Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Penelitian Saya Tentang Alasan Kenapa Orang Mematikan Centang Biru WhatsApp Mereka

Diki Marlina oleh Diki Marlina
27 Oktober 2019
A A
centang biru whatsapp

centang biru whatsapp

Share on FacebookShare on Twitter

Kalau kemarin (eh udah lama sih) dunia perfilman dihebohkan dengan “Dua Garis Biru”, dunia media sosial juga rawan mengundang sensitivitas, yaitu mengenai “Centang Dua Biru”. Yhaa betul, kita sedang membicarakan WhatsApp, media sosial yang menyediakan fasilitas menyalakan atau mematikan centang dua biru.

“Ih kenapa sih centang birunya dimatiin?”

“Udah dibaca belum ya? Kok ngga dibalas?”

Pernah ngerasain yang kayak gitu?

Saat kita mengamati akun WhatsApp teman kita yang tidak mengaktifkan centang biru—atau pemberitahuan telah membaca pesan, ada dua respon yang biasanya muncul. Pertama, orang yang menanggapinya secara biasa saja. Kedua, orang yang sewot dan merasa kesal hingga badmood sendiri.

Beberapa opini yang berseliweran mengenai kenonaktifan centang biru di WhatsApp menilai bahwa orang yang melakukan hal yang demikian sengaja ingin menggantung harapan alias memphp orang lain.

Sebagai orang yang mengaktifkan centang biru WhatsApp, saya jadi penasaran benarkah opini yang berseliweran itu? Kira-kira apa sih alasan orang mematikan centang birunya?

Biar nggak sekadar asumsi belaka, saya jadinya berusaha tabayyun dengan menanyakan langsung perihal masalah ini kepada teman-teman saya yang mematikan centang biru mereka.

Baca Juga:

4 Siasat Bertahan di Grup WhatsApp Keluarga Besar 

Fitur Reaction WhatsApp Nggak Ada Gunanya, Bukannya Mempermudah Komunikasi Cuma Bikin Sakit Hati

Ternyata jawabannya cukup bervariasi dan menarikk. Berikut di antaranya:

1. Takut Kecewa

Sebenarnya justru karena seseorang tersebut takut kecewa maka ia mematikan notifikasi centang birunya. Ia ingin terlebih dahulu melindungi perasaannya sendiri dari harapan dibalasnya pesan, atau dilihatnya status oleh pihak-pihak yang ia inginkan. Karena ia sedang membangun kesehatan jiwanya sendiri maka ia memilih “bersembunyi”. Begitulah, sebenarnya ia juga punya perasaan ingin tahu siapa saja yang sudah membaca pesannya dan statusnya. Tapi, keinginan untuk melindungi perasaannya sendiri untuk menjaga kesehatan mental jauh lebih besar.

2. Tidak ingin mengecewakan

Orang-orang dengan alasan kedua ini ingin mengungkapkan perasaan “sayang”nya kepada orang lain dengan wujud menonaktifkan centang biru. Dia tidak ingin orang lain terlalu berharap kepada dirinya, bahwa selalu memantau statusmu bukan berarti dia layak kau harapkan, hiks.. sehingga ia memilih bersembunyi saja.

Ya mungkin juga walaupun pantas kau harapkan, kalau ujungnya tidak sesuai keinginan, nanti malah mengecewakan. Bahwa, kesibukannya mungkin saja membuat banyak orang menunggunya membalas setiap private message yang datang padahal sudah di-read. Karena kita juga tidak tau apa yang sedang ia prioritaskan sehingga hanya bisa membalas pesan dengan jumlah yang terbatas. Mungkin saja di luar sana ada kebaikan yang lebih genting yang ia upayakan daripada sekedar membalasa pertanyaan “udah solat belum?” “udah makan belum?” –mu yang begitu-begitu saja haha. Maka dari itu, ia tidak ingin mengecewakan melalui insiden: dibacanya pesan tapi kok tidak dibalas.

3. Privasi

Orang tipe ketiga ini menjawab, alasannya :”privasi”. Lah maksudnya? Ya privasi dong ngga boleh diumbar-umbar gimana sih kan privasi… haha. Privasi ya privasi. Privasinya dong mau menggunakan hak berwhatspp ini sesuka hati.

Bukankah non-aktif centang biru itu hak pengguna whatsapp? Jadi… kemerdekaan bagi setiap pengguna whatsapp di muka bumi untuk menggunakan fasilitas satu ini. Jadi ibarat mekanisme anatomi tubuh manusia, hal ini adalah sesuatu yang normal bukan? Lumrah saja hal ini bisa terjadi.. Lha wong fasilitasnya disediakan kok oleh whatsapp sendiri. Ibarat kita pergi ke pasar malam mau beli kembang gula atau terang bulan, bebas saja.. semua sah.

Nah, cekap semanten sekiranya beberapa alasan di balik mematikan centang biru yang bisa saya ulik melalui circle teman whatsapp saya. Tentu saja belum bisa digeneralisasi kepada semua orang, karena penelitian ini juga cukup terbatas. Namun, saya berharap kita bisa lebih bijak dan dewasa menghadapi fenomena centang dua biru ini.

BACA JUGA Cara Menangani Sohibul WhatsApp yang Suka Beralasan Pesan Tertimbun Padahal Memang Sengaja Mengabaikan atau tulisan Diki Marlina lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 12 Agustus 2021 oleh

Tags: centang biruphpWhatsapp
Diki Marlina

Diki Marlina

Seorang istri yang suka menulis dan sedang berjuang untuk segera wisuda S2

ArtikelTerkait

Grup WhatsApp Kos: Dianggap Sepele, tapi Perannya Gede

Grup WhatsApp Kos: Dianggap Sepele, tapi Perannya Gede

14 November 2023
Fitur Reaction WhatsApp Nggak Ada Gunanya, Bukannya Mempermudah Komunikasi cuma Bikin Sakit Hati

Fitur Reaction WhatsApp Nggak Ada Gunanya, Bukannya Mempermudah Komunikasi Cuma Bikin Sakit Hati

30 Juni 2024
chattingan sama calon mertua, membalas whatsapp

Tipe Orang Berdasarkan Cara Bilang “Ok” Ketika Membalas WhatsApp

30 Maret 2020
grup whatsapp sekolah grup wa anggota nyebelin cara mute cara keluar stiker meme jualan online mojok

Menebak Motif Munculnya Grup WhatsApp SMP padahal Sebelumnya Nggak Pernah Ada

21 Juni 2020
Membela secara Historis Orang-orang yang Mematikan Fitur Centang Biru WhatsApp terminal mojok.co

Membela secara Historis Orang-orang yang Matikan Fitur Centang Biru WhatsApp

30 Juli 2021
alasan orang bikin status whatsapp pakai foto lama mojok.co

3 Alasan Orang Suka Update Status WhatsApp Pake Foto Lama

20 Mei 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.