Pengalaman pertama berkunjung ke Bukit Rhema alias Gereja Ayam Magelang memang melelahkan, tapi terbayar lunas dengan pemandangan dan makanan di sana.
Terhitung sudah tiga tahun saya bermukim di Muntilan, Kabupaten Magelang. Selama ini, boleh dibilang belum banyak tempat wisata Magelang yang saya kunjungi. Padahal Magelang lumayan terkenal dengan berbagai wisatanya. Salah satu yang jadi tujuan banyak orang yang datang ke Magelang adalah Bukit Rhema.
Bukit Rhema sebenarnya cukup banyak diperbincangkan beberapa tahun silam sejak muncul dalam film Ada Apa dengan Cinta? 2. Bangunan yang juga kerap disebut Gereja Ayam ini berlokasi di Desa Karangrejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang. Sebenarnya Bukit Rhema ini bukanlah gereja seperti sebutannya, melainkan sebuah rumah doa. Semua orang dengan berbagai latar belakang agama bisa datang dan menikmati bangunan yang sebenarnya berbentuk merpati ini.
Long weekend kemarin saya akhirnya memutuskan untuk datang ke Bukit Rhema Magelang ini. Selain karena penasaran dengan penampakannya, saya juga penasaran dengan kedai yang terletak di ekor bangunan Gereja Ayam ini. Katanya, pengunjung yang datang bisa makan dan ngopi cantik sambil menikmati pemandangan indah pegunungan Menoreh dari ketinggian. Tapi ternyata perjalanan menuju ke Bukit Rhema “Gereja Ayam” Magelang nggak berlangsung mulus bagi saya.
Daftar Isi
Hampir mati kelelahan naik tangga demi menghemat ongkos shuttle car
Saya berangkat dari Muntilan sekitar pukul 10 pagi. Sebenarnya agak telat karena matahari sudah terik, tapi ya mau gimana lagi. Tahu sendiri betapa repotnya bepergian ketika sudah punya anak.
Tak butuh waktu lama bagi saya untuk tiba di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, tempat Bukit Rhema “Gereja Ayam” berada. Lokasinya sendiri nggak begitu jauh dari Candi Borobudur. Selain itu tempatnya juga nggak mblusuk, hanya sekitar 2-3 kilometer dari jalan utama.
Kendaraan nggak bisa naik ke tempat Bukit Rhema berada. Jadi, pengunjung yang datang harus memarkirkan kendaraan di tempat yang sudah disediakan. Untuk bisa sampai ke atas, pengunjung bisa memilih berjalan kaki sekitar 200-an meter atau naik shuttle car yang tersedia. Fyi, kalau memilih naik shuttle, kita harus membayar Rp15 ribu per orang.
Dengan pertimbangan menghemat uang Rp45 ribu—karena saya datang bertiga—dan pemikiran “jalan kaki hitung-hitung olahraga”, saya memutuskan nggak naik shuttle car. Saat itu ada pula beberapa orang yang memilih berjalan kaki dengan kami. Sebelum naik ke Bukit Rhema, kami harus membayar tiket masuk sebesar Rp25 ribu per orang di loket. Tiket tersebut sudah termasuk free snack berupa singkong goreng yang bisa ditukarkan di kedai yang berada di ekor bangunan Gereja Ayam.
Sejujurnya, saya pesimis waktu menapaki anak tangga di Bukit Rhema “Gereja Ayam” Magelang. Jalannya menanjak dengan kemiringan mencapai 45 derajat. Lumayan pegal dan bikin semaput mengingat saya nggak pernah berolahraga. Tapi suami dan anak saya senang-senang saja mendaki jalan itu.
Begitu sampai di atas, saya langsung duduk tergeletak. Kayaknya mending keluar uang Rp45 ribu daripada mati kelelahan. Jangan sampai niat wisata malah berakhir pingsan kehabisan napas. Kan nggak lucu, ya. Saya mencoba mengatur napas yang ngos-ngosan sambil sesekali menenggak air putih yang sengaja kami bawa sebagai bekal. Untung saja bawa bekal minum.
Pelayanan super ramah
Hal lain yang berkesan dari Bukit Rhema “Gereja Ayam” Magelang—selain pengalaman naik tangga alih-alih shuttle car—adalah keramahan para petugas. Mulai dari pintu masuk hingga berada di dalam bangunan, para petugas sigap membantu dan memberi informasi yang dibutuhkan pengunjung. Bahkan mereka tak segan menawarkan bantuan untuk memfoto pengunjung yang ingin mengabadikan momen di Gereja Ayam.
Selain ringan tangan, para petugas ini juga sopan. Nggak terhitung berapa banyak salam dan ucapan terima kasih yang saya dengar. Mungkin bagi beberapa orang hal ini biasa saja, tapi bagi saya hal ini meninggalkan kesan yang cukup dalam. Keramahan seperti ini yang bikin saya sebagai pengunjung betah dan ingin kembali lagi. Tapi kalau kembali lagi, saya pastikan naik shuttle car. Wqwqwq.
Kelelahan sesaat diganjar pemandangan super indah dari Bukit Rhema “Gereja Ayam” Magelang
Setelah berkeliling mengikuti tur yang dipandu oleh para petugas dari Bukit Rhema, pengunjung yang datang bisa beristirahat di kedai yang terletak di bagian ekor merpati. Dari sana, kita bisa menikmati pemandangan pegunungan Menoreh yang menakjubkan.
Sebenarnya kalau kalian memutuskan untuk naik ke kepala merpatinya juga bisa. Tapi harus antre karena tempatnya yang terbatas dan jalan naiknya sempit. Saya sih kemarin nggak sempat naik ke kepala merpati. Soalnya saya takut ketinggian dan ribet aja bawa anak naik ke sana. Makanya saya memutuskan langsung menuju kedai.
Di kedai, pengunjung bisa menukarkan tiket masuk dengan snack berupa singkong goreng. Jujur saja singkong gorengnya enak. Mengutip website resmi Bukit Rhema, singkong yang disajikan untuk para pengunjung ini merupakan singkong yang dihasilkan dan diproses warga sekitar. Jadi Bukit Rhema turut menggerakkan desa wisata di kawasan Borobudur dan ekonomi masyarakat sekitar dengan menyajikan produk yang berasal dari warga lokal.
Begitulah pengalaman pertama saya berkunjung ke Bukit Rhema Magelang. Kalau kalian kebetulan berkunjung ke Magelang, nggak ada salahnya untuk menyempatkan mampir ke Gereja Ayam ini. Di sini kalian bisa wisata kulineran sekaligus wisata religi. Rumah doa ini terbuka buat siapa pun, kok. Saya saja pengin balik lagi ke sini…
Penulis: Intan Ekapratiwi
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 3 Tempat Wisata Magelang yang Belum Tentu Cocok Dikunjungi Semua Orang.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.