Memasuki dunia perkuliahan, mahasiswa pasti tidak asing dengan organisasi mahasiswa eksternal kampus atau biasa disingkat Ormek. Organisasi-organisasi ini tidak berada di bawah naungan kampus, tapi keberadaannya begitu memengaruhi kehidupan warga kampus. Bagaimana tidak, organisasi-organisasi ini kerap rebut-rebutan posisi organisasi internal di kampus.
Bagi yang belum terbayang seberapa signifikan kehadiran ormek bagi dinamika kampus, mungkin kalian bisa membayangkan ormek seperti partai politik di Idnonesia. Tiap ormek punya nilai dan tujuan yang diperjuangkan, dan mereka berlomba-lomba untuk “mempromosikan” itu dengan berbagai cara. Sayangnya, nilai dan tujuan ormek kadang omon-omon saja, tidak benar-benar untuk kebaikan bersama. Sementara cara-cara mereka menggaet lebih banyak anggota kadang dibumbui kecurangan. Mirip-mirp partai politik di Indoensia pokoknya. Itu mengapa, kalau kalian muak dengan praktik-praktik parpol di Indonesia, saya berani jamin, kalian pasti juga muak dengan kelakuan ormek.
Ormek tempat mahasiswa haus sanjungan
Sebagai sebuah organisasi, ormek pasti punya nilai-nilai dan tujuan yang baik, tapi itu secara tertulis saja. Sebab, praktiknya, mahasiswa yang tergabung dalam ormek banyak yang tidak menghidupi nilai-nilai dan tujuan itu. Kenyatannya, tidak sedikit mahasiswa yang gila hormat dan haus sanjungan menjadikan ormek sebagai sarana memuaskan ego semata. Saya tidak mengatakan semua anggota organisasi mahasiswa ekstra kampus itu gila hormat ya. Namun, sejauh pengamatan saya, mahasiswa yang gila hormat tidak akan absen untuk bergabung ke organisasi ini. Di ormek inilah rasa haus ingin dihormati bisa dengan mudah diperoleh. Itu memungkinkan sebab budaya seniortias di ormek masih sangat kental.
Asal tahu saja, di ormek tak sulit menemukan senior yang lulusnya molor, ilmunya nggak ada yang kecantol, kalau beropini asal ngomong, pokoknya kosong deh. Tapi, jangan heran, orang-orabg seperti itu pengikutnya banyak, terutama para maba. Ya, termasuk saya dulu saat semester pertama, masih asal-asalan menghamba pada senior yang pandai berkata-kata.
Akan tetapi, kini setelah saya wisuda,sungguh sangat mudah mendeteksi mana senior ormek yang benar-benar berintelektual dan mana yang pura-pura. Hehehe. Jadi, kalian mahasiswa, khususnya maba, sebaiknya hati-hati ya!
Baca halaman selanjutnya: Seburuk-buruknya …
Seburuk-buruknya alumni, tetap banyak yang mengapresiasi
Selain senioritas yang masih kental, alasan lain organisasi mahasiswa ekstra kampus jadi sarangnya orang-orang gila hormat karena mereka menerapkan solidaritas yang kelewat solid, solidaritas yang keliru. Asal tahu saja, anggota ormek akan memaafkan dosa atau kesalahan apapun yang dilakukan anggota lainnya. Sekalipun kesalahan atau dosa itu merugikan bangsa dan negara.
Saya menyebut bangsa dan negara bukan melebih-lebihkan! Memang begitu adanya. Misalnya nih, alumni ormek yang berhasil mendapatkan jabatan, meski dengan jalan licik dan haram, akan tetap banyak kader ormek yang menyanjung mereka. Bahkan, semisal kinerja mereka tidak becus pun, masih banyak kader ormek yang kagum. Pokoknya anggota ormek itu selalu fokus sama jabatannya daripada kerjanya. Yang penting mah punya posisi dulu!
Contoh lain, reputasi senior ormek tetap dianggap baik-baik saja sekalipun sudah melakukan korupsi besar-besaran. Contoh ini nggak ngarang lho. Tahun lalu, koruptor yang kebetulan alumni ormek saya tetap disambut meriah saat keluar dari jeruji besi. Ketua organisasi mahasiswa ekstra kampus saya bahkan sampai rela berangkat ke Jakarta untuk menyambut mantan koruptor ini.
Hadeh, aneh memang kondisi ormek di kehidupan mahasiswa!
Meski tak punya kemampuan, semua bisa dapat jabatan
Sudah nonton percakapan Darmawan Sepriyossa dengan Okky Madasari di kanal youtube Forum Keadilan TV? Pada wawancara tersebut, Okky Madasari berpendapat bahwa tujuan Prabowo saat ini hanyalah sekedar ingin menjadi presiden. Tidak ada hasrat untuk memajukan Indonesia. Jika pendapat ini benar, ketahuilah bahwa fenomena ini juga umum terjadi di dunia organisasi mahasiswa ekstra kampus.
Mahasiswa yang berhasil punya jabatan di organisasi mahasiswa ekstra kampus, atau di organisasi internal kampus dengan bantuan ormek, mereka hanya digerakkan oleh keinginan untuk menjadi ketua. Tapi tidak punya hasrat akan dikemanakan organisasinya supaya bisa bermanfaat bagi semua.
Jadi, maklum saja kalau sering kali organisasi yang ketuanya berangkat dari ormek, prokernya ya gitu-gitu saja. Tidak ada yang menarik. Bahkan, kadang langsung tidak ada kabar setelah melaksanakan pelantikan wkwkwk. Hadeh, cape-cape rebutan jabatan sampe baku hantam, eh pas jadi malah bingung mau ngapain! Nggak jelas pokoknya.
Ya, itulah sisi gelap dunia organisasi mahasiswa eksternal kampus. Oiya, saya bukan melarang kalian bergabung ke organisasi mahasiswa ekstra kampus ya. Tapi, alangkah lebih baik dipertimbangkan dengan bijak. Jangan mudah percaya pula pada senior, sebab tak sedikit senior yang sebenarnya juga masih tolol.
Penulis: Abdur Rohman
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 4 Ciri Nyentrik Mahasiswa Jurusan Hukum yang Membuat Mereka Begitu Mudah Dikenali
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
