Pak Dosen, Ngapunten, Kalau Ngasih Nilai Mbok Jangan Kebangetan

dosen ngasih nilai

dosen ngasih nilai

Perihal nilai adalah urusan masing-masing murid atau mahasiswa yang bersangkutan dengan guru atau dosen. Kalau pas waktu kita masih duduk di bangku Sekolah Dasar dulu kita sering banget membanding-bandingin nilai kita sendiri sama temen sebangku sebelah atau akan ada perkumpulan emak-emak yang saling beradu mengadu nilai anak-anak masing tanya ranking.

Di kancah mahasiswa alias perkuliahan kayanya hal seperti nanyain masalah nilai kamu A,B,C atau D atau ngulang adalah menurut saya termasuk kategori pertanyaan sensitif yang ditanyakan setelah pertanyaan berapa gajimu atau berapa umurmu. Apalagi menyangkut IPK.

Hampir 90% manusia bernama mahasiswa di kelas saya alias teman-teman kelas tercinta nggak bakalan tanya masalah “Berapa IPK mu?” kalaupun ada yang tau paling juga nggak sengaja lihat kartu hasil studinya atau hanya dijawab dengan jawaban “AMAN” aman lurr..

Baru-baru ini kelas saya khususnya salah satu mata kuliah sedikit agak tercengang dan heboh dengan pemberian nilai oleh pak dosen saya. Di mana semua kompakan dapat nilai C dan D sebetulnya tak hanya kelas saya saja tetapi kelas lain dengan dosen sama semua diberikan nilai tersebut. Tentu hal yang tak biasa bagi kami karena kudu jamaah dapat nilai C dan D.

Setelah kami pikir, koreksi bersama, intropeksi diri, berbondong-bondong Whatsapp si pak dosen tapi Cuma diread dan semedi bersama kami pun berdiskusi bersama perihal nilai C dan D yang jamaah kita dapat. Kami pun berpikir agak keras gimana cara bisa rubahin nilai tersebut yang sedikit agak ganggu transkrip nilai kita. Yah gini-gini kadang mikirin IPK juga walaupun luarnya bilang yang penting ga ngulang mah udah syukur haha.

Perlu diketahui yang bikin heran cemas dan penasaran kenapa kompakan dikasih C dan D padahal tiap Rabu alias jadwal mata kuliah tersebut, kelas selalu penuh bahkan tanggal kejepit pun kami tetap masuk wahai pak dosen, kami pun juga selalu mengumpulkan tugas sesuai deadline dan tentunya sesuai ketentuan beliau, yang makin heran nih bahkan saat UAS kami pun open book. Yah jelas dong apa yang kurang bener disini?

Nah setelah respon chat Whatshapp hanya centang biru dua, kami berinisiatif menghubungi kepala program studi alias kaprodi kia yah barangkali ada pencerahan gitu. Hasilnya pun memutuskan untuk segera menemui beliau pak dosen untuk menyampaikan keluh kami seraya memohon kompensasi agar nilai dapat dirubah dengan memberikan syarat penugasan kembali dan sebagainya.

Nah setelah bertemu beliau yang paling menguji kesabaran kami semua ialah sang beliau pun memang dengan sangat jelas dan sadar sengaja memberikan nilai tersebut dan mengatakan “Saya ini memang pelit nilai” kami mau tidak mau dengan sangat legowo menerima nilai tersebut dan penugasan kembali oleh beliau jika ingin perubahan pada nilai masing-masing.

Teruntuk pak dosen yang saya hormati, ngapunten pak kalau ngasih nilai mbok ya jangan kebangetan semua penugasan dan absensi pun jarang sekali absen di mata kuliah. Bagaimanapun hasil biasanya selalu tergantung usaha yan telah dibuat. Kami sekelas juga tidak asal mengadu dan protes perihal nilai tersebut karena kenyataannya kami melakukan sesuai ketentuan penugasan.

Teringat kata-kata dari bapak Ridwan Kamil yang sering sekali dijadikan posting para mahasiswa haha. “ Saya itu kuliah di ITB hanya mendapatkan IPK 2.7 sedangkan di Amerika relatif lebih mudah karena saya mendapatkan IPK 3.9. Mohon pak dosen Indonesia, kalau ngasih nilai punten jangan terlalu susah”

Masalah nilai memang bisa jadi bukan menjadi tolak ukur kepintaran seseorang.Kami memang tak pernah lepas dari kesalahan atau kekekurangan yang dipunya. Walaupun salah satu teman saya mengatakan “Mungkin bapaknya punya dendam sama kita kalau kita di kelas” saat beberapa flashback kami juga menyadari mungkin ada beberapa menurut beliau sebuah kesalahan yang tentunya mempengaruhi pemberian nilai pada kami.

Bagi saya, pemberian suatu hasil atau nilai tidak dapat diukur melalui kadar kepelitan atau relativisme seseorang. Jadi, tidak ada salahnya masing-masing individu baik mahasiswa dan pengajar tetap intropeksi dan memperbaiki diri.

Exit mobile version