Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Orang Makassar Memperlakukan Tamu: Karena Daeng dan Pace itu Bersaudara

Andi Ilham Badawi oleh Andi Ilham Badawi
2 September 2019
A A
orang makassar

orang makassar

Share on FacebookShare on Twitter

“Om, jangan ki lewat Jalan Lanto Dg pasewang depan RS Dadi Makassar sekarang, karena orang Papua lagi mengamuk depan asramanya”, bunyi pesan siaran yang beredar di grup-grup WhatsApp, senin malam dua pekan yang lalu. Sontak saya kaget dan lantas berinisiatif mengecek kesimpangsiuran kabar tersebut.

Berselang kemudian, kabar demi kabar berdatangan. Kawan-kawan Papua bukannya sedang mengamuk. Malahan, mereka sedang ditimpuki batu oleh sejumlah orang tidak dikenal. Memang ada balasan lemparan dari dalam asrama, tetapi sekadar untuk melindungi diri. Dalam keadaan terdesak, tindakan itu tentu saja terpaksa dilakukan.

Senin malam yang mencekam itu, merupakan rentetan aksi intimidasi dan rasialisme terhadap orang-orang Papua di beberapa wilayah di Indonesia. Bermula dari Surabaya, dan akhirnya sampai pula di Makassar. Ini bukan kali pertama asrama Mahasiswa Papua di Makassar diseruduk massa. Desember 2018 yang lalu, gabungan beberapa Ormas mendatangi asrama Papua. Mereka mengancam dan mendesak agar peringatan 57 Tahun Deklarasi Kemerdekaan Papua Barat tidak usah digelar.

Rentetan perlakuan rasial dan intimidasi terhadap kawan-kawan Papua, tidak mewakili sikap sebagian besar warga Makassar dan secara umum Sulawesi Selatan. Pasca penyerangan tersebut mengemuka di pemberitaan, warganet Makassar mengunggah beragam konten di media sosial yang menandai hubungan baik mereka dengan orang Papua. Meme bernada solidaritas bertebaran. Unggahan foto kebersamaan antara Makassar dan Papua, hadir satu per satu di linimasa demi mendinginkan suasana.

Makassar selalu dan seharusnya jadi tempat yang ramah, serta nyaman bagi para pendatang. Massa yang menimpuki batu asrama Papua, selayaknya “ditimpuki” balik dengan fakta-fakta sejarah tentang bagaimana adab orang Makassar memperlakukan tamu. Saya kutipkan saja secuil fakta itu yhaaa~

“Politik pintu terbuka yang dijalankan oleh Kerajaan Makassar bukan hanya diarahkan untuk memikat pedagang dan pelaut di daerah sekitar (Bugis, Makassar, Mandar, Selayar dan Bajo) atau Portugis di Malaka dan Melayu, tetapi juga mereka yang bergiat di Asia Timur dan Asia Tenggara (pedagang Eropa, Asia Timur dan Asia Tenggara),” tulis Edward L Poelinggomang (2002).

Mari menggarisbawahi istilah “politik pintu terbuka”. Pada abad ke-16, term ini dipakai Kerajaan Makassar untuk menjaga hubungan perdagangan lintas wilayah. Apabila ingin bebas berdagang di negeri orang, maka di tempat sendiri selayaknya memperlakukan pegadang dari negeri lain dengan baik. Simbiosis mutualisme-lah singkatnya. Sama seperti sekarang, di Papua sana hampir ribuan orang Bugis-Makassar yang mengadu nasib. Paling banyak sebagai pedagang, selebihnya di sektor pendidikan dan macam-macam lainnya.

Pun, sebagai masyarakat dengan jiwa pasompe’ (perantau) dan hidup dari perniagaan, orang-orang Makassar sejak lama memahami bahwa urusan perdagangan tidak boleh memandang lewat kacamata kuda. Berdagang mesti dilatari prinsip bebas, tanpa membedakan identitas apapun. Masak iya berdagang harus milih-milih tempat beli barang atau menjual hanya kepada orang-orang tertentu? Dalam berdagang ya kita setara. Paling pertimbangannya cuma untung rugi.

Baca Juga:

Ciri Khas dalam Percakapan Orang Makassar

Bolehkah Daeng Bermimpi Menjadi Presiden?

Ada satu istilah lagi yang menggambarkan bagaimana masyarakat Makassar jadi kota pelabuhan paling plural di abad itu. “Prinsip Laut Bebas”, di mana perairan di yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Makassar bebas dilewati oleh kapal berbendera apapun. Berkat prinsip ini, pelabuhan Makassar terkenalnya sampai ke Eropa sana. Nah, di situasi zaman sekarang, dengan jargon khas Makassar Kota Dunia, apa salahnya kalau jalan-jalan di kota ini bebas dilewati dan menjadi pusat aktivitas berbagai macam orang berlatar belakang berbeda? Ndak ji toh?

Arkian, kedua istilah tersebut bisa diperluas lagi maknanya dalam konteks sekarang—bukan saja dalam hubungan perdagangan. Apalagi bertepatan dengan rentetan kasus rasialisme struktural yang menimpa kawan-kawan Papua. Makassar adalah tempat segala identitas dapat berbaur dan hidup bersama dengan damai. Terlebih, bagi mereka yang masih satu nusa dan satu bangsa.

Menerima segala bentuk identitas adalah prinsip hidup masyarakat Makassar sejak lama. Nilai sipakatau (memanusiakan manusia) terpatri sejak lama dan penting untuk ditegakkan hingga kini. Mau Papua, Jawa, Melayu, Islam, Konghucu, Kristen, apapun latar belakang identitasnya, saling memperlakukan sebagai sesama manusia.

Jadi tahu kan, sebagai orang Makassar kita harus memperlakukan orang Papua seperti apa? Sebab Daeng dan Pace itu bersaudara. (*)

BACA JUGA Tentang “Maaf Sekadar Mengingatkan” yang Lagi Tren di Makassar atau tulisan Andi Ilham Badawi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 2 September 2019 oleh

Tags: asrama mahasiswa papuabersaudaradaengkasus rasismeorang makassarpace
Andi Ilham Badawi

Andi Ilham Badawi

ArtikelTerkait

daeng

Bolehkah Daeng Bermimpi Menjadi Presiden?

26 Agustus 2019
Ciri Khas dalam Percakapan Orang Makassar terminal mojok

Ciri Khas dalam Percakapan Orang Makassar

9 Oktober 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025
Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

Bukan Hanya Perpustakaan Daerah, Semua Pelayanan Publik Itu Jam Operasionalnya Kacau Semua!

1 Desember 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.