Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Pelajaran dari Kasus Saksi Yehuwa yang Dicap Radikal Karena Tolak Hormat Bendera

Iqbal Aji Daryono oleh Iqbal Aji Daryono
30 November 2019
A A
Walau Sempat Berseteru karena Warnanya Sama, Bendera Indonesia dan Monako Beda di Banyak Aspek terminal mojok.co

Walau Sempat Berseteru karena Warnanya Sama, Bendera Indonesia dan Monako Beda di Banyak Aspek terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Ini agak telat, soal Saksi Yehuwa yang penganutnya dikeluarkan dari sekolah di Batam karena tolak hormat bendera.

Saya pernah didatangi mereka. Berdua suami-istri. Mengetuk pintu rumah saya, bilang mereka dari mana, dan saya silakan keduanya masuk. Memang saya penasaran, dan selalu terbuka dengan obrolan (saya juga ngobrol dengan pendakwah Mormon, Kristen Kharismatik, dan Jamaah Tabligh).

Di dalam, orang Saksi Yehuwa tadi cerita bahwa mereka dan Islam itu dekat. Yesus bukan Tuhan buat mereka. Yesus itu nabi. Sama dengan pandangan Islam. (Kristen Anglikan kayaknya juga gini kan ya.)

“Kami bukan Kristen. Makanya gereja kami di dekat IKIP PGRI namanya bukan Gereja Kristen Saksi Yehuwa, Mas. Tapi Gereja Saksi Yehuwa.”

Soal ini, jadi agak bermasalah. Kalau ada yang menyimak hari-hari saya di Ostrali waktu itu, tentu kenal yang namanya Jonas. Dia sahabat saya yang manajer di Midland Brick, perusahaan batu bata dan keramik. Nah si Jonas itu Jehova Witness juga. Tapi dia bilang “We are Christian, because anybody who follows Jesus Christ is Christian.”

Pernah suatu kali saya diundang datang ke gereja mereka, oleh Jonas. Dan dia juga menyebutnya “our church”.

Meski demikian, mereka memang dianggap sesat oleh aliran-aliran Kristen lainnya.

“Jehova Witness? No, I’m not! They are cult!” kata Peter, pendakwah dari Scarboro Church yang waktu itu mencegat saya yang sedang menurunkan barang kiriman untuk Dek Shannon di Woodland Shopping Center (ada yang ingat dia?).

Baca Juga:

Selain Terpapar Radikalisme, Pemerintah Perlu Sediakan Situs Pelaporan bagi PNS yang Malas dan Ketus

Polemik Cadar: Membaca Maksud Pak Menag Melalui Fakta dan Justifikasi yang Ada

Jadi, sepertinya antara JW Indonesia dan JW Australia pun ada sedikit perbedaan tafsir. Entah beda tafsir, entah beda strategi saja. Dengan bilang “Kami bukan Kristen”, JW Jogja bisa lebih gampang masuk ke kalangan muslim.

Btw, JW memang agresif, meskipun tidak galak. Orangnya ramah-ramah. Sama dengan orang Gereja Mormon. Mereka sering pasang stan di tempat-tempat publik, tanpa menonjolkan simbol karena mereka juga tidak memakai salib.

Dulu di Prapatan Shibuya Tokyo saya sempat lihat mereka berpidato sambil berdiri di atas mobil, menyeru semua orang yang lewat.

Di Bangka dua pekan lalu pun saya menjumpai mereka, bikin stand kecil di pantai, dengan poster semacam: “Apa Tujuan Hidup Anda Sesungguhnya?”

Pernah ada evangelis yang agresif dan agak galak di depan mal Galeria Jogja, dan itu bukan JW, tapi gereja evangelis lain (saya gak enak menyebutnya, karena kayaknya ada jemaatnya di frenlis saya).

***
Pelajaran dari kasus ini sebenarnya banyak. Minimal perlu ada peninjauan ulang tentang makna radikal dan radikalisme. Kalau ukuran radikal semata ogah hormat bendera merah putih, mestinya retorika penguasa dan media sama pula kepada JW.

Jika yang gitu dihindari, lagi-lagi problemnya adalah tumbuh suburnya rasa “dizalimi”, sikap tidak fair, dan sebagainya. Itu gak bagus untuk harmoni sosial.

Di sisi lain, bagi umat mayoritas, munculnya JW ini pun bisa jadi pelajaran tambahan: bahwa di agama lain pun mazhabnya macem-macem banget. Ini yang sering jadi keterbatasan pemahaman.

Bagi muslim yang kurang gaul, taunya mereka Kristen tu ya cuma satu. Bahkan kerapkali mereka tidak bisa membedakan antara Kristen dan Katolik hahaha. Pokoke: Kresten!

Ketidakpahaman semacam itu rentan memicu generalisasi, dan itu berbahaya. Kekeliruan-sosial satu sekte Kristen akan ditimpakan kepada semua orang Kristen. Yaa, kira-kira analogi ekstremnya: kesalahan ISIS ditimpakan kepada Muhammadiyah pula. Kan wagu.

Sementara, generalisasi yang sama sudah mulai tumbuh subur pula di wilayah lainnya, yaitu kepada kelompok so called kadrun. Itu tak kalah bahayanya.

Saya ambil contoh. Banyak orang mengira kasus di Dukuh Karet, Pleret, Bantul ketika seorang warga pengontrak diusir karena dia Katolik itu didalangi kaum cingkrang. Asumsi semacam itu saya amati muncul di mana-mana.

Padahal asal tahu, warga di TKP itu digambarkan di sebuah berita sebagai Islam tradisional yang maulidan, shalawatan, dan seterusnya. Mereka malah cuma menerima muslim dari aliran yang sama dengan mereka, begitu bunyi salah satu pasal peraturan di Dukuh Karet itu.

Jelas mereka bukan so called kaum cingkrang, apalagi Pleret memang basis PPP dan PKB (yang belum tau Pleret: itu dekatnya Sate Pak Pong). Tapi generalisasi dan stereotip semakin gampang disebarkan dan diletuskan di era amplifikasi reaktif seperti sekarang ini.

Itu semua sebenarnya memalukan. Dan tentu berbahaya.

BACA JUGA Islam Ramah Itu Kayak Gimana Sih? atau tulisan Iqbal Aji Daryono lainnya. Follow Facebook Iqbal Aji Daryono.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 30 November 2019 oleh

Tags: generalisasi kelompokjehuva witnessRadikalRadikalismesaksi yehuwa
Iqbal Aji Daryono

Iqbal Aji Daryono

ArtikelTerkait

Lah Kocak, Menumpas Radikalisme Kok Pakai Aturan Jangan Bercadar Dan Bercelana Cingkrang

Lah Kocak, Menumpas Radikalisme Kok Pakai Aturan Jangan Bercadar Dan Bercelana Cingkrang

2 November 2019
radikalisme

Mahasiswa di Tengah Gempuran Terorisme dan Radikalisme

30 Juli 2019
Jalur 'PNS Titipan' Sudah Mulai Punah dan Semoga Saja Tetap Begitu terminal mojok.co

Selain Terpapar Radikalisme, Pemerintah Perlu Sediakan Situs Pelaporan bagi PNS yang Malas dan Ketus

13 November 2019
Larangan Bercadar dan Celana Cingkrang: Takut Tuh Sama Tuhan Bukan Sama Pakaian

Larangan Bercadar dan Celana Cingkrang: Takut Tuh Sama Tuhan Bukan Sama Pakaian

2 November 2019
Polemik Cadar: Membaca Maksud Pak Menag Melalui Fakta dan Justifikasi yang Ada

Polemik Cadar: Membaca Maksud Pak Menag Melalui Fakta dan Justifikasi yang Ada

4 November 2019
hotel mumbai

Belajar Radikalisme, Kedamaian, dan Kemanusiaan Lewat Hotel Mumbai

22 Juli 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.