Pengalaman Jadi Figuran Sinetron selama Sehari

pengalaman menjadi aktor figuran sinetron mojok.co

pengalaman menjadi aktor figuran sinetron mojok.co

Menjadi seorang artis mungkin mimpi sebagian orang. Alasannya, jadi artis kok kayaknya bikin kaya ya. Saya juga berpikir gitu saat masih kecil, pengin jadi artis sinetron karena saat itu sedang booming-boomingnya sinetron Cinta Fitri.

Setelah masuk sekolah, mimpi menjadi artis terlupakan karena saya berpindah haluan ingin menjadi pilot meskipun pada akhirnya pilot bukan satu-satunya impian saya.

Tapi ketika sudah tidak diharapkan, datang kesempatan untuk jadi artis sinetron. Hm, sebenernya cuma nampang sebagai figuran sih.

Ketika itu saya masih kelas 2 SMP (2012/2013). Sekolah saya dapat tawaran dari kru satu sinetron untuk menyuplai figuran untuk pembukaan sinetron tersebut. Biasanya kan sebelum sinetron dimulai ada perkenalan dari pemain serta cuplikan beberapa adegan sinetronnya nanti. Nah, rekaman untuk pembukaan itulah yang akan kami kerjakan.

Sekolah saya dipilih karena kebetulan lokasi syuting mereka dekat, tepatnya di sekitar jalan pedesaan menuju Pelabuhan Ratu yang dekat area wisata arung jeram. Sekolah akhirnya memutuskan memilih anak-anak OSIS untuk ikut membantu kru sinetron tersebut. Saya baru menerima kabar menyenangkan tersebut ketika tengah malam sebelum tertidur.

Jadilah di hari itu, saya dan anggota OSIS lainnya mendapat kesempatan untuk mengukir pengalaman indah. Kami berangkat bersama rombongan syuting menggunakan mobil bak terbuka. Rasanya seru sekali, terlebih lokasi sekolah kami memang masih asri dengan pepohonan segar diselingi tanaman-tanaman liar, pohon teh, dan sawit di sepanjang perjalanan.

Ketika sampai di lokasi, sudah banyak kru. Para pemain utama tampak sedang membaca naskah. Di situ saya mendapati pemandangan luar biasa yang belum pernah saya saksikan seumur hidup. Saya melihat beberapa artis pendatang baru. Saya senang bukan main karena bisa melihat Amanda Manopo ada di sana. Saya tidak menyangka kami akan berada di tempat yang sama.

Seorang kru memulai pekerjaan kami dengan memberi arahan apa yang harus kami lakukan. Si kru berbicara dengan sangat cepat namun cukup bisa dimengerti sekaligus membuat kami merasa harus sigap memahami keinginan mereka yang ke sana kemari membawa kertas berlembar-lembar.

Kami dibagi dalam beberapa adegan. Salah seorang kru terlebih dahulu memilah dan memilih siapa yang diajak syuting. Sisanya menunggu terlebih dahulu. Saat itu beberapa di antara kami disuruh menjadi rombongan siswa yang panik kehilangan salah satu temannya yang diduga terseret arus sungai. Adegan dilakukan beberapa kali sampai si sutradara puas dengan akting kami. Hmmm… lebih tepatnya akting si pemeran utama sih.

Ketika break tiba, saya langsung tahu menjadi seorang artis tidak semudah yang dibayangkan. Baru menjadi figuran sebentar saja capeknya minta ampun, apalagi mereka yang menjadi pemeran utama. Saat break, kami diberi air mineral dan nasi kotak. Kami para figuran makan dengan lahap meskipun dengan lauk seadanya di emperan lantai dekat mobil yang tadi mengangkut kami.

Sementara sang artis, mereka makan di tempat yang lebih sejuk sambil sesekali make-up nya dibetulkan seseorang. Saya merasa hal tersebut wajar karena mereka bekerja lebih keras daripada kami. Saat makan, saya sesekali memandang Amanda Manopo dari kejauhan. Seandainya saja bisa berada di dekat dirinya dan menyuapinya makan, hahaha.

Tak beberapa lama kemudian kami disuruh beraksi lagi. Amanda Manopo berubah wujud menjadi makhluk yang cukup mengerikan dengan sekujur tubuh berwarna biru. Mungkin dari kalian akan tahu sinetron apa yang sedang saya bicarakan. Ia layaknya Avatar dalam versi indah. Di situ ada dua sosok biru, yang pertama Amanda Manopo, satunya pemeran pengganti karena akan ada adegan cukup berbahaya.

Para figuran lalu disuruh menaiki bus. Di situ sangat sesak karena hanya ada AC alami. Beberapa artis tampak dikipas-kipasi oleh asistennya. Adegan pun dimulai, kami disuruh berakting seolah sedang berwisata menggunakan bus. Para kameramen dan antek-anteknya bekerja dengan sangat keras, terus memperhatikan layar, memastikan angle-nya pas.

Di tengah perjalanan bus, ada sesosok makhluk berwarna biru yang menyeramkan melompat ke atap bus. Blukkk. Suara entakan kaki terasa dengan jelas. Kami di dalam bus dipaksa untuk menjadi panik. Ketika bus menanjak, ada suara seperti benda jatuh dari atap bus. Dan ternyata itu adalah si makhluk biru itu. Saya kira itu adalah bagian dari adegan. Namun, nyatanya itu adalah insiden kecelakaan yang tidak direncanakan sebelumnya.

Meskipun sudah pakai pengaman, pemeran pengganti tersebut tetap terjatuh. Telinganya berdarah dan tangannya lecet. Kami di dalam bus berdiam diri sejenak sebelum diperbolehkan keluar. Si pemeran pengganti tampak tenang-tenang saja namun wajahnya meringis ketika diobati.

Setelah si makhluk biru diobati, adegan berlanjut dengan pengamanan yang semakin ketat. Di situ saya semakin berdecak kagum pada orang-orang di luar sana yang bekerja keras demi keluarga di rumah meski nyawa taruhannya. Menjadi pemeran pengganti sungguh bukan pekerjaan yang mudah.

Sebelum Magrib tiba, semua adegan telah selesai. Keesokan harinya para kru akan berlabuh ke tempat lain tanpa kami. Itulah hari yang cukup berharga bagi saya karena setidaknya pernah terlibat langsung dalam pembuatan sinetron meskipun tidak seberapa dalam.

Beberapa saat setelah itu, salah satu kru sinetron mendatangi kami untuk membayar jasa kami. Per orang diberi 20 ribu rupiah sebagai imbalan kerja dari pagi hingga petang. Sekitar jam 7 malam kami pun pulang dengan mobil bak seperti saat kami berangkat. Perjalanan pulang terasa lebih menyenangkan karena kami terus menceritakan hal-hal unik ketika syuting tadi.

Meskipun angin menusuk sangat dingin, namun kami pulang dengan perasaan gembira. Setidaknya saya bisa menatap Amanda Manopo secara langsung. Hihihi.

BACA JUGA Cara Menangis Palsu yang Ternyata Bisa Dipelajari dan tulisan Erfransdo lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version