Penderitaan Paling Berat Mahasiswa Abadi Adalah Kesepian, Bukan Malu atau Susah Lulus

Penderitaan Paling Berat Mahasiswa Abadi Adalah Kesepian, Bukan Malu atau Susah Lulus Mojok.co

Penderitaan Paling Berat Mahasiswa Abadi Adalah Kesepian, Bukan Malu atau Susah Lulus (unsplash.com)

Tidak semua mahasiswa punya kesempatan lulus cepat. Beberapa orang ditakdirkan jadi mahasiswa abadi atau “donatur kampus” yang memaksimalkan masa studi hingga 7 tahun atau 14 semester. Tidak melulu malas, alasan di balik lama lulus bisa beragam. Beberapa di antaranya persoalan ekonomi, masalah keluarga, dosen pembimbing sibuk, hingga kuliah sambil kerja.

Itu mengapa, tidak sedikit mahasiswa baru menempuh seminar proposal skripsi di semester 13 atau bahkan semester 14. Kebanyakan mahasiswa di tahun kritis ini fokus pada skripsi agar segera lulus dan tidak drop out (DO). Namun, sulit dimungkiri, berjuang untuk lulus di tahun ke-7 kuliah begitu berat. Sebenarnya, bukan karena standar kelulusannya, tapi lebih pada rasa kesepian. Kebanyakan teman-teman seangkatan sudah lulus di semester ini. 

Ketika teman seangkatan sudah lulus, mencari saksi seminar proposal begitu sulit

Mahasiswa yang lulus lama kerap dipandang sebelah mata karena dianggap pemalas. Bahkan, ada beberapa dosen yang tanpa ragu menyindir mereka di tengah seminar proposal.  Padahal, seperti yang sudah saya bilang di awal, ada banyak alasan seseorang tidak lulus tepat waktu. 

Akan tetapi, hal itu lebih mudah dihadapi daripada mencari saksi seminar proposal skripsi. Asal tahu saja, setiap kampus memiliki kebijakan berbeda terkait seminar proposal. Di tempat saya dan sebagian besar kampus, seminar proposal bisa dilakukan apabila disaksikan oleh minimal 10 mahasiswa. Apabila kurang dari kuorum, seminar tersebut ditunda hingga minggu selanjutnya. 

Syarat ini mungkin terdengar sepele bagi mereka yang berada di semester 7 atau tahun ke-4 kuliah. Masih banyak teman-teman seangkatan di kampus yang bisa diajak menjadi saksi seminar proposal. Beda cerita dengan mereka yang harus seminar proposal di semester ke-13 atau ke-14 Kebanyakan dari teman seangkatan sudah lulus, sehingga perlu mengajak adik kelas untuk menjadi saksi. Bahkan, mahasiswa “tua” kerap terpaksa mengajak mahasiswa yang tidak dikenal untuk menyaksikan seminar proposal. 

Tidak ada perayaan bagi mahasiswa abadi

Kebanyakan teman seangkatan mahasiswa abadi sudah pada lulus. Itu mengapa, mahasiswa abadi tidak bisa berharap banyak soal apresiasi berupa perayaan setelah seminar proposal. Walau hal-hal semacam itu bukan hal esensial, tapi sejujurnya,  ada perasaan senang ketika usaha keras diapresiasi dengan hal-hal semacam itu. 

Mahasiswa semester 13 sepertinya harus berpuas diri hanya dengan ucapan sederhana dari orang tua atau kawan-kawan melalui pesan singkat. Lagi pula, seremoni setelah seminar proposal terasa tidak begitu berarti daripada tanda ACC proposal dari dosen pembimbing

Di atas adalah tantangan menjadi mahasiswa semester 13, khususnya di kampus saya. Proses menjadi sarjana terasa lebih berat. Selain karena dikejar waktu dan perasaan malu, tidak bareng dengan teman-teman seangkatan jelas jadi tantangan tersendiri. Apapun itu, proses lulus di ujung masa studi jelas menjadi pembelajaran berharga. 

Penulis: Erfransdo
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Kuliah di Kampus Unggulan Belum Tentu Sukses, tapi UKT Terasa Nggak Sia-sia karena Fasilitasnya Layak

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version