Sekira sepuluh hari yang lalu saya tiba-tiba saja di-chat seorang murid bela diri saya di Surabaya. Ia bertanya begini, “Assalamualaikum. Sabeum (sebutan untuk pelatih), tim Han Ji-pyeong atau Nam Do-san?” Sebuah pertanyaan yang seketika bikin saya menjadi orang paling guoblok seantero negeri. Ya, dari sekian banyak hal yang saya tidak tahu atau yang baru saya tahu, saya tidak pernah diskakmat macam pertanyaan ini. Saya menjawab sekenanya, “Emang apa itu?” Lantas ceramah drama Start-Up setara 5 SKS itu pun dimulai.
Walau saya tidak paham-paham banget bagaimana itu drakor (terakhir saya nonton sekilas drakor Gumiho), bukan berarti saya tidak familier dengan kata “start-up”. Di dunia manusia modern saat ini, hanya mereka yang tidak bersentuhan langsung dengan teknologi yang tidak paham maksud dari kata bahasa Inggris tersebut. Paling tidak, walaupun tidak paham maksudnya, minimal pernah dengar kata “start-up”.
Drama Start-Up punya jalan cerita yang bikin penasaran dan membuat mood naik turun, bahkan membelah para pencinta drakor menjadi dua kubu. Serial ini memang sudah berakhir. Pun endingnya yang ditutup dengan berbagai kesimpulan yang sudah diprediksi, lainnya di luar perkiraan.
Drama Strart-Up telah meninggalkan cerita yang masih membekas sampai beberapa saat. Setelah berakhir, sudah tidak ada lagi yang perlu dipikirkan walau banyak juga yang protes dengan endingnnya. Tapi, semua orang seperti menerima bahwa tirai sudah ditutup dan sepantasnya drama harus diakhiri.
Sebagai orang yang hanya tahu dari katanya dan katanya, bukan nyatanya, sebab tidak pernah menonton wujud asli drama Start-Up ini, saya malah tidak terlena dengan endingnya. Sepertinya saya malah baru mau mulai berandai-andai tentang bagaimana nasib anak-anak muda yang menjadi motor drama Start-Up ini.
#1 Han Ji-pyeong akan membangun kerajaan start-up sendiri
Berangkat dari seorang anak panti yang punya reputasi cukup baik, saya mengandaikan Han Ji-pyeong tetap melanjutkan suksesnya yang sempat tertunda karena drama cinta segitiganya dengan Seo Dal-mi dan Nam Do-san.
Ada baiknya, sebagai orang yang berangkat dari masyarakat proletar yang jauh dari kata berpunya, semangatnya tidak berhenti hanya karena sudah bekerja di perusahaan Sand Box. Dia perlu meningkatkan kariernya, jadi CEO satu start-up dulu lah, misalnya. Lalu kalau memungkinkan, blio bisa melanjutkannya untuk membangun kerajaan start-up miliknya sendiri. Paling tidak, sejak awal blio ini sudah punya nama baik yang bisa jadi bahan jualan.
Apalagi jika blio ini sesekali menjual kesengsaraan masa lalu ketika menjadi anak panti asuhan yang lalu dipungut oleh Halmeoni. Sesekali di webinar, Pak Han perlu banget menceritakan perjalanan hidupnya yang lebih sengsara dari “anak singkong”. Bahkan jika memungkinkan, Pak Han boleh banget bikin buku dan kalau modal sudah cukup, bikin film. Judulnya juga nggak perlu ndakik-ndakik, cukup “Han, Mimpi Sejuta Won” atau “HJ Si Anak Panti.”
Drama Start-Up boleh berakhir, tapi kekayaan Pak Han akan terus mengalir.
#2 Seo Dal-mi menjadi Stafsus Presiden
Kalau bicara nominal yang diterima Stafsus yang hanya Rp55 juta per bulan itu, Seo Dal-mi bisa bikin pundi-pundi yang tidak kalah banyak dari start-up yang telah ia bangun bersama keempat sahabatnya. Tapi, kita sedang bicara masalah prestisnya jabatan Stafsus milenial Presiden.
Saya juga memperkirakan, tawaran berbagai perusahaan akan datang silih berganti. Tapi, tawaran Stafsus Presiden ini yang paling memungkinkan dan punya jalan terang ke depan. Sebelum memilih Nam Do-san sebagai tambatan hatinya, ia sempat terbawa arus dalam sengkarut cinta segitiga dengan rekannya, Nam Do-san dan Han Ji-pyeong. Nyatanya blio masih bisa berpikir jernih memilih Nam Do-san. Itu sudah cukup sebagai nilai tambah blio bisa menentukan sikap jika orang-orang nanti pada mempertanyakan apakah bisa terhindar dari konflik kepentingan. Jawabannya ya tentu bisa. Bisa banget malah.
#3 Nam Do-san diangkat jadi menteri
Ini dia tokoh pamungkas yang ditunggu-tunggu. Salah satu tokoh yang bikin perpecahan para pencinta drama Start-Up ini perlu banget diangkat jadi menteri. Nggak jadi menteri pendidikan pun nggak jadi soal. Menteri kelautan dan perikanan atau menteri sosial juga boleh lah. Kebetulan kan lagi kosong tuh jabatan.
Blio ini harus banget punya kesempatan untuk jadi menteri. Yang paling pamungkas, tentu CV-nya yang diceritakan begitu mentereng. Menjadi highlight penting baginya untuk disorot Pak Wakil Presiden yang katanya suka drama korea itu. Ini nggak main-main lho. Sesekali jika ada OTT dan para kabinet butuh duduk bareng, presiden dan wakilnya bisa meminta Mas Menteri Nam Do-san untuk memberikan kuliah perihal cara penanganan korupsi versinya. Tidak humanis juga tidak masalah. Bila perlu hukuman mati pun akan dipertimbangkan oleh presiden. Eh, tapi nggak tahu sih kalo ternyata yang kena OTT malah dari partainya Pak Presiden, masih mau nggak Pak Pres bahas-bahas “hukuman mati untuk pelaku korupsi?”
Pada akhirnya, saya sendiri sangat berharap, ketiga tokoh utama drama Start-Up ini menginspirasi sekaligus menandai lahirnya generasi terbaik bangsanya. Orang-orang di luar pemerintahan tetap jadi hebat macam Pak Han. Juga Nam Do-san dan Seo Dal-mi yang masuk jajaran pemerintahan yang jargonnya kerja-kerja-kerja itu. Kita semua sih berharapnya begitu. Ya, kita, kalo sudah jadi warga Korea Selatan tentu saja.
BACA JUGA Tips Memilih Lokasi Mendirikan Tenda Saat Mendaki Gunung agar Bisa Tidur Nyenyak dan tulisan Taufik lainnya.