Saya harus menjelaskan perbedaan Pemalang, Malang, dan Pamulang kepada kalian biar nggak ada lagi orang yang salah sebut lagi.
Katanya salah satu alasan bersatunya negeri ini dahulu ketika melawan penjajah adalah persamaan nasib. Barangkali persamaan nasib pulalah yang akan bisa mempersatukan orang Pemalang dalam perjuangan di tanah perantauan. Kendatipun upaya memperkenalkan Pemalang telah cukup mendunia lewat nanas madu Pemalang, kota kelahiran saya sepertinya tetap sering sekali disalahpahami.
Nah, mumpung diberikan panggung untuk memberikan klarifikasi lewat user generated content Terminal Mojok, saya akan jelaskan secara terang benderang di sini. Baik dari segi historis, geografis, maupun politis. Yang jelas jawaban saya tidak akan melulu tentang bahwa saya ini orang paling cinta tanah air, apalagi soal hilirisasi. Oleh karena itu, biar saya tukas dengan tegas bahwa premis awalnya adalah, Pemalang bukan Malang, apalagi Pamulang.
Daftar Isi
Pemalang secara geografis
Selain kesalah kaprahan soal Pemalang, Malang, dan Pamulang, kalian orang ngapak banyumasan juga pasti pernah merasa gegar identitas apabila memperkenalkan diri dari Purwokerto. Yak , tepat sekali, apalagi kalau bukan soal tuduhan bahwa Purwokerto itu di Jawa Barat (merujuk pada Purwakarta), atau di dekat Jogja (merujuk pada Purworejo).
Begini ya rakyat Indonesia yang baik hatinya. Pertama, Pemalang itu di Jawa Tengah. Bukan di Jawa Timur layaknya Malang, atau di Tangsel seperti Pamulang. Kedua, Pemalang tidak dibatasi oleh wilayah metropolitas layaknya Serpong BSD di Tangerang, atau destinasi agrowisata dan kawasan pegunungan seperti Kota Batu di Malang.
Pemalang itu simpel, hanya sebuah kabupaten kecil di jalur pantura. Pembatas di sebelah barat ada Tegal yang lebih terkenal. Sementara di sebelah timurnya ada Pekalongan yang bahkan nama kotanya saja masuk lagu band sejuta umat, Slank. Belum paham juga sampai sini?
Historis
Saya ingat pernah mendapatkan cerita dari guru SMA saya di Pemalang, bahwa nama Pemalang konon berasal dari Sungai Comal di Kecamatan Comal, Pemalang yang posisinya malang dalam bahasa Jawa, yang artinya melintangi atau menghalangi. Sungai Comal secara geografis memang termasuk sungai terbesar di Pemalang yang mengalir jauh dari hulu di Kecamatan Belik hingga muara di pantai utara. Muara loh ya, bukan hilirisasi, nggak ada hubungannya sama program capres yang itu.
Catatan sejarah lain menyebutkan bahwa di Pemalang juga ditemukan benda arkeologis dalam bentuk punden berundak di kecamatan Moga. Lalu, selain itu, ada kuburan Pangeran Benawa, anak dari Jaka Tingkir, Sultan Pajang pertama, di lokasi yang kini telah mengalami rebranding sebagai Benowo Park. Benowo Park modern saat ini dikenal sebagai destinasi wisata lokal Pemalang yang menjanjikan interaksi pengunjung dengan kera-kera liar secara natural.
Politis
Sayangnya, secara politis karakter pemilih di Pemalang, Malang, dan Pamulang memang nggak jauh beda preferensinya. Malahan lebih cocok disebut kandang banteng. Artinya, ya, PDIP selalu mendapatkan suara terbanyak di daerah tersebut. Meskipun kalau bicara pemilihan figur seperti bupati, wali kota, gubernur, atau presiden tentu akan berbeda kecenderungannya.
Pamulang yang merupakan kecamatan di Tangerang Selatan. Termasuk wilayah Provinsi Banten dengan segala “jaringan keluarga” mantan gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah. Mantan Wali Kota Tangsel, Airin Rachmi yang notabene adik ipar Ratu Atut adalah ‘orang’ Golkar.
Sementara Pemalang punya ‘tradisi’ memilih bupati yang cukup mainstream. Sejak tahun 2000-an, bupati yang terpilih hampir selalu merupakan wakil bupati periode sebelumnya. Misalnya bupati saat ini, Mansur Hidayat adalah wakil bupati periode sebelumnya, Mukti Agung Wibowo. Sebelum terpilih menjadi bupati, Mukti Agung Wibowo juga merupakan wakil bupati Junaedi. Gitu aja terus sampai kiamat.
Kalau Malang? Ha mbuh siapa bupati dan wali kotanya, kenapa harus saya juga yang jelasin. Yang penting sekarang sudah ngeh kan apa bedanya Pemalang, Malang, dan Pamulang? Saya yakin banyak orang Pemalang yang juga memiliki persamaan nasib dengan saya, kota kelahiran dan tempat pulang tak pernah serumit ini.
Penulis: Adi Sutakwa
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 3 Hal tentang Pemalang yang Wajib Diketahui Jika Ingin Berkunjung