Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Kesehatan

Paradoks Produksi dan Penggunaan Plastik: Antara Butuh dan Cinta Lingkungan

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
28 Juli 2019
A A
penggunaan plastik

penggunaan plastik

Share on FacebookShare on Twitter

Bicara soal plastik di kehidupan saat ini, bagi saya rasanya dilematis. Ingin menggunakan tapi nanti dipikir tidak cinta terhadap lingkungan, parahnya lagi jika saya pamer dalam penggunaan plastik di media sosial mungkin nantinya akan ditegur oleh para SJW (Social Justice Warrior). Tapi, jika tidak menggunakan sama sekali sejujurnya dalam beberapa hal saya masih membutuhkan keberadaan plastik untuk urusan sehari-hari—walau terbilang tidak sering.

Sebut saja ketika ingin membuang sampah di rumah. Biasanya saya menampung bekas sisa makanan di rumah, bungkusan makanan, dan hal lain yang tidak digunakan di plastik terlebih dahulu untuk kemudian diletakkan pada tempat sampah. Jika sudah penuh, barulah dibuang dan diserahkan ke petugas kebersihan yang biasa keliling di rumah.

Bukannya tidak mau mencoba atau belajar mencintai lingkungan dengan cara mengurangi penggunaan plastik, namun saya belum menemukan cara lain agar sampah di rumah bisa ditampung selain menggunakan plastik. Apakah bisa dengan karung? Atau mungkin ada material lain?

Saat berbelanja di pasar tradisional pun modern, saya sudah membiasakan diri menggunakan totebag atau tas jinjing yang terbuat dari kain kanvas. Biasa dan mudah ditemui di pusat perbelanjaan, bisa didapat dengan membeli atau secara gratisan jika berbelanja pada nominal tertentu. Ditambah model dan desainnya pun beragam serta menarik. Tentu hal ini membuat saya lebih menyukai berbelanja dengan menggunakan totebag—dibanding plastik yang modelnya itu-itu saja.

Hal lain yang membuat saya lebih menyukai berbelanja dengan menggunakan totebag adalah ramainya gerakan untuk meminimalisir penggunaan plastik pada kehidupan sehari-hari. Selain itu, di Bogor, Pak Walikota Bima Arya juga sudah membuat himbauan untuk tidak menggunakan plastik saat berbelanja—khususnya di minimarket atau supermarket—dan baiknya menggunakan tas belanja yang ramah lingkungan.

Jika saya lupa membawa tas belanja, tentu biasanya akan ditawarkan oleh petugas untuk diganti dengan kardus. Sebetulnya bisa saja saya membayar plastik untuk kantong belanja, namun agar tetap ramah lingkungan saya urungkan niat tersebut. Walau di sisi yang lain saya selalu berpikir, plastik tersebut bisa digunakan kembali untuk sampah di rumah.

Sampai dengan saat ini, sesekali saya berpikir apakah plastik dapat benar-benar hilang dan tidak digunakan sama sekali dari peredaran dan diganti dengan yang lebih ramah lingkungan. Sebab, sadar atau tidak plastik masih tetap dan terus diproduksi sampai dengan saat ini untuk kebutuhan tertentu, terlebih di sektor industri. Kemasan makanan, untuk membungkus kebutuhan rumah tangga, apalagi di pasar tradisional juga pedagang kecil plastik masih terus digunakan sebagai kantong untuk pembeli.

Antara produksi, penggunaan dalam kegiatan sehari-hari, hingga meminimalisir penggunaan plastik ini sudah seperti paradoks, sesuatu yang tidak berujung dan tidak berkesudahan—tidak pernah habis untuk diceritakan dan dibahas. Di satu sisi banyak orang yang berusaha tidak lagi menggunakan, di sisi yang lain plastik masih terus diproduksi. Inovasi pun terus diusahakan, salah satunya sedotan stainless yang sedang banyak digunakan—bahkan menjadi tren?

Baca Juga:

Komedi Bukan Alasan Kalian Bisa Beropini Goblok dan Kebal dari Konsekuensi

Berkenalan dengan Profesi di Balik Produksi Anime (Bagian 1)

Plastik sejatinya akan terus ada walau sudah menjadi rahasia umum, jika dibuang sembarang atau di tempat pembuangan sampah akan lama terurai. Mengutip dari Kompas.com, bahkan sampah plastik dalam bentuk kantong sejatinya baru dapat terurai 20-1000 tahun lamanya.

Dan dalam hal ini, baiknya tidak ada pembeda antara SJW dan masyarakat awam. Tidak semua orang sudah memahami akan bahaya sampah plastik dalam jangka panjang. Untuk yang belum mengetahui baiknya mendapat edukasi dan bukan dicaci. Barangkali jika memang disampaikan secara baik—dengan pemahaman yang baik pula—banyak orang yang betul-betul akan mengurangi penggunaan plastik—termasuk saya.

Tidak lupa, apresiasi bagi mereka yang selalu berusaha untuk mendaur ulang plastik yang sudah digunakan atau meminimalisir dalam menggunakan plastik. Misalnya, bekas botol plastik yang dibeli dijadikan tempat pensil atau pot. Ada pula yang menjadikan bekas plastik bungkus minuman kemasan sebagai tas. Selain mengasah kreativitas tak jarang pula menghasilkan uang.

Untuk beberapa orang yang selalu membawa botol saat membeli minuman kemasan, juga mereka yang membawa tempat bekal makanan saat membeli makanan—dibanding dibungkus dengan plastik atau sterofoam—semoga hal itu bisa terus konsisten dilakukan dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain.

Kemudian saya tersadar, kini sudah ada bank sampah di beberapa pemukiman. Untuk sampah kering—dapat berupa dus dan lain sebagainya—yang masih terlihat layak, daripada disimpan dan tidak dipergunakan, lebih baik ditukar dengan uang. Lumayan, kan?

Terakhir diperbarui pada 19 Januari 2022 oleh

Tags: paradokspenggunaan plastikproduksiSJW
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

tiga setia gara

Tiga Setia Gara: Bucin dan Toxic Love Relationship

20 September 2019
budaya beberes

Mari Memulai Budaya Beberes Setelah Makan!

15 Oktober 2019
Haruskah Ada Undang-Undang ala SJW?

Haruskah Diciptakan Undang-Undang ala SJW?

21 Februari 2020
woke culture mojok

Woke Culture dan Netizen yang Salah Kaprah

4 Februari 2021
plastik berbayar

Mencintai dan Membenci Kebijakan Plastik Berbayar

23 Juni 2019
perempuan

Hanya Karena Saya Perempuan?

7 Juni 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
Video Tukang Parkir Geledah Dasbor Motor di Parkiran Matos Malang Adalah Contoh Terbaik Betapa Problematik Profesi Ini parkir kampus tukang parkir resmi mawar preman pensiun tukang parkir kafe di malang surabaya, tukang parkir liar lahan parkir

Rebutan Lahan Parkir Itu Sama Tuanya dengan Umur Peradaban, dan Mungkin Akan Tetap Ada Hingga Kiamat

2 Desember 2025
4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.