Pengalaman Kerja Part Time di Jepang: Gajinya Besar, Kerjaannya Nggak Nyantai

Pengalaman Kerja Part Time di Jepang Terminal Mojok

Pengalaman Kerja Part Time di Jepang (Unsplash.com)

Waktu masih tinggal di Jepang dulu, menurut saya kerja part time sebagai pelayan restoran adalah hal yang mudah. Dalam bayangan saya, sebagai pelayan restoran, saya tinggal menyerahkan menu, menyajikan makanan, lalu mengambil piring kotor setelah tamu selesai makan. Sudah.

Namun siapa sangka, kerja part time sebagai pelayan restoran di Jepang ternyata jauh lebih ribet. Apalagi waktu itu saya berkesempatan kerja di sebuah restoran hotel. Dan tahu sendiri kan kalau Jepang adalah negara yang menjunjung tinggi “servis pelanggan”. Kalau tamunya marah, wah, bisa habis deh reputasi hotel tempat saya bekerja.

Kenshuuchuu (In Training)

Pertama kali menginjakkan kaki di lobi hotel tempat saya melamar kerja part time, saya langsung bertemu direkturnya dan diwawancarai. Hotel tempat saya melamar kerja itu memang letaknya nggak begitu jauh dari kampus saya dulu di Jepang.

Setelah ditanya-tanya layaknya wawancara kerja pada umumnya (wawancara dalam bahasa Jepang tentu saja), akhirnya saya diterima. Saya lalu diberi seragam dan diajari teknis terkait pekerjaan saya. Tak lupa saya mendapat pin nama dan pin bertuliskan “kenshuuchuu” alias “sedang masa training”. Sebenarnya bisa juga diartikan: kalau ada salah, tolong dimaklumi, ya. Hehehe.

Sebagai pekerja part time baru, beban psikis yang saya rasakan jauh lebih berat. Kebetulan saya mendapat supervisor dan senior yang agak galak. Selama seminggu pertama, saat senior melayani tamu, saya harus mengikutinya agar lebih mudah belajar.

Sebisa mungkin saya harus bisa beradaptasi dengan pekerjaan sebagai pelayan di restoran hotel di Jepang dalam waktu sebulan karena masa training saya hanya sebulan. Kalau dalam waktu sebulan saya nggak bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik, ya siap-siap saja dipecat.

Kerjaannya nggak selow

Seperti yang sudah saya katakan di awal, tadinya saya pikir kerja part time sebagai seorang pelayan di restoran hotel sebatas menyajikan makanan ke tamu dan mengambil piring kotornya. Eh, ternyata masih banyak hal yang harus saya lakukan, lho. Sudah menjadi ciri khas pekerjaan di Jepang yakni memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dengan pekerjaan seefektif mungkin.

Di restoran hotel tempat saya bekerja dulu punya dua shift kerja. Shift pagi melayani sarapan tamu hotel dan shift malam melayani tamu hotel (sudah termasuk paket menginap di hotel) atau pengunjung yang ingin makan malam.

Menu makanan di pagi hari biasanya memang lebih sederhana lantaran kebanyakan orang cenderung terburu-buru. Sementara pada malam hari, tamu akan lebih banyak menikmati suasana dan rasa makanannya.

Menu makan malam di restoran hotel tempat saya bekerja adalah menu masakan Jepang yang jauh lebih ribet. Biasanya disajikan sesuai urutan dan timing masing-masing. Pelayan harus peka mengamati tamu yang makan. Ada sekitar 6-7 menu yang disajikan berurutan dan tiap kali menyajikan menu ke tamu, saya harus memberi penjelasan dalam bahasa Jepang atau bahasa Inggris apabila tamunya bukan orang Jepang.

Urutan pekerjaan yang pernah saya lakukan saat shift malam adalah menata meja sesuai denah tamu yang diberikan front office, menyajikan makanan dan mengambil piring kotor bergantian, menawarkan alkohol atau minuman selain yang ada di menu, mengumpulkan piring kotor dan mengantarnya ke tempat cuci piring. Oh ya, kalau ada tamu yang butuh air putih atau teh, pelayan juga harus sigap melayani. Pokoknya selama tamu makan, saya harus standby mengamati kebutuhan para tamu.

Kalau kebetulan tamu di restoran hotel tempat saya bekerja nggak terlalu banyak, biasanya saya akan membantu tukang cuci piring mengembalikan alat makan sesuai tempatnya. Jangan dikira ini hal mudah, peralatan makan di Jepang printilannya sangat banyak, Gaes. Apalagi hampir semuanya terbuat dari keramik yang nggak ringan. Kebayang pasti boyoken pas mengangkat keranjangnya, kan?

Sementara saat kerja part time shift pagi, tantangannya beda lagi. Menu makanan di restoran hotel memang lebih simpel, namun setelah urusan makanan dan cucian piring selesai, saya harus membantu membersihkan dan menyiapkan kamar yang akan ditinggali tamu hotel berikutnya. Biasanya ini sesuai daftar yang diberikan front office.

Saya pernah selesai kerja part time mendapat shift malam sekitar pukul 11 malam dan keesokan harinya mendapat shift pagi. Shift pagi selesai sekitar pukul 10. Mantap, deh.

Gajinya besar

Upah per jam kerja part time di restoran hotel waktu itu terhitung besar. Waktu itu saya dibayar 950  yen per jam untuk shift pagi dan 900 yen per jam untuk shift malam. Sementara kalau part time di tempat lain, biasanya dibayar sekitar 800-850 yen per jam.

Selama bulan pertama, saya bekerja sekitar 75 jam. Kalau dihitung-hitung, upah bulan pertama saya adalah 69.160 yen (sekitar 7,9 juta rupiah). Banyak juga kan untuk ukuran part time? Uang hasil kerja part time itu kemudian bisa saya gunakan untuk deposit saat masuk asrama kampus. Hehehe.

Walau pengalaman saya kerja part time sebagai pelayan di restoran hotel nggak lama, saya banyak belajar soal bagaimana orang Jepang—khususnya mereka yang bekerja di bidang perhotelan—sangat mengutamakan servis dan kepuasan tamu. Selain itu, saya baru tahu kalau di Jepang, ranking hotel juga bisa mempengaruhi keberlangsungan hotel tersebut ke depannya, maka nggak heran kalau banyak hotel di sana berlomba-lomba memberikan pelayanan terbaik bagi para tamunya.

Penulis: Primasari N Dewi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Sebelum Memutuskan Kerja Part Time, Mahasiswa Harus Kritis Perkara Durasi Kerja.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version