Pengalaman Duka Pengangkut Kambing: Dianggap Nggak Ramah Lingkungan Sampai Dikira Maling

investasi kambing mojok.co

kambing mojok.co

Banyak pekerjaan yang dijadikan profesi oleh orang-orang yang tinggal di kota. Bukan hanya yang berbau-bau kantor saja. Melainkan banyak hal lagi. Misalnya berjualan bakso, mie ayam, sayuran dan sebagainya.

Tetapi sayangnya, saya tidak termasuk pekerja yang saya sebutkan di atas. Coba tebak apa kerja saya apa? Pasti kalian tahulah wong judulnya saja sudah tertera. Ya saya kerja di tempat penyembelihan. Namun saya bagian angkut-angkut. Bukan jagal hewan, jagal manusia atau jagal hati kalian.

Garing ya? Maaf, udah usaha ini.

Sebenarnya kalau dibilang mengangkut saja enggak benar juga sih. Saya juga kerap diminta mencarikan kambing. Perlu diketahui, nyari kambing itu nggak mudah. Kadang, orang yang minta saya nyariin kambing itu punya permintaan aneh-aneh macam tanduknya warna oren atau yang janggutnya nggak panjang. Nyari yang biasa aja susah, ini minta aneh-aneh.

Saya akan membagikan pengalaman saya ketika menjadi pengangkut kambing yang saya ambil dari pasar hewan sampai ke tempat penyembelihan yang harus melalui jalanan kota.

Dikira tidak ramah lingkungan

Namanya mengangkut hewan yang tidak punya pikiran, mau tidak mau mereka akan berak sembarangan. Lah itulah yang membuat saya dag dig dug bila harus mengangkut kambing dengan mobil bak bukaan. Selain berak, kambing juga jarang mandi. Hadeh inilah yang membuat saya semakin buruk di mata pengendara lain. Pengalaman ini terjadi ketika saya dapat pesanan kambing dadakan. Biasanya kan nganternya sebelum subuh, lah namanya dadakan ya siang itu juga harus dikirim.

Dengan berat hati dan mengharapkan imbalan tentunya, saya mengambil beberapa kambing. Lumayan banyak, saya ambil sembilan kambing. Eh ketika berhenti di lampu merah. Masyallah ada bapak-bapak menegur saya. Saya langsung berprasangka baik pada beliau, mungkin beliau merupakan pecinta alam dan pelestari alam makanya beliau langsung menegur saya.

“Mas kalau mas bawa kambing dengan mobil bukaan seperti ini, bikin bau lingkungan. Terus belum lagi kotorannya terbang ke mana-mana. Mas sama saja tidak ramah lingkungan” Belum sempat saya menjawab, bapak pelestari alam itu langsung tancap gas karena kebetulan lampu sudah hijau.

Sebenarnya saya tidak ingin memarahi beliau, hanya saja saya ingin meminta saran mobil apa yang pantas untuk mengangkut kambing-kambing saya, agar saya tidak disamakan dengan orang-orang yang tak ramah lingkungan. Sepanjang jalan saya mikirin pengennya bapak-bapak tadi. Masak ya angkut kambing pakai Avanza?

Dikira pandai menjagal

Tiap Idul Adha, saya disuruh menyembelih kambing hanya karena saya kerja di tempat jagal. Saya berkali-kali menolak hingga saya dikira tidak mau bermasyarakat atau membantu masyarakatnya sendiri. Padahal sudah saya jelaskan, saya hanya petugas mencari kambing dan mengangkutnya. Lah kalau suruh menyembelih saya enggak bisa. Malah kalau saya paksakan nanti salah, yang saya sembelih bukan kambingnya malah saya sendiri.

Haha garing, taik.

Dikira maling

Ini kejadian belum terlalu lama sih. Kan saya sudah terbiasa nih datang ke kandang kambing sendirian tanpa pemiliknya. Wong sudah lama bekerja dan sudah saling percaya makanya saya diizinkan kapan saja datang ke kandang.

Lah waktu itu banyak peronda dan perondanya masih remaja, dan mereka belum pada kenal dengan saya. Pas saya datang ke kandang, saya diteriaki maling sama mereka. Warga yang lain berbondong-bondong keluar membawa pentung. Waktu saya mau dipentung, untung saja ada beberapa yang mengenali saya dan menghentikan semuanya. Syukurlah saya masih aman dan masih hidup.

Bagi kalian yang kebetulan ketemu orang ngangkut kambing di jalan, jangan keburu memaki. Kami, para pengangkut kambing menemui banyak pengalaman dan risiko dalam pekerjaan. Risikonya ya itu tadi, disuruh ngangkut pakai Avanza.

Ya Tuhan udah usaha keras tetep aja garing.

BACA JUGA Bagaimana Polisi Seharusnya Menangani Aksi Demonstrasi dan tulisan Muhammad Khairul Anam lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version