3 Hal yang Perlu Dipahami Orang Bojonegoro yang Hendak Merantau ke Kediri agar Mudah Beradaptasi

3 Hal yang Perlu Dipahami Orang Bojonegoro yang Hendak Merantau ke Kediri agar Mudah Beradaptasi

3 Hal yang Perlu Dipahami Orang Bojonegoro yang Hendak Merantau ke Kediri agar Mudah Beradaptasi (Unsplash.com)

Teruntuk orang Bojonegoro yang ingin merantau ke Kediri, tolong catat ini baik-baik.

Menjadi mahasiswa perantauan adalah sebuah pilihan yang memaksa saya untuk cepat beradaptasi, baik soal budaya maupun hal lainnya. Sudah tiga tahun saya memutuskan untuk merantau ke Kediri yang terkenal dengan Simpang Lima Gumul dan Kampung Inggrisnya ini.

Akan tetapi di balik terkenalnya Kediri, ada beberapa hal yang membuat saya terheran-heran saat menginjakkan kaki di sini hingga sekarang. Teruntuk orang Bojonegoro yang hendak berkunjung atau merantau ke Kediri, ada beberapa hal yang mesti kalian pahami agar mudah beradaptasi dengan lingkungan di sini.

Bahasa orang Bojonegoro sulit dimengerti di Kediri

Meski secara geografis Bojonegoro dan Kediri berada dalam satu wilayah provinsi Jawa Timur, bahasa yang digunakan kedua daerah ini terbilang jauh berbeda. Yang paling menonjol adalah imbuhan -em dan -nem pada kata yang menunjukkan kepemilikan dan berakhiran huruf vokal. Misalnya bukumu menjadi bukunem, rumangsamu menjadi santinem, dll.

Tak jarang teman saya di Kediri terheran-heran dan mengira bahwa imbuhan -em dan -nem sebagai kependekan dari angka enem (enam). Hal ini terjadi saat saya hendak meminjam buku dari teman saya menggunakan bahasa imbuhan tersebut. Teman saya bertanya pada saya, “Buku opo wae? Buku sakmono akeh e gae opo?”

Selain imbuhan -em dan -nem, kata “ngamuk” juga ternyata memiliki perbedaan makna ketika diucapkan di Kediri. Di Bojonegoro, “ngamuk” berarti terserah, sementara di Kediri artinya marah. Kata ini sempat menimbulkan salah paham saat saya berkomunikasi dengan orang Kediri.

Jadi ceritanya waktu itu teman saya hendak memesankan minuman di warung kopi langganan kami. “Mau pesan apa?” tanyanya. “Ngamuk nggak popo,” jawab saya. Teman saya yang mendengar jawaban saya lalu terdiam dan berkata, “Sopo to Na seng ape ngamuk? Aku takon mau pesan apa, kok ngamuk piye to?” Wqwqwq.

Jadi saran saya, buat orang Bojonegoro yang hendak berkunjung atau merantau ke Kediri, pelajarilah bahasa di sini terlebih dulu. Karena bahasa yang digunakan di sini dan yang biasa digunakan di Bojonegoro bisa berbeda. Daripada nantinya terjadi salah paham yang dapat menimbulkan pertikaian, kan?

Baca halaman selanjutnya: Warung kopi terbuka untuk siapa saja…

Di Kediri, warung kopi terbuka untuk siapa saja

Di Bojonegoro, istilah warung kopi merujuk pada tempat di mana kaum lelaki menikmati secangkir kopi dan jaringan WiFi dengan teman sebayanya. Apalagi kalau kita pergi ke daerah pedesaan, akan terlihat aneh apabila ada seorang perempuan ikut nimbrung di warung kopi.

Sementara itu di Kediri, saya telah berulang kali pergi ke warung kopi kecil di pinggir jalan. Tak pernah ada tatapan yang menatap aneh pada saya meskipun saya seorang perempuan dan pulang malam sekalipun. Jadi, kalau kalian kebetulan perempuan Bojonegoro yang mau merantau ke Kediri, nggak usah kaget ya ketika melihat laki-laki dan perempuan bebas menempati warung kopi di mana pun dan kapan pun.

Hawa dingin dan suasana tenteram di malam hari

Soal hawa dingin, saya jadi teringat satu momen saat pertama kali menginjakkan kaki di Kediri. Saya yang tak pernah menggunakan selimut saat tidur kecuali sedang sakit, tiba-tiba terpaksa menggunakan selimut berlapis jaket tebal. Padahal daerah yang saya tinggali di Kediri termasuk dataran rendah, lho.

Hal serupa turut dirasakan beberapa teman saya yang juga orang Bojonegoro saat berkunjung ke Kediri. Mereka mengatakan bahwa di Kediri dingin. Saya bahkan sampai harus mencari pinjaman selimut untuk teman-teman saya ini. Maklum, di Bojonegoro hawanya cenderung panas. Bahkan di malam hari pun terasa sumuk.

Selain itu, soal suasana Kediri yang tenteram, ini sebenarnya sifatnya subjektif. Namun, rupanya pendapat serupa dilontarkan teman-teman saya yang berasal dari Bojonegoro. Bahkan dosen saya yang baru pindah ke Kediri mengatakan betah tinggal di kota ini. Warga Kediri yang terbuka dan beragam memberikan kehangatan tersendiri bagi kami para pendatang. Saya aja jadi kepingin tinggal lama di sini.

Begitulah sekiranya tiga hal yang perlu dipahami orang Bojonegoro yang hendak merantau ke Kediri. Yang terpenting pesan saya, jangan lupa usahakan untuk tetap pulang sesekali meski sudah telanjur nyaman, ya.

Penulis: Ainun Najihah
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Orang Malang dan Bojonegoro Salah Paham karena 4 Kata Lucu Ini.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version