Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Orang Miskin yang Sebenar-benarnya Miskin Adalah Kaum Marjinal Tanpa KTP

Yazid Fahmi oleh Yazid Fahmi
9 Mei 2020
A A
Katanya Mau Mengentaskan Kemiskinan, Kok Malah Ngurusin Soal Nikah, orang miskin
Share on FacebookShare on Twitter

Menjadi miskin bukanlah sesuatu yang diimpikan oleh banyak orang. Tidak ada yang bisa dibanggakan dari hidup miskin. Kalau miskin bisa dianggakan, mungkin negara kita tidak akan berusaha menjadi negara maju.

Hampir tidak pernah ada kasus yang memperlihatkan bagaimana kemiskinan diagung-agungkan dalam kisah kehidupan abad 21. Selama ini kemiskinan hanya dijadikan reality show untuk dipertontonkan bagaimana sedihnya menjadi miskin. Kalau pun ada cerita-cerita yang menggambarkan miskin dengan kebahagiaan, biasanya selalu dipadukan dengan penerimaan agama. Sungguh apa yang dibilang Marx bahwa “agama adalah candu” sesuatu yang masih relevan.

Ironisnya kemiskinan malah jadi musuh negara. Buktinya, pemerintah lebih suka menggusur pemukiman kumuh yang merupakan rumah orang-orang miskin dibanding dengan melakukan pemeliharaan atau revitalisasi pemukiman kumuh. Dan sampai sekarang bisa kita lihat kalau tidak ada langkah jelas untuk membenahi kemiskinan selain melakukan peminggiran.

Yang lebih parah, untuk menjadi miskin saja, di negara ini perlu memiliki legalitas berupa Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM). Tanpa SKTM, orang tidak bisa mengakses bantuan dari negara yang sebenarnya hak mereka. Padahal, tidak semua orang bisa mengakses SKTM. Banyak orang yang benar-benar miskin tidak punya kartu identitas dan KK. Tidak adanya kartu identitas sama artinya kehilangan haknya sebagai warga negara. Maka kaum miskin ini sebenarnya sudah dimiskinkan kembali secara sistematis oleh negara. Sudahlah tidak diakui negara, tidak dapat mengakses jaminan sosial negara, jaminan kesehatan negara, masih juga dipinggirkan. Akhirnya, SKTM pun lebih banyak diakses oleh kelas menengah yang sebenarnya tidak layak mendapatkan bantuan.

Negara memang gagal mendefinisikan arti miskin. Sehingga persoalan miskin ini dianggap hanya berasal dari satu sumber saja yaitu ekonomi. Padahal miskin dapat disebabkan banyak penyebab, mulai dari masalah ekonomi, sosial, politik hingga hukum dan sebenarnya itu ada dalam Undang-undang tentang penanganan fakir miskin.

Saya mengerti, mengapa negara meminta bukti seperti KTP dan SKTM dalam pemberian hak-hak warga miskin. Hal ini untuk meminimalisir terjadinya penipuan atau takut ada warga miskin negara lain yang menyusup masuk dan menjadi warga negara Indonesia. Maklum saja Untuk menjadi warga negara, seseorang tidak hanya memperlihatkan kulit sawo matang dan berbahasa daerah khas yang terdaftar di Indonesia.

Sebagai orang yang aktif di organisasi masyarakat sipil dalam pendampingan hukum perempuan dan anak. Saya dan teman-teman selalu mengatakan, perempuan yang memiliki profesi pekerja seks selalu menjadi penggambaran miskin yang sempurna. Sudahlah mendapatkan stigma, stereotype, tidak jarang kekerasan seksual, hidup tidak layak juga tidak memiliki KTP.

Pernah seorang pekerja seks datang ke kantor kami, mengadu karena mengalami kekerasan. Laporannya Ditolak di kepolisian karena tidak memiliki KTP. Banyaknya kasus pekerja seks, kawan-kawan transgender dan kaum marjinal yang tidak dilayani laporan hukumnya hanya karena tidak memiliki KTP. Kami pun mengalami kebingungan, karena untuk mengakses bantuan hukum seseorang membutuhkan SKTM, yang artinya dibutuhkan juga KTP untuk mendapatkannya.

Baca Juga:

Indomie Bukan Makanan Legendaris, Ia Cuma Simbol Krisis dan Kemiskinan Kolektif

Dagang Es Teh Jelas Lebih Terhormat ketimbang Dagang Agama

Secara tidak langsung, pemerintah sebenarnya telah alpha dan dengan sengaja menghilangkan hak dasar warga negara seseorang karena ketiadaan KTP. Belum lagi susahnya untuk membuat kembali kartu identitas itu saat ini.

Penyebab seseorang tidak memiliki KTP beragam. Beberapa kali pendampingan kami selalu disuguhkan dengan banyaknya perempuan desa korban human trafficking yang kabur dari penyalurnya. Sedangkan semua identitasnya dipegang oleh sang penyalur. Pada teman-teman transgender, Ketiadaan KTP terjadi ketika mereka memilih kabur dari rumah karena keluarga tidak bisa menerima pilihan mereka tentang gender. Dan masih banyak kasus lainnya.

Tidak sulit sebenarnya membuat kartu identitas, tetapi selalu ada alasan yang tepat menggambarkan negara harus hadir dengan atau tanpa melihat KTP. Padahal miskin bukan hanya soal isi perut, pakaian dan pemukiman. Tapi lebih dari itu miskin juga bagian terdiri sosial, politik dan hukum. Dan sampai saat ini belum ada mekanisme yang dapat membantu kaum marjinal tanpa KTP untuk mengakses SKTM, sehingga dapat dipenuhi hak-hak dasarnya sebagi warga negara.

Sementara itu baik pemerintahan dan gerakan rakyat, masih bergerak atas isu-isu populis nan elitis. Sedikit orang yang menyadari bahwa isu seorang pekerja seks, transgender ataupun kaum marjinal lainnya yang tidak memiliki KTP, sulit untuk mengakses legalitas formil negara itu. Selama kita masih fokus pada hal-hal populis, selalu ada orang yang lapar sambil berteriak dan menangis.

BACA JUGA Katanya Mau Mengentaskan Kemiskinan, kok Malah Ngurusin Soal Nikah? atau tulisan Yazid Fahmi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pengin gabung grup WhatsApp Terminal Mojok? Kamu bisa klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 9 Mei 2020 oleh

Tags: kelompok marginalKemiskinanOrang Miskin
Yazid Fahmi

Yazid Fahmi

Pernah aktif dalam gerakan buruh, berkegiatan di organisasi pendampingan hukum, pers mahasiswa, dan masih belum lulus kuliah.

ArtikelTerkait

Di Desa Saya, Orang yang Beli Beras Bakal Dianggap Miskin

Di Desa Saya, Orang yang Beli Beras Bakal Dianggap Miskin

6 Mei 2022
Program Wisata Unggulan: Investor Makin Kaya, Warga Lokal (Dibikin) Makin Miskin

Program Wisata Unggulan: Investor Makin Kaya, Warga Lokal (Dibikin) Makin Miskin

12 November 2022
Fakir Miskin dan Anak Terlantar Dipelihara oleh Baim Wong

Fakir Miskin dan Anak Terlantar Dipelihara oleh Baim Wong

13 September 2022
Gambar Menyeramkan pada Bungkus Rokok Adalah Kesia-siaan yang Merusak Karya Seni terminal mojok.co

Rokok Bikin Rakyat Miskin Makin Miskin Itu Omong Kosong

16 September 2020
Indomie Bukan Makanan Legendaris, Ia Cuma Simbol Krisis dan Kemiskinan Kolektif

Indomie Bukan Makanan Legendaris, Ia Cuma Simbol Krisis dan Kemiskinan Kolektif

21 September 2025
5 Kuliner Khas Banyumas yang Wajib Dicoba Terminal Mojok

Selamat Hari Jadi Kabupaten Banyumas: Jalan Rusak, Macet, dan Kemiskinan Masih Menghiasi Kota Satria

21 Februari 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

29 November 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.