Pemilihan dosen pembimbing menentukan 80% kelulusan skripsi kita. Atau, 80% cepet lambatnya skripsi kita. Yakinlah akan hal itu, maka proses memilih dosen pembimbing adalah proses penentu hidup dan mati kita sebagai mahasiswa tingkat akhir. Sungguh diperlukan strategi matang untuk memilih mana dosen terbaik, karena sekali salah dapat dosen pembimbing, sudahlah… meninggal kita.
Memang benar sekalipun kita milih, ada kemungkinan—besar—kalo pilihan kita nggak disetujui sama kaprodi, entah karena kaprodi merasa dosen itu sudah banyak membimbing mahasiswa, entah dosen yang dipilih dirasa nggak terlalu kompeten, atau entah karena kitanya yang terlalu kampret memilih dosen pembimbing dari jurusan lain.
Tetapi ya gitu, kalo kita milih aja belum tentu dapet, lah gimana nasibnya kalo kita nggak milih dan pasrah aja nerima nasib? Makanya, puasa tujuh hari barangkali diperlukan agar kita dapat wangsit tentang dosen mana yang terbaik untuk kita. Tentunya puasa tujuh hari di bulan puasa sungguh bukan masalah besar sama sekali, bener nggak?
Intinya, kalo setelah puasa atau semedi buat nyari wangsit tapi nggak dapet-dapet juga, kayaknya kita perlu melakukan strategi pemilihan dosen pembimbing. Dibutuhkan jutsu yang sangat pas kayak kalo mau ujian Chuunin. Nah, jutsu-jutsu maut itu adalah langkah-langkah berikut, dan wajib dicoba daripada endingnya nyesel lama lulus.
Incer dosen kesayangan
Punya dong dosen kesayangan. Dosen yang baik banget, perhatian banget, ramah banget, ditambah memiliki penghargaan dalam kontes senyum paling menawan, pun tentunya nggak pernah absen ngasih kita nilai paling buruk ya B. Biasanya dosen ini udah kita kenal sejak awal kuliah, dan rutin ketemu di tiap semester dan jadi apal banget. Jadi dosen kesayangan gitu. Kalo kebetulan dosennya lawan jenis dan cakep, kadang sempet diajak jalan bareng juga.
Nahhhh, kesempatan. Dosen model ginian harus kalian masukin ke daftar calon dosen pembimbing. Urusan disetujui atau kagak, itu urusan belakangan. Yang penting wajib ngegas duluan. Atau malah kalo bisa bilangin sekalian ke si dosen pujaan hati biar doi jadi pembimbing kita. Kan kalo ada intervensi dari dosennya langsung, peluang disetujuinya pasti tambah gede dong.
Incer dosen galak
Iya, nggak salah denger. Kalo biasanya dosen galak nan mengerikan adalah pilihan terburuk, tidak pada jurus maut kita yang satu ini. Pilihlah dosen paling galak yang ada di jurusan sebagai calon dosen pembimbing. Ketahuilah peluang disetujuinya sangat besar karena biasanya nggak bakal mau ada yang nyalonin dosen beginian jadi calon dosbing. Tetapi di sanalah menariknya.
Kalo dosennya galak, kita pasti bakal auto taat dan patuh, lantas berimplikasi pada persentase rajinnya kita ngerjain revisi. Nggak masalah disemprot nyinyiran selama bimbingan, karena pasti semprotan dari dosen galak akan sangat bermanfaat. Pasti to the point kenapa kita bisa sampe begok banget dan membuat beliau marah. Barangkali karena alih-alih kita bawa naskah skripsi, eh kita malah bawa naskah novel.
Pokoknya saking galaknya si dosbing, kita bakal berasa diteror dan dikejar-kejar genderuwo, makanya auto ngerjain skripsi terus biar segera terbebas dari amukan maut. Makanya, sekalipun galak dan buat jantung nyaris copot, dosen beginian sangat ideal buat dijadiin dosbing. Ya, mending didamprat pas bimbingan kan, daripada nanti malah ketemu dosen beginian di sidang, kan auto mampus.
Incer dosen yang hobinya sama kayak kita
Pasti pernah dong punya dosen yang kebetulan hobinya sama. Kayak… hobi baca Mojok, barangkali? Nah, biasanya kalo punya hobi yang sama pasti jadi sering diskusi bareng kan. Nggak diskusi masalah akademis, persetan dengan itu, ya jelas diskusi tentang hobinya itu. Nah, kalo dosen yang beginian bisa tembus jadi dosbing, waaahhhh… sudah bahagia dunia akhirat pasti. Nggak masalah harus bimbingan tiap hari, pun revisi dikit-dikit juga bodo amat, yang penting pas bimbingan bisa sambil diskusi seru. Ya nggak?
Incer dosen muda
Dosen muda yang baru pertama kali ditunjuk kaprodi jadi pembimbing skripsi wajib dijadikan inceran kita. Asli! Ketahuilah kalo dosen muda biasanya lebih mengerti problematika kita sebagai mahasiswa karena doi juga belum terlalu lama di posisi kita. Jadi pasti nggak bakal deg-degan sama sekali. Nggak bakal minta yang aneh-aneh buat revisi. Mentok yang direvisi paling template naskah skripsi kita, sama nyoretin yang salah-salah ketik. Persetan dengan inti pembahasan kita, yang penting urusan bimbing-membimbing kelar dengan cepat. Dosen senang, kita semua menang!
Incer dosen koplak
Kalo ada dosen koplak, pilihlah sebagai calon dosen pembimbing. Setidaknya meski kita revisi bolak balik, kita bakal terhibur sama kelakuannya. Bisa-bisa doi ngeluarin banyolan yang kadang lucu dan kadang nggak lucu. Tetapi ketahuilah, kita wajib ketawa apa pun banyolan dari dosen pembimbing sekalipun garingnya kayak rempeyek. Jangan sekali-kali malah mengomentari ‘Bit Bapak sebenarnya lucu, tetapi Bapak terlalu lama melakukan set-up sehingga pas nyampe di punchline, jadinya kurang powerful! Minggu depan diperbaiki lagi ya.’ Ala acara kompetisi stand-up comedy gitu. Kalo sampe begini, udahlah… meninggal kita.
Incer Rektor
Kalo kebetulan rektor masih ngajar dan kebetulan juga di jurusan kita, ditambah kita ternyata memiliki kapasitas otak yang mayan jenius, incarlah rektor. Kenapa, karena kalo rektor bisa tau kejeniusan kita selama masa bimbingan, doi bakal terkagum-kagum dan mempercepat proses skripsi kita.
Abis itu, karena sudah melihat potensi luar biasa dan cemerlang nan gemilang yang kita miliki, doi pasti membukakan pintu rejeki. Kita pasti ditawari kerja, minimal kerja di kampus lah. Ya, mentok jadi staff bagian operasional. Atau jadi satpam kalo ternyata potensi cemerlang kita ada kaitannya sama hobi lompat pager pas kabur dari kuliah. Jadi kan kita tau spot-spot mana saja yang berpotensi jadi titik kabur.
BACA JUGA Panduan untuk Berdebat dengan Dosen yang Konservatif dan Moderat dan tulisan Riyanto lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.