Tadi pagi, ketika baru saja pulang jogging, saya memaki-maki salah satu pengendara sepeda motor yang nekat melawan arus di Simpang Dago, Kota Bandung. Blio ini nggak mau ambil jalan memutar yang jauh, jadinya nekat melawan arus. Padahal kalau mengikuti aturan lalu lintas yang sudah ditata oleh Dinas Perhubungan Kota Bandung, bakalan sama-sama nyampe kok! Paling cuma selisih beberapa menit doang dengan memutar. Emang seburu-buru apa sih sampai harus naik sepeda motor melawan arus? Sudah gitu nggak pakai helm lagi. Hebat!
Menurut saya, selain sanksi pelanggaran lalu lintas yang tidak tegas dan masih tebang pilih, pelanggaran lalu lintas pun diwariskan oleh orang tua ke anak-anaknya secara langsung. Tidak percaya? Coba lihat, ada berapa banyak orang tua yang membonceng anaknya yang masih duduk di bangku SD dengan cara melawan arus, tidak menggunakan helm, nekat menerobos lampu merah? Banyak banget kan? Sudah gitu sambil merokok segala. Hebat!
Kalau dibandingkan dengan negara maju seperti Singapura atau Jepang, pasti saya akan dibilang nggak apple to apple karena mereka itu negara maju. Tapi begini, Singapura dan Jepang bisa jadi negara yang maju salah satunya karena warganya taat aturan. Mana berani warga negara Indonesia yang lagi di Singapura untuk sembarangan merokok meskipun tidak ada polisi yang lagi patroli? Mana berani warga negara Indonesia yang lagi di Jepang untuk melanggar aturan lalu lintas meski tidak ada polisi yang lagi patroli? CCTV di mana-mana! Nanti datang surat denda yang akan dikirim langsung ke rumah.
Teman saya yang sempat kerja di Jepang aja ditilang Kepolisian Jepang karena kedapatan naik sepeda boncengan. Apalagi yang pengendara kendaraan bermotor di Indonesia yang suka naik sepeda motor melawan arus, tidak memakai helm, dan sambil merokok? Habis sudah itu mah kalau di Singapura atau Jepang.
Anak muda yang sering kita lihat melanggar aturan lalu lintas itu bukan karena mereka tidak tahu aturan lalu lintas, tapi mereka melihat langsung orang tua mereka yang juga melanggar aturan lalu lintas saat memboncengi mereka dulu waktu kecil. Entah melawan arus, tidak pakai helm, menerobos lampu merah, sampai merokok sambil mengendarai kendaraan bermotor. Ingat, anak merupakan cerminan orang tua.
Hal tersebut berlangsung selama bertahun-tahun sejak mereka kecil sampai mereka diberikan kendaraan motor sendiri oleh orang tuanya, sehingga mereka menganggap, “Pelanggaran itu biasa di Indonesia mah.” Selain itu, banyak oknum polisi lalu lintas yang masih tebang pilih ketika menilang pengendara kendaraan bermotor yang melanggar aturan lalu lintas sehingga mereka tidak takut akan sanksi tilang di Indonesia.
Makanya saya setuju banget dengan inovasi dari Kepolisian Republik Indonesia yang akan memberlakukan tilang elektronik supaya lalu lintas jalanan Indonesia bisa tertib kayak Jepang atau Singapura gitu. Pelaksanaannya kayak gimana nanti, biarlah itu jadi urusan Kepolisian Republik Indonesia dan Kementerian Perhubungan.
Tapi ya, sambil nungguin pelaksanaan tilang elektronik yang masih dikembangkan oleh pihak terkait, mendingan kita sebagai pengendara sepeda motor mencontohkan tata cara berlalu lintas yang baik dan benar dulu deh pada generasi muda. Minimal, dengan memakai helm, mau dekat sekalipun! Minimal, dengan tidak nekat mengendarai sepeda motor dengan melawan arus dan menerobos lampu merah. Minimal, dengan tidak merokok sambil naik sepeda motor deh. Memang mau ke mana sih buru-buru segala dengan naik sepeda motor dengan melawan arus dan menerobos lampu merah? Mau jadi jagoan kayak Vin Diesel? Yang ada malah norak. Memang kenapa sih harus merokok sambil mengendarai sepeda motor? Kan lebih enak merokok sambil ngopi di tongkrongan daripada di jalan mah atuh? Bisa bikin pengendara motor di belakang kalian kena api rokok tahu nggak?
Kalau generasi penerus bangsa sering melihat tertibnya pengendara kendaraan bermotor dari kecil yang dicontohkan oleh kakak mereka atau orang tua mereka, mereka juga bakal menirunya kok. Nggak susah untuk bikin generasi penerus bangsa untuk tertib berlalu lintas. Nanti kalau generasi penerus bangsa sudah tertib berlalu lintas, baru kita bisa berharap mereka bisa meneruskan cita-cita kita untuk mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif. Nggak usah muluk-muluk ingin menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia deh kalau mereka aja nggak bisa diajak tertib berlalu lintas. Bebek di sawah aja tertib berlalu lintas, masa manusia yang katanya spesies paling intelek yang berada di puncak rantai makanan nggak bisa tertib?
BACA JUGA Menguak Penyebab Orang Melawan Arus Lalu Lintas dan tulisan Raden Muhammad Wisnu lainnya.