Bagi sebagian orang, mutusin atau diputusin pacar sama-sama menyakitkan. Putus itu bikin galau dan sedih berkepanjangan. Selain harus kembali menjadi jomblo kehilangan sosok yang selalu menemani aktivitas sehari-hari, seseorang yang baru saja putus harus melupakan sekaligus tidak melakukan kebiasaan yang sudah terbentuk dan dilakukan dengan sang mantan.
Sedih, Bang. Sakit kalau diinget-inget, tuh.
Akan tetapi, bagi sebagian yang lain, putus itu ibarat risiko atau konsekuensi yang harus diterima dalam suatu hubungan. Pasti ada hubungan sebab-akibat dan tergantung pada komitmen masing-masing pasangan. Namun bagi saya, pada akhirnya putus itu ibarat paradoks, punya pola yang itu-itu saja dan terus berulang.
Baik para lelaki maupun perempuan, kebanyakan menjalani pola yang sama saat putus.
Sepengamatan saya, untuk para lelaki, hal yang pertama kali dirasakan saat putus dengan pacarnya, pasti hepi-hepi. Merasa tidak lagi dikekang, bisa bebas main dengan teman-teman tongkrongan, atau pada titik tertentu yang menyebalkan, mereka sok-sokan nggak kangen sama mantan pacarnya.
Dan biasanya hal tersebut hanya berlangsung pada minggu pertama putus. Minggu kedua dan seterusnya, mulai keingetan dan kangen sama mantan. Ujung-ujungnya malah nyesel karena udah putus. Fase ini hampir selalu dialami oleh setiap lelaki ketika putus.
Lain halnya untuk para perempuan yang menjalani fase yang berlawanan ketika putus dengan pacar. Awalnya bersakit-sakit dahulu, semakin lama malah semakin terbiasa, dan akhirnya mendapatkan kebahagiannya kembali dengan caranya masing-masing.
Karena penasaran, saya coba merefleksikan diri, menelusuri sekaligus mencari tahu, dan bertanya kepada beberapa teman lelaki juga perempuan, kenapa hal tersebut bisa terjadi dan seakan menjadi suatu paradoks dalam suatu hubungan.
Pertama, menelusuri sudut pandang cowok saat baru saja putus dengan (mantan) pacarnya
Dari 5 teman lelaki yang pernah berpacaran, saya menanyakan tentang bagaimana dan apa yang dirasakan oleh mereka saat baru saja putus dengan pacarnya.
Jika dibuat verbatim, inti jawabannya sama, mereka—para lelaki—sepakat, awalnya mereka merasa plong dan bebas aja gitu. Akhirnya bisa nongkrong lagi dengan teman-teman lama, begadang, main game tanpa dibatasi, ditanya ini-itu saat pergi dengan teman tongkrongan, dan masih banyak lagi.
Kendati demikian, kebanyakan juga sepakat bahwa perasaan seperti itu hanya bertahan 7-10 hari saja. Setelahnya, merana. Banyak para lelaki yang kepikiran mantan pacarnya, merindukan segala aktivitas yang sudah menjadi kebiasaan, dan hanya dapat melihat dari kejauhan. Maksud saya, postingan foto di media sosial saja.
Mau nanya kabar atau sekadar menyapa aja gengsi, apalagi ngajak balikan. Hiks.
Kedua, menelusuri sudut pandang perempuan saat baru saja putus dengan (mantan) pacarnya
Saya pun bertanya kepada 5 teman perempuan yang sudah pernah berpacaran agar mendapat informasi berimbang dan dari sudut pandang lain. Jawaban yang saya dapat dari mereka justru kontradiktif dengan jawaban yang diberikan oleh para lelaki.
Menurut 5 perempuan yang saya tanya, banyak perempuan yang justru merasa sangat sedih ketika putus. Langsung kebayang aja gitu, gimana awal mula PDKT, malu-malu saat berkenalan atau kencan pertama kali, sampai akhirnya mendengar pengakuan dari seorang lelaki bahwa, sebenarnya mereka sayang kepada dirinya dan pengin serius dalam menjalani hubungan.
Okelah, banyak perempuan yang menggunakan perasaan atau baper dalam momen tersebut, terus salahnya di mana? Namanya juga sudah nyaman dan diperjuangkan, ketika awal putus, wajar dong kalau sedih sampai berlarut-larut.
Menurut pengakuan 5 teman saya, perempuan bisa sedih dan keingetan mantan pacar dengan segala kenangannya sekitar 10-14 hari. Setelah itu, mereka bisa kembali ceria dan bahagia kembali ketika bersama dengan teman-teman lainnya.
Mau bagaimana pun, tulisan ini sengaja dibuat agar selanjutnya, baik cowok mau pun cewek, bisa lebih memahami situasi dan kondisi satu sama lain. Khususnya ketika memutuskan untuk mengakhiri suatu hubungan.
Dan untuk para teman terdekat, jika ada temannya yang lain sedang sedih karena asmaranya yang kandas, mohon menjadi pendengar cerita yang baik. Jangan malah menjadikan teman yang sedih sampai menangis sebagai konten di akun media sosialmu. Hadeeeh. Kelakuan.
Terakhir, jika memang tidak ada kendala berarti, terlebih masih sayang, alangkah baiknya saling membahagiakan juga saling memperjuangkan satu sama lain. Ya, mau bagaimana pun, saya setuju sama judul lagunya Boys Like Girls, two is better than one.
BACA JUGA Tutorial Putus yang Baik dan Benar Sesuai dengan Kaidah yang Telah Disempurnakan dan tulisan Seto Wicaksono lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.