Saat tulisan ini dibuat, sebentar lagi banyak anak yang sudah mulai masuk sekolah kembali setelah libur yang terbilang panjang. Banyak dari mereka yang mungkin berkata, “Duh, pas libur pengen masuk sekolah. Pas udah mau masuk gini pengennya libur”.
Bagi saya, kalimat itu hanya untuk keren-kerenan dan ala kadarnya saja, kalau di-posting paling hanya ingin mendapat likes juga retweet banyak atau trending. Lalu setelah banyak yang retweet juga likes, tinggal menanyakan pertanyaan template yang seringkali ditanyakan banyak orang, “Nggak ada yang mau mutualan, nih?”.
Tiap kali musim liburan usai, seringkali kita tak menyadari apa saja yang sudah dilakukan selama liburan. Ada yang menghabiskan waktu di rumah saja dengan berdiam diri, ada pula yang jalan-jalan sebisa dan semampunya—yang penting refreshing dan merasakan liburan serta hiburan. Apa pun dan ke mana pun yang penting bahagia dan penat hilang.
Ada orang yang bilang, liburan itu nggak mesti mahal. Wajar karena untuk sebagian orang liburan adalah sesuatu yang mewah dan harus merogok kocek yang lumayan dalam—tak sedikit pula yang harus menabung jika ingin liburan.
Meski sebetulnya terkadang beberapa dari kita tidak sadar, jika ingin liburan dan mendapat hiburan tidak melulu harus bepergian jauh. Di lingkungan sekitar juga banyak yang bisa dimanfaatkan, tetap seru dan tidak pernah sepi dari pengunjung. Salah satunya adalah pasar malam.
Bagi yang belum mengetahui pasar malam, biasanya bertempat di lapangan atau area yang luas. Isinya beragam, ada yang menjual pakaian, mainan, makanan, dann beberapa wahana bermain layaknya dufan. Maka tak heran ada orang yang menyebut bahwa pasar malam adalah dufan versi harga merakyat.
Wahananya pun terbilang cukup lengkap dan memuaskan, yang pertama ada rumah hantu dan yang berperan menjadi hantu adalah orang sungguhan. Berbeda dengan tempat wisata lain karena seringkali hantu ditampilkan dalam bentuk digital atau hologram. Ya, apa bedanya dengan nonton film dan diedit sedemikian rupa jika memang seperti itu.
Rumah hantu pasar malam lebih menawarkan sensasi yang berbeda, selain orang sungguhan yang menyamar dan selalu mengagetkan dengan make up yang tak kalah menyeramkan—terkadang hanya terlalu tebal karena kebanyakan bedak, sih.
Kemudian wahana yang biasanya saya naiki adalah ombak banyu. Wahana yang melingkar dengan tempat duduk berupa kayu. Cara mainnya adalah si penjaga memutar bangku kayu yang melingkar tersebut lalu dibuat naik dan turun untuk menambah sensasi menegangkan. Tanpa pengaman seperti safety belt, kita hanya diminta untuk berpegangan sekuat mungkin pada sandaran. Salah satu wahana favorit saya saat mendatangi pasar malam.
Kemudian ada juga bianglala—beberapa orang menyebutnya kicir angin, lalu carousel. Meski tidak sebesar atau semenarik dufan, patut juga dicoba sensasinya. Sebetulnya masih ada banyak wahana lain tergantung penyelenggara. Salah satunya adalah tong setan, tidak ada hubungannya dengan setan sama sekali. Ini hanya sebuah pertunjukkan yang memperlihatkan seseorang mengendarai motor lalu berputar 360 derajat tanpa terjatuh di tong yang cukup besar.
Pasar malam sudah seperti dan menjadi alternatif hiburan bagi warga di sekitar. Di usia sekarang, beberapa kali saya mendatangi pasar malam untuk sekadar melihat-lihat tanpa mencoba kembali wahana yang dahulu menjadi favorit semasa anak-anak. Sekarang lebih banyak khawatir nanti kalau gini gimana, kalau gitu gimana, kalau kenapa-kenapa nggak bisa kerja, dan lain sebagainya. hehe—dasar aku.
Semoga, pasar malam selalu ada dan para penyelenggara selalu meningkatkan kualitas dari sisi keselamatan, kenyamanan, dan keseruan agar banyak orang yang semakin tertarik dengan adanya pasar malam. Soal ramai tidak akan kalah dengan tempat wisata lain, karena saya cukup yakin banyak orang kini butuh hiburan apalagi jika lokasinya dekat dengan tempat tinggal.
Bagi saya, pasar malam menjadi dan memiliki kenangan tersendiri. Dan syukur saya pernah beberapa kali datang dan mencoba beberapa wahana yang tersedia. Bukannya bangga dan soal harga, lebih kepada beruntung sudah pernah merasakan sensasinya. Sebab, tidak ada yang menjamin soal berapa lama dan sampai kapan pasar malam bertahan dan tetap ada.