Sebelum TV berisi penuh sampah seperti sekarang, One Stop Football sempat jadi permata yang menghiasi dunia TV
TV, barangkali, jadi barang yang bikin kita dilema. Kalau nggak punya, aneh. Kalau punya, pun jarang dipakai. Smartphone dan laptop sudah amat sangat cukup memberi kita hiburan. Sedangkan TV, lebih sering membuat kita misuh-misuh karena stasiun lokal masih mencekoki kita dengan sampah-sampah.
Tapi, beda dengan zaman dahulu. Meski memang tak ada banyak pilihan, tapi TV pernah jadi sumber kebahagiaan. Konten berkualitas masih dengan mudah kita temui. Salah satunya, One Stop Football. Acara tersebut adalah acara olahraga paling berkualitas, bahkan hingga kini, saya masih berani bilang kalau konten One Stop Football masih jadi salah satu yang terbaik.
Sebelum lanjut, sebaiknya kalian klik tautan Spotify berikut. Bicara One Stop Football, rasanya kurang jika tak mendengarkan alunan “Always With Me, Always With You”.
One Stop Football dahulu tayang pada pukul 12.30 WIB setiap Sabtu dan Minggu. Bagi saya, pemilihan jam tayang dari program tersebut sudah sangat tepat. Jam-jam anak baru pulang dari sekolah, pas dengan waktu istirahat orang kerja. Acara tersebut bisa jadi hiburan yang tepat untuk ditonton. Yah, kita tak butuh acara yang berat-berat pada jam-jam itu kan?
Selain itu, One Stop Football memiliki deretan host yang selalu mumpuni dalam membawakan acara dan hebatnya lagi, sangat mendalami peran.
Hah? Mendalami peran? Maksudnya gimana, sih? Bukannya tugas host cuma baca-bacain doang, ya?
Bagi kalian yang rutin (atau setidaknya, pernah) menyaksikan One Stop Football, maka kalian pasti tahu bahwa dalam program tersebut, sang pembawa acara terkadang dituntut untuk mengucapkan frasa-frasa atau kalimat tertentu menggunakan bahasa asing. Sebagai contoh, jika sedang membahas Serie A, sang host beberapa kali mengucapkan kalimat dengan menggunakan bahasa dari Negeri Pizza. Lalu, jika pembicaraan beralih ke La Liga, sang host kemudian berganti pula ke bahasa Negeri Matador.
Memang, perbincangan menggunakan bahasa-bahasa asing tersebut tidak berlangsung dalam waktu yang begitu lama, tetapi tetap saja, kita mesti mengapresiasi hal tersebut. Sebab, cara para host mengucapkan dialek atau aksen bahasa-bahasa tersebut sama sekali tidak buruk, loh. Bagus, bahkan!
Jadi, andai saja Mbak Terry Putri dan Mbak Deasy Noviyanti—pembawa acara One Stop Football—membaca artikel ini, saya hanya ingin menyampaikan kekaguman dan apresiasi saya yang setinggi-tingginya. Pokoknya, beda banget, lah, dengan host-host di mayoritas acara TV sekarang yang bisanya cuma ngerumpi sama ngegosip. Ups.
Hal lainnya yang sangat terkenang di benak saya apabila berbicara mengenai One Stop Football adalah segmen-segmennya. Trivia Football, Beauty of Serie A, Goalie of The Week, dan Midweek Drama UCL adalah beberapa segmen yang paling saya ingat karena membahas topik-topik tertentu secara mendalam dan tidak “sekali lewat”.
Jika harus memilih mana yang terbaik, saya akan mengatakan Beauty of Serie A sebagai si nomor wahid dari deretan segmen tersebut. Pasalnya, selain menampilkan keindahan skill sepak bola dari para pemain Inter Milan, Juventus, dan klub-klub Italia lainnya, segmen tersebut juga menampilkan banyak ucapan-ucapan dalam bahasa Italia yang dapat menjadi ilmu tersendiri. Masih berkaitan dengan poin sebelumnya, lah, ya.
Selain itu, jangan lupakan pula satu segmen yang biasa muncul di pengujung acara: Extra Joss, eh, Extra Time, maksudnya. Bagi kalian yang tidak tahu, Extra Time adalah segmen yang berisikan video-video lucu perihal kekonyolan yang terjadi di atas lapangan hijau maupun di luarnya, yang dilakukan oleh para pesepakbola ataupun orang-orang di sekitarnya, misalnya pelatih, jajaran staf, ataupun suporter. Penempatannya di akhir acara terasa sangat tepat karena mampu mencairkan suasana acara yang sejak awal penuh dengan kedramatisan dunia si kulit bundar.
Bagi saya, faktor mengenai pembagian segmen yang begitu beragam dapat menjadi salah satu alasan mengapa saya begitu menyukai One Stop Football dibandingkan program-program sejenis lainnya. Seingat saya, hanya OSF-lah yang memiliki pembagian-pembagian babak semacam ini. Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, hal itu membuat pembahasannya menjadi lebih detail.
Sementara pada acara-acara lain, pembagiannya seingat saya hanya didasarkan pada liga-liga tertentu saja—yang mana yang sedang dibahas. Mungkin, penyebabnya adalah karena pembahasan One Stop Football hanya berpusat pada liga-liga Eropa saja, sementara kebanyakan program lain berusaha untuk membahas lebih banyak kompetisi. Namun, alih-alih menjelaskan secara komprehensif, yang didapatkan oleh penonton pada akhirnya hanyalah secuil-secuil saja. Setidaknya, itu yang saya rasakan, loh, ya. Kalau ada yang punya opini berbeda, ya, silakan saja.
One Stop Football, saya pikir, punya andil yang besar dalam menumbuhkan gairah sepak bola di Indonesia. Jika ada yang bilang kalau acara tersebut adalah acara sepak bola terbaik, saya tak akan mendebatnya, sebab begitu adanya.
Penulis: Bintang Ramadhana Andyanto
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA VINDES Tepok Bulu, Standar Baru Event Olahraga di Indonesia