Alasan Palang Pintu Kereta Kampoeng Semarang Lebih Menjengkelkan ketimbang Panasnya Kota Semarang

Alasan Palang Pintu Kereta Kampoeng Semarang Lebih Menjengkelkan Ketimbang Panasnya Kota Semarang

Alasan Palang Pintu Kereta Kampoeng Semarang Lebih Menjengkelkan Ketimbang Panasnya Kota Semarang (Unsplash.com)

Panasnya Kota Semarang rasanya nggak ada apa-apanya dibanding panasnya hati dan emosi saat melintasi palang pintu kereta Kampoeng Semarang.

Tampaknya tiap kali membicarakan soal Semarang, yang terlintas di pikiran kita adalah panasnya kota itu.  Bukan sekadar panas biasa, melainkan panas yang benar-benar membuat kita merasa seolah tengah dimasak di bawah sinar mentari yang tak kenal ampun. Kota ini, yang terletak di wilayah pesisir utara Pulau Jawa, memiliki iklim tropis basah dengan suhu yang bisa mencapai puncaknya di musim kemarau. Dengan suhu rata-rata harian yang berkisar antara 28 hingga 32 derajat Celsius, Semarang menjelma jadi tempat sauna alami, terutama saat musim panas memuncak. 

Dilansir Kompas.com pada bulan September 2023, Semarang mencatat rekor suhu tertinggi sepanjang sejarahnya, mencapai angka 38 derajat Celsius. Angka ini sungguh menggetarkan, menjadikan Semarang sebagai kota terpanas di seluruh Indonesia. Bayangkan saja, hanya berjarak 2 derajat lagi, warga bisa saja mengalami demam secara massal. Bagi warga Semarang, jangan tanya akan terpanggang dengan kematangan yang seperti apa.

Akan tetapi panasnya Semarang cuma “pemanasan” untuk tantangan sebenarnya: pintu kereta api di Kampoeng Semarang. Terletak di persimpangan Jalan Kaligawe, pintu ini bukan sembarang pintu. Palang pintu kereta ini bahkan sanggup membuat panasnya Semarang jadi nggak ada apa-apanya.

Jalur ramai

Pintu kereta Kampoeng Semarang menjadi gerbang utama bagi kereta yang keluar dari Semarang ke arah timur dan selatan, yakni Surabaya dan Surakarta. Sebagai titik temu penting, pintu kereta ini menjadi area yang sangat ramai, terutama di jam-jam sibuk. 

Mobil, sepeda motor, bahkan pejalan kaki, semuanya harus menunggu dengan sabar hingga kereta selesai lewat dan palang pintu kereta terbuka kembali. Dan tentu saja momen ini seringnya terjadi saat matahari tengah berada di puncaknya. Bayangkan panasnya Semarang ditambah durasi waktu menunggu kereta lewat yang tak sebentar. Sungguh menguji kesabaran.

Baca halaman selanjutnya: Simpang Lima mini yang terhalang rel kereta…

Ada “Simpang Lima” mini yang terhalang oleh rel kereta

Pintu kereta Kampoeng Semarang ini bertepatan dengan lima persimpangan yang rumit. Simpang lima yang ini bukan seperti Simpang Lima biasa di mana kita hanya perlu memilih arah mana yang ingin kita tuju. Di sini kita harus melawan arus lalu lintas yang berputar-putar, terutama saat hendak menyeberang. 

Melintasi palang pintu ini rasanya seperti bermain catur di atas papan. Tak jarang, beberapa kendaraan kebingungan dan akhirnya memutuskan untuk berhenti di tengah jalan menambah keruwetan yang sudah ada. Dan tentu saja semuanya itu terjadi di bawah terik matahari yang membara. Rasa frustrasi pengendara yang melintasi palang pintu kereta Kampoeng Semarang tentu tak tertahankan.

Pak ogah yang beraksi di pintu kereta Kampoeng Semarang

Seolah belum cukup dengan keruwetan akibat kereta dan kompleksitas simpang lima mini, muncullah pak ogah di palang pintu kereta Kampoeng Semarang yang “menghibur” dengan aksi-aksi khasnya. Bagi mereka, setiap kemacetan adalah peluang untuk mendapatkan rezeki.

Pak ogah di palang pintu kereta Kampoeng Semarang beraksi dengan lincah di tengah jalanan yang pada kendaraan dengan peluit di mulut dan bendera di tangan. Dan ketika ada sedikit celah dekat pintu kereta, mereka adalah yang pertama mengetahuinya dan mengarahkan kendaraan lewat. Tentu saja ini semakin memperparah kemacetan yang ada.

Dengan segala permasalahan di palang pintu kereta Kampoeng Semarang membuat Kota Lumpia seolah sedang menguji para warganya. Bukan cuma menguji warga dengan panasnya suhu udara di Semarang, tapi juga menguji kesabaran dan emosi warga. Maka jangan heran kalau melintasi pintu kereta satu ini jauh lebih menjengkelkan ketimbang terpapar panasnya Semarang. Sudah cuacanya panas, kondisi jalannya macet, ruwet, harus menunggu kereta selesai lewat dulu pula, gimana nggak menjengkelkan?

Penulis: Erkam Pramana
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Jalan Kaligawe Semarang, Pusatnya Jalanan Rusak dan Banjir yang Bikin Rakyat Sengsara.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version