Para Kreator Konten, Please, Kafe di Dalam Gang Itu Bukan Hidden Gem!

Para Kreator Konten, Please, Kafe di Dalam Gang Itu Bukan Hidden Gem! hidden gem adalah

Para Kreator Konten, Please, Kafe di Dalam Gang Itu Bukan Hidden Gem! (Pixabay.com)

Beberapa tahun belakangan, istilah hidden gem banyak digunakan oleh content creator yang mengulas tempat-tempat yang sekiranya dianggap tak terjamah, tapi indah. Nggak usah saya kasih contoh lah ya kek mana, kalian pasti udah tahu. Mungkin malah udah enek malah sama konten sejenis wqwqwq.

Oh, masih ada yang belum tahu apa itu hidden gem? Secara singkatnya, hidden gem itu ya kayak yang saya bilang di atas, tempat yang sekiranya indah, tapi nggak banyak diketahui orang dan belum terjamah. Setelah dikontenin, akhirnya nggak jadi indah lagi sih.

Awalnya, saya suka nontonin konten yang pakai istilah “hidden gem”. Tapi, makin hari istilah “hidden gem” makin overused dan membosankan. Udah kayak template. Beberapa hari ini saja, saya sudah melihat belasan konten “hidden gem” yang disematkan pada sejumlah coffee shop atau kedai makanan di Kota Bandung yang lewat di laman media sosial saya.

Hidden gem apaan kok banyak banget?

Memang, banyak kedai makanan, coffee shop, hotel, villa, museum, maupun tempat yang bagus di luar sana. Tapi tidak semua layak dianggap keindahan yang tersembunyi juga. Hidden gem adalah hal yang memang benar-benar langka, harusnya lho ya.

Saking seringnya melihat konten “hidden gem”, saya jadi suuzan bahwa tempat tersebut dilabeli seperti itu karena click bait atau emang pesenan. Atau emang kreatornya yang nggak tahu apa arti istilah tersebut. Masuk gang doang dianggap hidden gem, noh toko kelontong bisa situ anggep hidden gem.

Hidden gem yang beneran, jangan modal masuk gang doang

Penggunaan istilah tersebut tentu tidak salah. Namanya juga trik marketing atau clickbait untuk menarik perhatian orang. Tapi ya kalau dikit-dikit pakai istilah tersebut, malah jadi kayak template yang basi gak sih? Nanti yang beneran “hidden gem” gak akan dilirik lagi saking terlalu banyaknya tempat yang dilabeli dengan istilah “hidden gem”.

Lantas solusinya gimana?

Nggak ada sih. tapi kreator konten harusnya udah tahu lah mana yang patut dilabeli hidden gem kek mana. Misal, kalau hidden gem adalah tempat yang sebenarnya dah lama ada, tapi belum terekspos, dan beneran berkualitas, ya itu baru kasih label.

Bukan kafe masuk gang dikasih label hidden gem. Itu cuman kagak keliatan aja, malih!

Kalau itu bikin kalian kehabisan ide bikin konten, nah, itu baru artinya kalian butuh nyari ide lagi. Jangan lah pakai istilah tersebut buat nge-bait audience biar mampir ke konten kalian. Caranya masih banyak kok, nggak cuman nge-bait. Kasihan lho audience kalian ketipu. Dikiranya beneran gem, ternyata overrated parah dan nggak berkualitas.

Itu saja sih keresahan saya perkara hidden gem ini. Ambil hikmahnya syukur, nggak ya nggak apa-apa. Kecuali kalau emang udah puas bikin konten cringe sih wqwqwq.

Penulis: Raden Muhammad Wisnu
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 5 Sisi Gelap Magang di Jepang yang Jarang Diketahui

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version