Kebanyakan promosi kurang aksi
Semrawutnya sebagian pantai di Gunungkidul hari ini tentu bukan sepenuhnya kesalahan wisatawan. Gencarnya promosi yang dilakukan pihak-pihak terkait tanpa diimbangi sistem pengelolaan kawasan wisata yang baik, saya rasa turut memberi sumbangsih terhadap situasi pantai yang kini tampak karut-marut.
Kita tahu, saat ini banyak pemodal yang datang ke Gunungkidul untuk membangun bisnis kuliner di kawasan pantai. Nggak sedikit kita menemukan restoran atau rumah makan yang berdiri di area wisata, baik di atas tebing maupun pinggir pantai. Kondisi ini membuat kawasan wisata terlihat menyempit, sehingga suasananya sumpek dan silang sengkarut.
Saya rasa, seiring bertambahnya jumlah kunjungan wisatawan, akan semakin banyak pula bangunan yang berdiri di kawasan pantai. Tanpa tata kelola ruang yang baik, situasi ini bisa menurunkan kualitas lingkungan hidup dan berpotensi merusak keindahan alam Gunungkidul.
Tata kelola objek wisata Gunungkidul perlu dibenahi
Apa yang saat ini terjadi di Pantai Baron dan sekitarnya, hanya contoh kecil dari ruwetnya tata kelola sebagian besar objek wisata di Gunungkidul. Belum adanya regulasi tentang pembatasan kunjungan wisata, berdampak pada peningkatan jumlah wisatawan yang tak terbendung setiap hari libur dan membuat suasana kian semrawut.
Kondisi ini diperparah dengan sarana dan prasarana di sejumlah objek wisata yang kurang memadai. Misalnya saja masalah akses jalan menuju destinasi wisata. Entah kenapa, meski dapat omzet puluhan hingga ratusan juta per bulan, tapi persoalan jalan berlubang dan minimnya penerangan sampai sekarang tak kunjung selesai.
Sebelum gembar-gembor promosi “Gunungkidul the Next Bali” itu, sebaiknya tata kelola wisata di semua lini dibenahi dulu. Pemkab dan dinas terkait saya rasa harus lebih banyak melibatkan peran warga sekitar dalam mengelola objek wisata. Sebab, merekalah yang sejatinya paham dengan kondisi wilayah dan punya kepedulian terhadap kelestarian lingkungan di tanah kelahiran.
Saya yakin, sebagian warga pesisir ada yang prihatin betul melihat eksploitasi besar-besaran yang kini mulai terjadi di pantai selatan Gunungkidul. Untuk itu, konsep pariwisata berkelanjutan atau sustainable tourism harus benar-benar dijalankan dan jangan berhenti di meja makan. Dengan begitu, dampak kerusakan di kawasan pantai bisa diminimalisir dan ekosistem tetap terjaga.
Yah, kecuali kalau tujuan akhirnya cuma duit, duit, dan duit. Tak pikir nggak butuh waktu 10 tahun, pantai di Gunungkidul bakal remuk dan kehilangan daya tarik. Wallahualam.
Penulis: Jevi Adhi Nugraha
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 4 Pantai di Gunungkidul yang Cocok Dikunjungi Rombongan Maba.