Saya orangnya pemalas, saking pemalasnya, untuk ganti oli ke bengkel motor aja selalu ditunda-tunda. Namun, selain malas, ada alasan lain yang membuat saya tambah malas lagi buat servis di bengkel motor. Saya orangnya simpel, saat melakukan transaksi dengan orang lain entah itu membeli barang atau membayar jasa, saya inginnya yang simpel aja. Barang atau jasa diterima, lalu saya bayar dan transaksi selesai.
Akan tetapi, beberapa tahun yang lalu saya mengalami kejadian yang kurang menyenangkan saat melakukan servis di bengkel motor. Saat itu memang motor udah lama nggak diganti olinya. Kebetulan motor itu adalah pemberian dari kakak perempuan. Keadaan motor saat itu memang sudah agak mengenaskan, rangka memang utuh, tapi mesin udah nggak sehat.
Keuangan saya juga lagi seret, niat ingin membawa motor ke bengkel untuk diservis walaupun sekadar ganti oli, akhirnya selalu tertunda. Singkat cerita saya mendapat sedikit rezeki, cukup lah untuk ganti oli motor.
Saya bawa motor ke bengkel. Kalau tidak salah, saat itu ada pelanggan lain selain saya yang sedang diservis motornya. Saya pun menunggu sampai pelanggan lain selesai dilayani karena montirnya hanya satu orang.
Giliran saya pun tiba, saya bilang hanya ingin ganti oli saja meskipun dengan melihat kondisi motor seharusnya banyak hal yang perlu diganti. Seperti biasa si montir lalu melakukan apa yang sudah menjadi tugasnya, membuka tempat oli lalu mengeluarkan oli bekas dari dalam motor dan ditadah dengan sebuah bak plastik kecil.
Tak berlangsung lama oli dari dalam motor sudah tak keluar lagi, si montir bingung, apa memang cuma segitu oli yang tersisa? Lalu dengan nada kesal si montir tanya kepada saya, “Mas, motornya sudah lama nggak di tap olinya?” Saya jawab, “Iya, Mas, nggak sempat”. Lalu masih dengan nada kesal dan wajah yang semakin ditekuk, si montir lalu menceramahi saya tentang bagaimana seharusnya memperlakukan motor.
Jujur saja saya sebagai pelanggan agak tersinggung, oke dia niatnya baik. Mungkin dia benar-benar mendalami profesinya sebagai montir dan kecintaannya terhadap motor sudah mendalam. Makanya dia marah jika ada orang yang tidak memperlakukan motornya dengan baik, tapi kan saya nerimanya memang sudah keadaan begitu. Apalagi saya memang tidak kaya, ganti oli aja masih nunggu kebutuhan lain terpenuhi, belum lagi servis secara keseluruhan.
Yang saya mau ketika servis motor ya kembali lagi, servis selesai jasanya saya bayar urusan selesai. Tanpa harus ada wejangan segala macam. Di rumah dan di sekolah saya sudah kenyang dengan wejangan.
Kejadian kedua yang membuat saya malas ke bengkel adalah saat saya ingin mengisi air radiator. Waktu itu indikator air radiator di motor saya nyala, jadi saya berniat ke bengkel motor untuk ngisi air radiator. Kebetulan saya punya sisa setengah botol air radiator, sisa servis sebelumnya.
Sampai di bengkel saya bilang ingin ganti air radiator tapi saya bawa airnya sendiri. Tanpa basa-basi si montir (montir lain di bengkel lain) memberi tahu saya cara mengisi air radiator yang memang teryata sangat mudah. “Cuma gini aja nggak perlu ke bengkel, Mas, di rumah kan juga bisa.” Lah, justru karena saya nggak bisa dan nggak ngerti, makanya saya bawa ke bengkel. Bukankah urusan bakal lebih runyam jika saya yang nggak paham soal motor, jadi sok tau tentang motor?
Lagian sebenarnya montir juga patut bersyukur dengan adanya orang-orang goblok seperti kami yang nggak paham tentang dunia permotoran. Kalau semua orang paham dan mengerjakan semua urusan motor mereka sendiri, bukankah pada akhirnya mereka juga yang terancam kehilangan pekerjaan? Bengkel-bengkel pada tutup karena semua orang sudah menjadi ahli motor. Jadi sebaiknya berikanlah pelayanan terbaik segoblok apa pun pelanggan kalian.
Beruntung, saat ini saya sudah menemukan bengkel yang tak banyak bicara. Paling montirnya hanya bicara apa saja yang perlu diservis dan diganti, itu pun tanpa memaksa. Saya bilang ganti ya diganti, saya bilang belum ada duit ya nggak diganti, selesai.
BACA JUGA Perempuan, Makhluk yang Punya Banyak Alasan untuk Malas Servis Motor dan tulisan Sigit Candra Lesmana lainnya.