Alasan Orang Tiba-tiba Suka Bersepeda Belakangan Ini

11 Juni 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

15 Desember 2025
Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo Mojok.co

Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo

14 Desember 2025
4 Hal yang Membuat Orang Salatiga seperti Saya Kaget Ketika Hidup di Solo Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Salatiga seperti Saya Kaget ketika Hidup di Solo

12 Desember 2025
Orang Jakarta Stop Berpikir Pindah ke Purwokerto, Kota Ini Tidak Cocok untuk Kalian Mojok.co

Orang dari Kota Besar Stop Berpikir Pindah ke Purwokerto, Kota Ini Belum Tentu Cocok untuk Kalian

11 Desember 2025
Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

16 Desember 2025
Drama Puskesmas yang Membuat Pasien Curiga dan Trauma (Unsplash)

Pengalaman Saya Melihat Langsung Pasien yang Malah Curiga dan Trauma ketika Berobat ke Puskesmas

14 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal
  • Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah
  • Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna
  • Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus
  • Raibnya Miliaran Dana Kalurahan di Bantul, Ada Penyelewengan
  • Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.