Beberapa minggu yang lalu, saya berwisata ke salah satu klaster Museum Manusia Purba Sangiran. Fyi, museum ini sebenarnya terdiri atas lima klaster, yaitu Klaster Krikilan, Klaster Dayu, Klaster Bukuran, Klaster Ngebung, dan Klaster Manyarejo. Tapi, tempat yang paling viral, terbuka, dan mudah diakses secara umum adalah Klaster Krikilan.
Sebagai salah satu objek wisata yang sudah lama diakui oleh UNESCO, kita patut berbangga diri punya museum ini. Bukan hanya memperkuat eksistensi atau identitas kebudayaan Indonesia di mata internasional, seluruh klaster Museum Manusia Purba Sangiran juga menjadi daya tarik wisatawan mancanegara. Dengan begitu, pendapatan masyarakat sekitar menjadi meningkat dan makin sejahtera.
Nah, bila kalian tertarik mau berwisata kemari, saya kasih tahu nih panduan liburan praktis ke Museum Manusia Purba Sangiran khususnya Klaster Krikilan.
#1 Transportasi
Untuk menuju ke Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan, kita dapat menempuhnya dengan berbagai macam cara. Mulai dari jalan kaki, naik kendaraan pribadi, sampai dengan naik transportasi umum. Akses jalannya sendiri sebenarnya sudah cukup baik, namun di sekitar jalan Solo-Purwodadi daerah Bulurejo terdapat proyek pengecoran jalan. Jadi, bagi yang berangkat dari Solo atau sebaliknya, harus bersabar menghadapi kemacetan di sana, ya.
Museum ini punya kebijakan khusus: semua kendaraan pribadi harus transit atau dititipkan di tempat parkir Terminal Sangiran. Setelah itu, kita masih harus menempuh jarak sekitar 650 meter untuk menuju ke Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan. Kita dapat memilih jalan kaki atau naik ojek motor/mobil pick up dengan tarif 3 ribu rupiah per orang.
Begitu juga saat keluar dari museum. Kita bisa berjalan kaki atau naik ojek motor dengan tarif 3 ribu rupiah per orang untuk menuju ke Terminal Sangiran, tempat kita menitipkan kendaraan pribadi tadi. Kebijakan ini sepertinya diterapkan demi pemerataan dan peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar.
Jadi, kalau mau berwisata ke Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan naik kendaraan pribadi, pada aplikasi Google Maps arahkan tujuan lokasinya ke Terminal Sangiran, bukan Museum Sangiran atau Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran (Museum Sangiran Klaster Krikilan). Soalnya kalau kita maksa bawa kendaraan pribadi langsung ke sana, bisa-bisa kita malah diusir atau tak ada tempat parkir. Jadi, jangan sampai kecele atau marah-marah, ya.
Saya pernah ke Museum Sangiran naik Bus Trans Jateng. Saya naik bus ini mulai dari halte sekitar pintu timur Terminal Tirtonadi Solo. Bus kecil dengan tampilan bodi yang dominan merah ini tarifnya 4 ribu rupiah untuk jarak jauh maupun dekat. Saya lalu turun di Halte Terminal Sangiran untuk kemudian naik ojek menuju ke Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan.
Ada beberapa hal yang membuat saya menyukai Bus Trans Jateng. Pertama, waktu keberangkatan yang selalu sesuai dengan jadwal. Kedua, kondisi bus yang bersih, nyaman, dan fitur-fiturnya masih bekerja dengan baik. Ketiga, pelayanan kondektur yang selalu ramah serta pembawaan sopir yang selalu tenang selama perjalanan makin menambah kenyamanan saya dan para penumpang lain.
#2 Panduan Kuliner dan Suvenir
Di sekitar Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan dan Terminal Sangiran, terdapat sejumlah warung makan dengan harga yang cukup ramah kantong. Misalnya, soto, bakso, mi, pecel, dan gado-gado. Harga makanan dan minumannya juga sudah tertera pada spanduk warung. Ada juga sejumlah toko suvenir atau cendera mata dengan harga yang bisa ditawar mulai dari kaus, gantungan kunci, kalung, gelang, akik, sampai dengan patung atau benda pajangan khas Sangiran
#3 Panduan Wisata
Museum Manusia Purba Sangiran (Klaster Krikilan) ini buka setiap hari mulai pukul 08.00 WIB sampai pukul 15.30 WIB, kecuali hari Senin. Di sekitar gerbang museum, kita akan menjumpai bangunan loket dan tourist information center. Wisatawan lokal dikenai tarif masuk 8 ribu rupiah per orang.
Setelah membayar dan memperoleh tiket, kita akan berjalan melewati halaman yang cukup luas. Lalu, di sebelah kanan nanti ada jalan kecil menanjak seperti tangga yang masuk ke gedung. Di situlah lokasi museumnya.
Sebelum memasuki pintu museum, sudah ada beberapa petugas yang menanti kedatangan kita. Di sini kita akan disuruh mengisi buku daftar pengunjung. Setelah itu, mereka akan bertanya, “Butuh pemandu wisata apa nggak?” Saat itu saya ditawari seorang pemandu wisata dengan harga 50 ribu rupiah. Tapi, saya menolak karena lebih ingin menikmati suasana berwisata sendirian.
Secara garis besar, Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan terdiri atas tiga ruang pameran, yaitu ruang bertema Kekayaan Sangiran, ruang bertema Langkah-langkah Kemanusiaan, dan ruang bertema Masa Keemasan Homo Erectus 500.000 Tahun yang Lalu.
Setiap ruang pameran mempunyai ciri khasnya. Tak hanya memamerkan fosil-fosil manusia, hewan, dan benda-benda peninggalannya, proses penelitian dan informasi terkait situs-situs bersejarah tersebut juga ditampilkan dengan media patung, diorama, tayangan televisi atau komputer, dan poster panjang yang menyelimuti dinding museum.
Sebagai museum berkelas internasional, Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan tentu menerapkan standar pelayanan dan kenyamanan yang tinggi. Jadi, buang jauh-jauh anggapan kalau wisata ke museum selalu identik dengan bangunan yang pengap dan berdebu atau benda-benda kuno yang sudah lapuk. Museum ini bikin kita betah berlama-lama di dalamnya karena selain sejuknya AC, mata dan telinga kita akan dimanjakan oleh canggihnya visualisasi tulisan, gambar, dan suara yang dihasilkan.
Itulah sedikit panduan liburan praktis ke Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan. Barangkali bagi sebagian orang, wisata sejarah atau budaya tak semenarik wisata alam, tapi museum ini justru mengajarkan pada saya bahwa belajar sejarah tak semembosankan itu. Jadi, segera masukkan objek wisata ini ke daftar destinasi liburanmu, Gaes!
Penulis: Dhimas Muhammad Yasin
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Saya Pergi ke Museum yang Guide-nya Membosankan agar Teman Lepas dari Masalah.