Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus

Pak, Kita Mau Aksi Bukan Mau Perang Sama Polisi

Tazkia Royyan Hikmatiar oleh Tazkia Royyan Hikmatiar
25 September 2019
A A
aksi

aksi

Share on FacebookShare on Twitter

Sayang seribu sayang, selalu saja yang jadi sorotan penting dari sebuah aksi demonstrasi adalah kericuhannya. Berjuta sayang berikutnya adalah ricuh tersebut justru antara penuntut (massa aksi) dan pengaman aksi (polisi). Di mana letaknya yang dituntut massa aksi di sini? Konyol sekali, logika seperti ini saja terbalik-balik, sehingga kericuhan ini tak berarti apa-apa selain sengsara bagi kedua belah pihak yang sebenarnya justru satu tujuan.

Polisi mengamankan aksi demi kedamaian negeri, pun massa aksi berdemonstrasi adalah untuk menyuarakan keadilan dan menggugat kesengsaraan. Sekali lagi, kita satu tujuan.

Masalahnya adalah, di manakah justru posisi penyebab masalah dalam hal ini rezim dan DPR RI? Mereka aman duduk santai di gedung yang dibangun oleh sebagiannya uang massa aksi, uang aparat polisi juga. Namun begitu, lihatlah, bagaimana gedung itu seolah miliknya sendiri, tak boleh ada rakyat biasa yang memasuki dan duduk di kursi nyamannya.

Atau tak sudi mukanya bertemu dengan rakyat yang memilihnya, padahal sebelum terpilih, mereka berlomba menunjukkan muka yang sudah dirawat sebaik mungkin supaya terlihat tampan. Namun, setelahnya mereka enggan menginjakkan kakinya di atas aspal yang sama dengan rakyat yang memilihnya, tak mau naik mobil bak yang sama dengan rakyat yang memilihnya.

Oh iya, soalnya sudah biasa naik mobil yang bagus nan mahal, sih. Apa-apaan harus naik di atas mobil bak yang mesti berdesak-desakan pula. Iyuh banget kan ya buat DPR?

Seharusnya, dalam hal ini polisi dan massa aksi justru mesti bekerja sama untuk menggugat para wakil rakyat yang tidak sama sekali mewakili itu. Bahkan kasarnya, seharusnya polisi turut ikut jadi massa aksi!

Aduh, Pak Polisi, aksi ini bukan atas sekadar intuisi untuk bergerak, tetapi aksi ini ada atas dasar pengkajian permasalahan negeri. Makanya coba sekali-kali ikutan diskusi mahasiswa atas permasalahan negeri. Negeri ini sedang tak beres!

Pak Polisi, sebenarnya siapa yang sedang Anda lindungi? Tugas utama polisi itu seharusnya melindungi rakyat, bukan melindungi wakil rakyat, apalagi wakil rakyat yang bejat!

Baca Juga:

Ujian SIM Perlu Direvisi, Harusnya Lebih Fokus pada Etika dan Pengambilan Keputusan di Jalan

Pertigaan Lampu Merah Kletek Sidoarjo, Pertigaan Angker bagi Pengendara yang Tak Taat Peraturan Lalu Lintas

Jika benar polisi menjaga keutuhan negeri, Anda semua seharusnya berada di barisan yang sama dengan kami. Menggugat keras pada regulasi yang mengebiri keadilan, pada regulasi yang menyebabkan semua kerusuhan ini! Lantas, mengapa Anda justru menyakiti rakyat yang perlu Anda lindungi dan kawal untuk bisa menyampaikan aspirasi?

Jangan tanyakan pada kami yang aksi apakah demi kedamaian negeri, karena jika dari awal niat kami untuk mempolitisasi negeri, kami sudah bawa peralatan baku hantam seperti halnya Bapak sekalian. Kami akan luncurkan rudal ke gedung yang dibangun dengan uang kami sendiri dengan senang hati, kami akan bombardir seluruh tameng yang menghalangi  Bapak sekalian.

Tetapi, nyatanya tidak begitu, bukan? Kami datang dengan simpati pada negeri, tak ada yang membawa pistol seperti yang selalu ada di pinggang-pinggang Bapak. Kami hanya membawa derita rakyat, dan ingin menyampaikannya pada rezim yang telinganya yang tak lagi sempurna.

Jika sedari awal kami ingin ricuh, sudah jauh hari kami berlatih bela diri. Sehingga saat berhadapan dengan Bapak sekalian, kami bisa melawan menumbangkan. Tetapi sekali lagi, nyatanya tidak begitu! Saat kami dipukuli Bapak sekalian, yang bisa kami lakukan hanya berteriak parau, “kita sama sedang membela negeri!”, meski hasrat memukul Anda sekalian sudah tak tertahankan, dan darah yang mengucur dari badan kami, hanya seolah menjadi tanda bahwa masih ada bagian awak lain yang mesti dihancurkan.

Jangan tanyakan juga apakah kami aksi adalah untuk uang, tentu saja bukan! Bahkan saat memutuskan aksi, dihambur-hamburkan lah itu uang buat makan sebulan. Tentu kami berbeda dengan Anda sekalian yang dapat komisi dari mengawal aksi, iya kan, kan?

Duh, duh, duh … Pak Polisi, kita masih satu tujuan, bukan? Untuk mendamaikan negeri?

Untuk diketahui, Pak Polisi, jangan berharap ada kedamaian jika masih banyak penindasan yang berbentuk perundang-undangan. Kami beraksi adalah untuk mempermudah kerja perdamaian Anda sekalian.

Atau memang kalian merasa bisa mengurus semuanya sendiri? Mendamaikan negeri dengan cara Anda sendiri? Dengan otot? Dengan pentungan hitam itu?
Aduh, jangan serakah kebaikan gitu, dong, Pak. Kita juga mau jadi agen yang melindungi demokrasi di negeri ini, tetapi kami juga punya cara sendiri, bisakah menghargai? (*)

BACA JUGA Ketika Mantan Aktivis Mencibir Gerakan Mahasiswa atau tulisan Tazkia Royyan Hikmatiar lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 25 Februari 2022 oleh

Tags: aksidemonstrasiperangpolisi
Tazkia Royyan Hikmatiar

Tazkia Royyan Hikmatiar

Lahir sebagai anak kelima dari enam bersaudara, alhamdulilah lahirnya di bidan bukan sama orang pintar daerah Bandung. Setelah tahu bahwa kata ternyata bisa membuat dia bahagia, akhirnya saya memutuskan untuk mendalami sastra di salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Sempat mengikuti banyak komunitas kepenulisan, namun sekarang lebih fokus bekerja untuk keabadian di Pers Mahasiswa Poros UAD. Saya bisa dihubungi lewat WA di 088216427712

ArtikelTerkait

hormat tiga jari demonstrasi anak sekolah mojok

Arti Hormat Tiga Jari oleh Demonstran di Thailand ala ‘The Hunger Games: Mockingjay Part I’

23 Oktober 2020
ha milik tanah klitih tingkat kemiskinan jogja klitih warga jogja lagu tentang jogja sesuatu di jogja yogyakarta kla project nostalgia perusak jogja terminal mojok

Mengungkap Perusak Jogja yang Sebenarnya

11 Oktober 2020
kakak

Mahasiswa dan Polisi: Renggangnya Hubungan Baik Saya dengan Kakak Akibat RUU Ngawur dan Elite Politik

30 September 2019
ikut demo

Kamu Ikut Demo Karena Kritis atau Latah?

25 September 2019
Hal-hal yang Media Barat Tak Katakan tentang Perang di Ukraina

Hal-hal yang Media Barat Tak Katakan tentang Perang di Ukraina

4 Maret 2022
taktik demonstran di hongkong

Panduan Taktik Para Demonstran di Hongkong yang Akan Berguna Saat Aksi

24 September 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

27 Desember 2025
6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru Mojok.co

6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru

27 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.