Di balik keindahan Pantai Watu Ulo Jember ada kisah tragis yang menelan korban jiwa dan tumpukan sampah.
Pekan ini saya pulang ke kampung halaman saya di Jember. Kampung halaman saya terletak di Kecamatan Ambulu, di sisi selatan Kabupaten Jember. Kecamatan ini berbatasan langsung dengan laut di sisi selatannya. Itu mengapa di Ambulu terdapat banyak pantai seperti Pantai Cangaan, Pantai Nanggelan, Pantai Teluk Love, Pantai Payangan, dan Pantai Watu Ulo.
Pantai Watu Ulo menjadi yang paling ikonik di Jember. Dalam Bahasa Indonesia, Watu Ulo diterjemahkan menjadi Batu Ular. Di pantai ini memang ada batu sepanjang 110 meter dengan lebar 4 meter. Batu panjang itu membentang menyerupai badan ular.
Selain itu, pemandangan di pantai ini begitu indah. Dari sana kalian dari sana kalian dapat melihat hamparan Samudera Hindia yang indah di sisi sebelah selatan Pulau Jawa.Itu mengapa pantai ini begitu ikonik di kalangan warga sekitar.
Asal-usul Pantai Watu Ulo Jember
Batu panjang yang membentang di Pantai Watu Ulo menyimpan cerita. Menurut warga setempat ada beberapa versi, tapi yang paling terkenal adalah kisah pertarungan natra Joko Mursodo dan Nogo Rojo. Dalam Bahasa Indonesia, Nogo Rojo berarti Raja Naga.
Konon katanya, Nogo Rojo adalah naga rakus yang memakan segala sesuatu di desa, mulai dari hewan ternak hingga manusia. Kabar itu sampai ke telinga Joko Mursodo, seorang tokoh masyarakat yang dipercaya menghuni Pulau Nusa Barong yang ada di Kecamatan Puger.
Mendengar kejadian itu itu, Joko Mursodo bertarung dengan Nogo Rojo dan berhasil mengalahkannya. Singkat cerita, Joko Mursodo memotong tubuh Nogo Rojo menjadi 3 bagian, kepalanya dibuang di Pantai Grajagan Banyuwangi, tubuhnya di Pantai Watu Ulo, dan ekornya di Pantai Pacitan.
Bagian tubuh ular itu kini menjadi destinasi wisata yang memikat wisatawan. Sebenarnya tidak hanya memikat pelancong, tempat ini juga dianggap penting bagi orang-orang tertentu. Berbagai ritual sempat digelar di Pantai Watu Ulo ini. Konon, tempat ini menyimpan energi sehingga bisa menjadi medium bagi makhluk lain.
Kisah tragis
Pantai Watu Ulo Jember menyimpan daya tarik secara spiritual. Letaknya yang berada berbatasan langsung dengan laut selatan Jawa diyakini punya kekuatan spiritual kuat. Sudah jadi rahasia umum, pantai-pantai yang berbatasan dengan pantai selatan dikenal dengan kekuatan magis. Selain Pantai Watu Ulo ada Pantai Parangkusumo dan Parangtritis di Jogja, Pantai Klayar di Pacitan, Pantai Parang Kursi di Banyuwangi.
Lantaran diyakini memiliki aura dari alam lain yang kuat, banyak orang yang datang ke Pantai Watu Ulo untuk menjalankan ritual. Salah satu ritual yang sempat menyita perhatian terjadi pada 2022. Pada saat itu, kelompok Kejayan Trimurti dari Nganjuk dan Kelompok dari Tunggal Jati Nusantara menggelar ritual di Pantai Watu Ulo.
Nahasnya, ritual-ritual ini memakan korban. Tepatnya di Pantai Payangan, pantai yang satu bibir pantai dengan Pantai Watu Ulo. Setidaknya ada 11 dari 23 orang Padepokan Tunggal Jati Nusantara dari Jember meninggal dunia karena terseret arus pantai selatan yang besar.
Sebenarnya kejadian ini sempat membuat warga lokal terheran-heran. Warga lokal jarang sekali nyemplung atau mandi di pantai melihat kontur pantai dan ombak yang besar. Pelancong pun dilarang untuk bermain dekat-dekat langsung. Pantai Watu Ulo memang lebih sesuai dinikmati secara visual saja.
Destinasi wisata andalan yang banyak sampah
Pantai ini memang lebih pas dinikmati sambil duduk-duduk sambil merasakan sepoi angin dan memandangi ombak. Sayangnya, pengalaman itu tidak bisa didapatkan secara maksimal karena banyak sampah di pantai ini. Ketika saya memandangi ke arah laut, saya melihat sampah di antara gulungan ombak yang tiba di bibir pantai.
Tidak hanya sampah yang terlanjur terbawa ke laut, di beberapa titik sekitar pantai banyak ditemukan sampah-sampah pengunjung. Paling banyak adalah botol minuman plastik, kemasan makanan ringan, dan plastik bekas lain. Benar-benar disayangkan, padahal Pantai Watu Ulo adalah salah satu wisata unggulan di Jember.
Selain kebiasan buruk masyarakat, saya merasa sampah yang bertebaran tidak lepas dari upaya pengelola yang belum maksimal menjaga kebersihan. Salah satu yang ketara adalah kurangnya tempat sampah di tempat ini.
Penulis: Adhitiya Prasta Pratama
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Jember di Mata Orang Bangkalan Madura: Bikin Minder dan Ingin Pindah Domisili
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.