Imbas one way tidak berhenti di situ. Jalanan satu arah yang luas, entah mengapa justru membuat banyak pengendara jadi sering ngebut dan ugal-ugalan. Akibatnya, laka lantas pun tidak terhindarkan. Ya, di sekitar situ ada dua rumah sakit besar, sih. Tapi, lek ngene iki kan yo ndak mashok. Bahkan, selama kurang lebih seminggu uji coba, saya sudah menemukan lebih dari 5 informasi laka lantas. Kebanyakan, terjadi saat pengendara hendak berbelok ke jalan alternatif yang memang sempit.
Kebijakan buat siapa?
Ya, jalan alternatif, meskipun sempit, memang jadi pilihan bagi para pengendara untuk cepat sampai di tujuan tanpa perlu memutar jauh. Namun, saking banyaknya pengendara yang memilih opsi ini, lalu lintas di jalan-jalan alternatif jadi terlampau ramai, bahkan tidak kondusif. Sampai-sampai, ada lho warga yang protes hingga menggelar demo karena jalan di lingkungan mereka macet. Bahkan, baru-baru ini juga muncul sebuah petisi untuk membatalkan pemberlakuan sistem one way yang dinilai lebih banyak merugikan masyarakat.
Berbagai kondisi tersebut mungkin menjadi pertimbangan Pemkab Ponorogo melakukan evaluasi terhadap pemberlakuan sistem one way ini. Katanya sih, sudah mulai evaluasi, tapi hasilnya saya nggak tahu.
Tapi yang saya jelas tahu adalah, one way ini merugikan siapa pun yang melewatinya. Jadi, ya, kebijakan ini sebenarnya buat siapa?
Penulis: Titah Gusti Prasasti
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Ponorogo, Kota dengan Sejuta Julukan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.