“Ngaji itu jangan sama Google, jangan lewat YouTube, lebih baik tatap muka sama guru langsung.”
Kemarin, kalimat-kalimat di atas sempat mengudara. Lantaran, banyak orang yang jadi salah kaprah akibat belum bisa memfilter mana ngaji via Google dengan guru dan sanad keilmuan yang jelas.
Sejak pandemi corona masuk ke Indonesia, semua proses kehidupan dituntut untuk berubah seketika. Salah satunya, semua orang dituntut paham akan penggunaan akses daring. Himbauan untuk physical distancing tidak menjadikan kehidupan semua berakhir begitu saja. Alternatif untuk tetap berlangsung semua kegiatan, via daring menjadi solusi praktisnya.
Nah, salah satunya, ngaji online yang sekarang ini jadi andalan.
Sejak awal Maret lalu, beberapa pondok pesantren di Indonesia sudah berikhtiar memulangkan santri-santrinya agar terhindar dari bahaya wabah ini. Pasalnya, kalau tetap tinggal di pesantren, mau nggak mau akan terus-menerus berdekatan satu sama lain. Kalau satu santri udah kena, kan bahaya. Lha wong makan aja sepiring bisa-bisa join berbanyak orang.
Dengan dipulangkannya para santri, pengasuh dan pengurus pondok tidak lantas menghentikan proses pembelajaran. Seperti sekolah-sekolah umum lainnya, proses transfer ilmu juga masih berjalan. Begitu juga dengan pondok pesantren, saat ini sudah banyak yang menggunakan sistem pengajaran via daring.
Santri-santri yang sedang di rumah juga tidak hanya mendengarkan penjelasan ngaji kitab saja. Mereka diimbau untuk menulis setiap materi pengajian kitab, kemudian dikirimkan via WhatsApp kepada ustaz atau ustazah pondok. Sehingga kehadiran santri mengikuti ngaji via live streaming ini masih bisa dipantau dan diabsensi untuk tetap mendapatkan nilai kepesantrenan.
Tidak hanya ngaji kitab saja kok, pandemi ini juga mengharuskan santri untuk tetap ngaji setoran, baik setoran ngaji kitab atau Alquran. Untuk setoran hafalan Alquran, misalnya, beberapa pondok pesantren juga menerapkan setoran via video call.
Ya, nggak sedikit juga santri yang sambat karena jaringan susah sinyal-lah, kuota habis-lah. Emang bener-bener nih, ya. Dasar pandemi yang merepotkan!!!
Tentunya, ramai pengajian kitab via daring ini tidak hanya untuk para santri dari pondok tersebut yang sedang pulang. Bahkan, fenomena ini menjadi wadah bagi para alumni untuk bernostalgia ngaji dengan para kiai. Mengaji online ini juga terbuka untuk siapa pun yang bukan buat alumni atau santri saja.
Nah, kalau dulu buat cari-cari channel ngaji dengan sanad guru dan keilmuan yang jelas ini masih jarang dijumpai, Ramadan ini sangat mudah mencari berbagai macam info kegiatan ini yang diakses melalui live streaming di akun YouTube atau media sosial pondok pesantren.
Ada hikmahnya juga kan, pandemi ini? Karena kehadirannya, ilmu-ilmu kepesantrenan dengan metode transfer ilmu melalui mengkaji suatu kitab klasik karya ulama-ulama besar, jadi lebih banyak masuk ke media sosial. Sehingga, khazanah ilmu kepesantrenan yang ada di jagat dunia maya semakin kaya. Semoga ya, ngaji yang ngawur-ngawur itu bisa tertutup dengan banyaknya ngaji yang adem, damai, nan mencerahkan.
Lantaran tidak semua pondok pesantren menyediakan fasilitas ngaji kitab live streaming via media sosial, tak sedikit juga pondok yang merekomendasikan santri-santrinya untuk tetap mengikuti ngaji kitab pondok pesantren lain yang menyediakan fasilitas via daring tersebut.
Jadi ya, tetep aja, intinya sekarang itu ngaji via Google atau via YouTube, sangat dianjurkan bagi santri-santri di masa pandemi ini. Buat kalian yang ingin mengikuti kegiatan ini dengan sanad keilmuan pesantren ini, boleh saja lho, buat mengisi Ramadan kalian. Setidaknya, kegiatan ini bisa jadi tambahan siraman rohani, gitu~
Asal pilih channel ngaji yang bener ya, Gaes!!!
BACA JUGA Esai-esai Terminal Ramadan Mojok lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.