Event tahunan Pasar Kangen Jogja akhirnya datang lagi tahun ini. Mulai dari tanggal 4-13 Juli 2024, seperti biasa, tujuan masyarakat dateng ke pasar kangen itu karena pengin mencari jajanan tradisional yang memang sudah menjadi ciri khas nama acaranya sendiri. Menurut saya, kegiatan seperti ini punya tujuan positif, yaitu mengenalkan jajanan lawas yang kini sudah jarang dijumpai bahkan digemari oleh generasi sekarang.
Walaupun demikian, saya merasa vibes Pasar Kangen Jogja sekarang sudah nggak ngangenin lagi seperti namanya. Kalian boleh setuju atau nggak, yang jelas keistimewaan Pasar Kangen sudah hilang. Beda banget waktu dulu ketika saya masih antusias saat mendengar bakal ada event ini. Alasan-alasan di bawah ini bisa jadi penyebab kenapa Pasar Kangen Jogja sudah nggak istimewa lagi.
Daftar Isi
Ada beberapa event serupa Pasar Kangen di Jogja
Dulu, kalau membahas Pasar Kangen Jogja, yang diingat pasti acara tahunan yang ada di TBY. Buat yang belum tahu, TBY adalah singkatan dari Taman Budaya Yogyakarta. Biasanya acara-acara kesenian, pameran, maupun acara kebudayaan sering diadakan di tempat ini, termasuk Pasar Kangen. Pasar Kangen yang paling ikonik pasti Pasar Kangen di TBY, bukan di tempat lain. Selain itu, acaranya juga cuma setahun sekali.
Akan tetapi sepanjang tahun 2024 ini, saya sudah 2 kali mendengar acara berjudul Pasar Kangen di Jogja. Pertama ada Pasar Kangen UNY yang berlangsung pada bulan Mei lalu. Kedua, tentu saja Pasar Kangen yang diadakan di TBY.
Gara-gara nama acaranya serupa, saya jadi nggak merasa ada yang spesial dari Pasar Kangen. Wong namanya sama, konsep acaranya sama, terus stand jajanannya ya itu-itu saja. Malahan saya lebih setuju kalau nama Pasar Kangen diubah jadi Pasar Rakyat karena memang sudah nggak bikin kangen lagi saking seringnya diadakan.
Baca halaman selanjutnya: Jajanan jadul tapi harganya nggak jadul…
Jajanan jadul tapi harganya nggak jadul
Ini jadi tanda tanya besar buat eksistensi Pasar Kangen Jogja sendiri. Makanan yang diperjualbelikan di acara ini adalah makanan jadul alias jaman dulu, tapi harganya ikut sekarang. Hehehe.
Ada lho salah seorang netizen di Instagram yang berkomentar, “Blas ora tau tertarik, yang dijual makanan jadul tapi harganya mahal. Mending ke pasar tradisional!” Saya setuju dengan komentar ini. Kalau makanannya sama tapi harganya beda jauh, ya mending ke pasar tradisional sekalian.
Wah, jujur saja kalau masalah harga gini, saya juga nggak bisa ngomong banyak. Mungkin karena harga bahan-bahan pokok sekarang mahal, jadi harga makanan yang dijual juga menyesuaikan dengan harga sekarang ya. Ibaratnya jajanan jadul tapi harganya nggak jadul karena mengikuti perkembangan zaman. Tapi untungnya penjual makanan di Pasar Kangen Jogja ini selalu mencantumkan harga menu makanan mereka. Jadi kalau soal harga, ya tergantung pengunjung mau beli jajanan yang sesuai kantong mereka atau nggak.
Nama kuliner nyeleneh yang sensitif
Kalau boleh jujur, nama-nama kuliner yang nyeleneh di Pasar Kangen Jogja seolah menjadi ciri khas yang ditonjolkan. Buat saya yang nggak ambil pusing sih nggak masalah, tapi buat orang lain nama-nama nyeleneh ini bisa jadi masalah.
Saya batal mengajak pacar saya mengunjungi Pasar Kangen karena dia orang yang cukup sensitif dengan nama-nama makanan yang agak saru. Selain itu, buat orang tua yang mengajak anaknya, kan bisa menambah masalah juga. Bahaya lho kalau anak-anak tiba-tiba mengingat 1 atau 2 kata yang dirasa “unik”, tapi ternyata itu kata-kata terlarang.
Jadi, menurut saya, masalah penamaan kuliner ini dibuat normal saja. Saya khawatir hal seperti ini akan dinormalisasi juga ke hal lain di kehidupan. Lagi pula nggak elok kalau ada orang luar Jogja yang melihat ini terus malah jadi bahan perbincangan yang buruk. Kan Jogja dikenal akan kebudayaan dan sopan santunnya.
Dari situ, kalau ditanya masih pengin ke Pasar Kangen Jogja lagi atau nggak, saya sih sebenarnya masih pengin. Tapi, rasanya memang sudah nggak se-wah ketika dulu Pasar Kangen terasa betul-betul istimewa. Harapan saya, Pasar Kangen bisa kembali pada hakekatnya, yakni ngangenin.
Penulis: Georgius Cokky Galang Sarendra
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 3 Kuliner Tradisional dari Luar Jawa yang Wajib Kamu Cobain di Pasar Kangen Jogja.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.