Jajanan jadul tapi harganya nggak jadul
Ini jadi tanda tanya besar buat eksistensi Pasar Kangen Jogja sendiri. Makanan yang diperjualbelikan di acara ini adalah makanan jadul alias jaman dulu, tapi harganya ikut sekarang. Hehehe.
Ada lho salah seorang netizen di Instagram yang berkomentar, “Blas ora tau tertarik, yang dijual makanan jadul tapi harganya mahal. Mending ke pasar tradisional!” Saya setuju dengan komentar ini. Kalau makanannya sama tapi harganya beda jauh, ya mending ke pasar tradisional sekalian.
Wah, jujur saja kalau masalah harga gini, saya juga nggak bisa ngomong banyak. Mungkin karena harga bahan-bahan pokok sekarang mahal, jadi harga makanan yang dijual juga menyesuaikan dengan harga sekarang ya. Ibaratnya jajanan jadul tapi harganya nggak jadul karena mengikuti perkembangan zaman. Tapi untungnya penjual makanan di Pasar Kangen Jogja ini selalu mencantumkan harga menu makanan mereka. Jadi kalau soal harga, ya tergantung pengunjung mau beli jajanan yang sesuai kantong mereka atau nggak.
Nama kuliner nyeleneh yang sensitif
Kalau boleh jujur, nama-nama kuliner yang nyeleneh di Pasar Kangen Jogja seolah menjadi ciri khas yang ditonjolkan. Buat saya yang nggak ambil pusing sih nggak masalah, tapi buat orang lain nama-nama nyeleneh ini bisa jadi masalah.
Saya batal mengajak pacar saya mengunjungi Pasar Kangen karena dia orang yang cukup sensitif dengan nama-nama makanan yang agak saru. Selain itu, buat orang tua yang mengajak anaknya, kan bisa menambah masalah juga. Bahaya lho kalau anak-anak tiba-tiba mengingat 1 atau 2 kata yang dirasa “unik”, tapi ternyata itu kata-kata terlarang.
Jadi, menurut saya, masalah penamaan kuliner ini dibuat normal saja. Saya khawatir hal seperti ini akan dinormalisasi juga ke hal lain di kehidupan. Lagi pula nggak elok kalau ada orang luar Jogja yang melihat ini terus malah jadi bahan perbincangan yang buruk. Kan Jogja dikenal akan kebudayaan dan sopan santunnya.
Dari situ, kalau ditanya masih pengin ke Pasar Kangen Jogja lagi atau nggak, saya sih sebenarnya masih pengin. Tapi, rasanya memang sudah nggak se-wah ketika dulu Pasar Kangen terasa betul-betul istimewa. Harapan saya, Pasar Kangen bisa kembali pada hakekatnya, yakni ngangenin.
Penulis: Georgius Cokky Galang Sarendra
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 3 Kuliner Tradisional dari Luar Jawa yang Wajib Kamu Cobain di Pasar Kangen Jogja.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.