Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus

3 Pengalaman Duka Saat Menjadi Anggota Ormawa UGM

Noor Annisa Falachul Firdausi oleh Noor Annisa Falachul Firdausi
10 Mei 2024
A A
3 Pengalaman Duka Saat Menjadi Anggota Ormawa UGM

3 Pengalaman Duka Saat Menjadi Anggota Ormawa UGM (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Menjadi anggota ormawa UGM tak selalu membanggakan, ada juga dukanya.

“Waktu kuliah nanti harus aktif berorganisasi, ya, biar lebih gampang dapet kerja.”

Begitu kata kakak kelas saya sewaktu SMA sebelum mengucapkan perpisahan karena ia sudah resmi melepas status sebagai pelajar. Sejak awal, dia memang getol mengingatkan saya dan teman-teman, yang merupakan juniornya di sekolah, untuk aktif berorganisasi. Ia menyarankan agar masa sekolah dan kuliah dipakai untuk mengasah skill interpersonal dan menjalin relasi alih-alih cuma fokus ngerjain tugas dan belajar.

Ketika akhirnya saya mengikuti jejaknya menjadi mahasiswa, ucapannya itu masih membekas. Atau justru lebih tepatnya mencuci otak saya. Saat masih menjadi mahasiswa baru (maba) yang lugu, yang terpikirkan oleh saya adalah harus ikut ormawa sebanyak-banyaknya. Saya bertekad untuk nggak jadi mahasiswa kupu-kupu biar nanti selepas lulus lebih gampang dapat kerja.

Dan beneran, saya ikut berbagai organisasi di UGM, mulai dari himpunan mahasiswa jurusan (HMJ), organisasi mahasiswa (ormawa) tingkat fakultas dan kampus, hingga event tahunan yang seleksinya lebih ketat. Saya juga bersyukur karena tetap bisa menyeimbangkan kegiatan organisasi dengan nilai akademik yang selalu bikin orang tua gembira tiap kali semester berakhir.

Walaupun keaktifan dalam organisasi menjadi asa bagi sebagian mahasiswa yang bentar lagi masuk pasar tenaga kerja, nggak bisa dimungkiri kalau kegiatan itu banyak sisi gelapnya. Ada banyak pengalaman duka dan pengorbanan yang saya alami ketika masih aktif menjadi anggota ormawa, khususnya di UGM.

Saya turut menghimpun pengalaman-pengalaman teman-teman saya sewaktu bergabung di HMJ dan ormawa di UGM karena, yah, ternyata beberapa pengalaman duka mereka jauh lebih kelam daripada punya saya.

#1 Sudah kerja masih aja dikerjain

Banyak mahasiswa, termasuk saya, meyakini bahwa dengan menjadi budak program kerja (proker), aktivitas kami nggak banyak berbeda dari menteri-menteri kabinet Joko Widodo. Pokoknya harus kerja, kerja, kerja.

Baca Juga:

Ambil S2 UGM setelah Lulus S1 dari Tempat yang Sama, Alasan Saya Tidak Bosan Kuliah di Gadjah Mada

4 Pemikiran Aneh Anak Organisasi Mahasiswa Eksternal yang Pernah Saya Dengar

Masalahnya, nggak jarang kami ini sudah kerja tapi masih juga dikerjain. Pulang malem, oke, kami siap. Makan dan mandi dijamak, nggak masalah. Nggak dibayar, sudah biasa. Tapi kalau sudah berkorban segini banyak tapi harus nombok, apa namanya kalau bukan dikerjain? Gini nih budak revolusi industri 4.0. Kerja keras pun tetap harus bayar.

Tapi nombok yang saya maksud ini bukan kas, ya. Kalau kas kan nanti balik lagi penggunaannya untuk kemaslahatan anggota ormawa di UGM. Nombok yang saya maksud adalah pemaksaan kepada anggota untuk membayar sejumlah uang tertentu.

Nggak bisa diebak organisasi seperti apa yang bakal memaksa anggotanya buat ikut ngeluarin dana pribadi. Tapi kalau pengalaman saya, organisasi yang menerapkan sistem punishment tanpa reward lah yang suka bikin anggotanya boncos. Niatnya sih biar anggota jadi disiplin. Tapi penerapannya yang salah karena kita nggak tahu kondisi tiap orang, begitu juga dengan keadaan ekonominya.

Telat dikit, bayar. Izin sehari, bayar. Nggak danusan, bayar. Duh, apalagi kalau tiba-tiba ngilang atau nggak aktif. Siap-siap dapet WA isinya tagihan ratusan ribu. Nangis aja dah kalau lagi bokek.

#2 Perpeloncoan dan senioritas di beberapa ormawa UGM

“UGM ada perpeloncoan? Bukannya di ospeknya aja nggak ada, ya?”

Iya, betul. Di PPSMB UGM nggak ada perpeloncoan atau senioritas. Justru di PPSMB maba diajak senang-senang. Tapi kamu perlu tahu bahwa di beberapa ormawa di UGM masih ada orang-orang kolot yang haus kehormatan dan suka ngelihat juniornya nunduk-nunduk di bawah kekuasaannya.

Ini kisah teman saya yang pernah menjadi anggota semua organisasi mahasiswa daerah (ormada). Ormada yang seharusnya menjadi wadah para mahasiswa yang berasal dari daerah yang sama untuk saling membantu proses adaptasi di Jogja malah tak kalah busuk dari sampah.

Salah satu senior di ormada tersebut memaksa teman saya untuk membawakan makanan dengan uang pribadinya. Ajang pemilihan ketua ormada dan ketua divisi juga dipenuhi dengan nepotisme dan favoritisme. Ketika ketua yang dipilih ternyata nggak kompeten, senior-senior di ormada ini nggak menerima masukan atau kritik dari anggota yang lain. Anggota yang mengajukan kritik sedikit saja akan langsung dipersekusi dan difitnah.

#3 Ancaman anggaran dipangkas dan birokrasi ultra-ribet

Sisi gelap ini nggak banyak orang yang tahu kecuali anggota yang memang benar-benar berjuang demi organisasinya. Untuk bisa mendapatkan anggaran, alias napasnya organisasi, nggak jarang sekretaris organisasi harus berdarah-darah. Dan teman saya yang menjadi anggota ormawa UGM dan pernah mengalami itu berbagi cerita.

Ada momen ketika ia sudah rela lembur menyusun proposal dan melakukan audiensi dengan prodi selaku dewan penyedia sumber dana, tapi malah anggaran organisasinya terancam dipotong. Kalau keuangan HMJ tempatnya tergabung sedang kembang kempis dan apesnya nggak ada sponsor, dia harus kembali memutar otak biar operasional dan agenda HMJ tetap berjalan lancar. Dan yang nggak pernah diketahui anggota lainnya adalah sekretaris harus berkorban banyak banget, termasuk performa akademiknya.

Selain itu, birokrasi kampus yang ribet juga membuat anggota organisasi harus kerja lima kali lebih keras. Untuk minta tanda tangan pejabat berwenang saja harus ndekem di depan ruang dosen seperti mahasiswa mau bimbingan. Duh, belum jadi mahasiswa tua tapi sudah trial penderitaan semasa skripsi.

Duka sesungguhnya saat bergabung menjadi anggota ormawa UGM

Itu dia beberapa duka selama menjadi anggota ormawa di UGM yang pernah saya dan teman-teman alami. Walaupun pengalaman-pengalaman tadi termasuk duka, rupanya duka yang sesungguhnya adalah kesadaran bahwa ternyata bukan hal yang mutlak dan wajib untuk jadi mahasiswa yang aktif berorganisasi biar bisa dapat pekerjaan. Nggak aktif organisasi tapi punya skill mumpuni juga tetap punya kesempatan untuk bersaing di pasar tenaga kerja.

Gimana cara mengasah skill selain dari organisasi? Bisa dengan magang, ikut bootcamp, kolaborasi dengan dosen di proyek penelitian, atau jadi volunteer di luar kampus.

Setelah memasuki semester tua baru saya sadar, susah dapet kerja bukan karena nggak aktif berorganisasi semasa kuliah. Kondisi ini adalah masalah struktural di Indonesia.

Penulis: Noor Annisa Falachul Firdausi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Ormawa Lebih Tepat Jadi Tempat Melatih Kesabaran daripada Berorganisasi. Terlalu Banyak Masalah!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 10 Mei 2024 oleh

Tags: himpunan mahasiswaHMJmahasiswa UGMorganisasi mahasiswaormawaUGM
Noor Annisa Falachul Firdausi

Noor Annisa Falachul Firdausi

Alumnus UGM asal Yogyakarta yang lagi belajar S2 Sosiologi di Turki

ArtikelTerkait

3 Kebohongan di FEB UGM yang Perlu Diluruskan biar Mahasiswa Nggak Salah Jalan

3 Kebohongan di FEB UGM yang Perlu Diluruskan biar Mahasiswa Nggak Salah Jalan

13 Juni 2025
Ormawa yang Menjelma Jadi Event Organizer: Dekadensi atau Cara Beradaptasi?

Ormawa yang Menjelma Jadi Event Organizer: Dekadensi atau Cara Beradaptasi?

25 November 2023
lembaga dakwah kampus

Meluruskan Soal Lembaga Dakwah Kampus (LDK) yang Sering Disebut Sarang Radikalisme

26 April 2020
5 Hal yang Biasa Dilakukan Mahasiswa Baru UGM dan Mustahil bagi Mahasiswa Tua

5 Hal yang Biasa Dilakukan Mahasiswa Baru UGM dan Mustahil bagi Mahasiswa Tua

7 Maret 2024
Kerugian yang Bakal Diderita Mahasiswa kalau Program KKN Ditiadakan terminal mojok.co presma ketua BEM UGM organisasi mahasiswa

Di Kampus Saya, Menjadi Presma Hanyalah Impian Saat Maba

13 November 2020
Membayangkan Betapa Nelangsa Jogja kalau UGM Tidak Pernah Berdiri Mojok.co

Membayangkan Betapa Nelangsa Jogja kalau UGM Tidak Pernah Berdiri

3 April 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

16 Desember 2025
Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025
KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

KA Ijen Expres, Kereta Premium Malang-Banyuwangi, Penyelamat Mahasiswa asal Tapal Kuda

18 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan
  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.