Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup

Oknum Lora di Pesantren Kerap Bikin Jengkel, Bertingkah Seenaknya Bawa-bawa Nama Besar Bapaknya

Thoha Abil Qasim oleh Thoha Abil Qasim
21 Agustus 2025
A A
Oknum Lora di Pesantren Kerap Bikin Jengkel, Bertingkah Seenaknya Bawa-bawa Nama Besar Bapaknya

Oknum Lora di Pesantren Kerap Bikin Jengkel, Bertingkah Seenaknya Bawa-bawa Nama Besar Bapaknya

Share on FacebookShare on Twitter

Saya di sini tidak akan menyebutkan Lora di pondok mana. Saya juga tidak akan menyebutkan nama siapa pun di sini. Dan saya akan menggunakan kata “oknum”. Meskipun itu kurang tepat, karena terlalu banyak Lora yang saya maksud di sini.

Tidak sedikit dari Lora yang saya temukan dan ketahui, tingkahnya seakan mau dikultuskan. Nama sang bapak yang ia pikul ke mana-mana, menjadi tameng dari sumpah serapah santri dan masyarakat. Mungkin sudah bisa diukur, bagaimana kelakuan seseorang yang minta untuk dihormati, bahkan dikultuskan oleh orang.

Secara adab, khususnya di kalangan santri atau sebagian masyarakat awam, menghormati kiai itu wajib. Bukan untuk disembah, tapi hanya penghargaan atau penghormatan. Kiai pesantren sudah layak dapat itu karena beliau telah mengayomi masyarakat dan santri dengan ilmunya. Makanya tidak heran penghargaan yang diberikan santri, juga kepada keluarga kiai. Katakanlah penghormatan itu, sebagai kata tanda terima kasih.

Lora dan “kegilaannya” yang dinormalisasi

Bagi yang tidak tahu apa itu Lora, ya saya jelaskan. Jadi Lora itu adalah sebuah panggilan kepada putra kiai. Kalau kalian, pernah dengar “gus”, nah itu sama lah kayak Lora. Jadi panggilan itu disematkan, hanya karena menghargai keilmuan yang dimiliki oleh bapaknya (kiai). Biasanya yang memanggil Lora atau gus itu, adalah santrinya.

Masalahnya, santri atau bahkan masyarakat, menghargai Lora ini sudah sampai mengkultuskan. Mereka sudah tidak lagi paham, cara dan berdasarkan apanya orang itu dihormati. Padahal, sebenarnya orang itu dihargai karena keilmuannya. Kalau bukan ilmunya, setidaknya karena akhlak dan etikanya lah.

Yang sangat disayangkan, ada Lora yang memanfaatkan kebodohan ini. Beliau, (sih beliau) sering sekali berbuat semaunya. Baik itu kepada santri, maupun di masyarakat. Yang gila, pernah ada Lora pergi ke kampung yang semua penduduknya kenal sama bapaknya (kiai). Lora itu mengawini banyak perempuan lalu kemudian ditinggal dengan seenaknya. Lebih gila lagi, masyarakat di sana itu hanya bilang “jerea lora, dhina helap jereya”, (itu Lora, biar dah, dia nyeleneh).

Di kalangan santri pun begitu. Pokoknya tingkah bodohnya oknum Lora ini, sering mendapat normalisasi oleh kalangan santri dan ustaz di pondok. Paling cuma bisa biang “beliau kan yang punya pondok”. Saya cukup heran dengan fenomena ini, kenapa orang-orang sangat menghormati orang yang hanya anak dari kiai itu. Dan dia terus menampakkan kebodohannya.

Alih-alih memiliki ilmu, sekolah saja nggak. Tiap harinya, hanya keliling-keliling nggak jelas lah berbuat seenaknya. Dan yang bikin mangkel lagi, Lora yang kelakuannya arogan itu, umurnya masih remaja menginjak dewasa lah. Kata teman saya “sebenarnya saya geli ketika jalan sambil menunduk di hadapan Lora, yang itu seusia sama dengan aku”.

Baca Juga:

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

UIN Adalah Universitas Paling Nanggung: Menjadi Sumber Rasa Malu, Serba Salah, dan Tidak Pernah Dipahami

Pasti dihormati, asal…

Saya mungkin setuju lah dengan menghormati kepada Lora-Lora ini, kalau dia ada ilmunya. Dan itu memang ada. Alasannya sederhana, karena dia sudah ikut jalur keilmuan ayahnya. Jadi di samping memang dia anak kiai, dia juga alim, bisa mengajar di pondoknya. Jadi patut lah santri memberikan rasa hormat.

Ada salah satu kiai bilang, “kalau melihat tingkah Lora yang tidak benar, jangan takut untuk menegurnya, karena itu akan menjadi penyakit hati.” Saya sangat setuju dengan pernyataan kiai ini. Karena kalau Lora itu sering mendapat perilaku manja dari banyak orang, dia akan terus arogan.

Ada jenis Lora yang tidak bertingkah gila. Tapi dia mungkin sadar pada dirinya, bahwa ia lagi pura-pura. Ya, tingkahnya yang seakan-akan sudah memiliki ilmu luas, tapi tidak pernah bicara tentang ilmu di hadapan para santri. Hanya mengandalkan muka lesu (yang dikatakan khusyuk oleh santri), dia sudah berhasil membuat para santri terpikat.

Jenis seperti ini bagi saya juga tidak kalah menjengkelkan. Karena tingkahnya yang sok banget, kadang kita hampir serba salah di mata dia. Padahal dia tidak mengerti sama sekali.

Jadi banyak jenis kelakuan, yang kadang bikin saya mau ketawa terbahak-bahak. Di sisi lain ada yang hampir membuat saya ingin menonjok mukanya. Dan yang saya paling jengkel bin heran, kenapa tidak ada orang atau santri yang berani untuk melaporkan tingkah lakunya Lora ini kepada bapaknya. Termasuk saya.

Penulis: Thoha Abil Qasim
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Katanya Jadi Anak Kiai Itu Enak, padahal Ada Nggak Enaknya Juga

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 21 Agustus 2025 oleh

Tags: Anak Kiaiilmu agamakiailoraPesantrenPondok Pesantren
Thoha Abil Qasim

Thoha Abil Qasim

ArtikelTerkait

tebuireng dipati wirabraja islamisasi lasem pondok pesantren ngajio sampek mati mojok

Pondok Pesantren Bukanlah Tempat Pembuangan Anak

19 Oktober 2021
Kenapa Kekerasan di Pondok Pesantren Tak Mudah Viral seperti Kekerasan di Sekolah?

Kenapa Kekerasan di Pondok Pesantren Tak Mudah Viral seperti Kekerasan di Sekolah?

15 Oktober 2023
Surat Keterangan Kelakuan Baik sebagai Syarat Pendaftaran Pesantren Itu Merupakan Birokrasi yag Ramashok terminal mojok

Surat Keterangan Kelakuan Baik sebagai Syarat Pendaftaran Pesantren Itu Merupakan Birokrasi yang Ramashok

10 Agustus 2021
Pengalaman Saya Menjadi Pegawai Pondok yang Upahnya Jauh di Bawah Penjaga Outlet Thai Tea

Pengalaman Saya Menjadi Pegawai Pondok yang Upahnya Jauh di Bawah Penjaga Outlet Thai Tea

16 Januari 2020
tebuireng dipati wirabraja islamisasi lasem pondok pesantren ngajio sampek mati mojok

Membedah Tagline ‘Mondok Sampek Rabi, Ngaji Sampek Mati’ Anak Pesantren

7 November 2020
Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Kediri UGM Fakultas Filsafat MOJOK.CO

UGM Punya Fakultas Filsafat, IAIN Kediri Punya Fakultas Ushuluddin dan Dakwah yang Lulusannya Sukses di Segala Bidang

23 Juli 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

15 Desember 2025
Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

16 Desember 2025
4 Rekomendasi Film Natal di Netflix yang Cocok Ditonton Bersama Keluarga Mojok

4 Rekomendasi Film Natal di Netflix yang Cocok Ditonton Bersama Keluarga

11 Desember 2025
Perbaikan Jalan di Lamongan Selatan Memang Layak Diapresiasi, tapi Jangan Selebrasi Dulu, Wahai Pemerintah Daerah!

Perbaikan Jalan di Lamongan Selatan Memang Layak Diapresiasi, tapi Jangan Selebrasi Dulu, Wahai Pemerintah Daerah!

13 Desember 2025
UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

15 Desember 2025
Drama Puskesmas yang Membuat Pasien Curiga dan Trauma (Unsplash)

Pengalaman Saya Melihat Langsung Pasien yang Malah Curiga dan Trauma ketika Berobat ke Puskesmas

14 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna
  • Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus
  • Raibnya Miliaran Dana Kalurahan di Bantul, Ada Penyelewengan
  • Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi
  • UNY Mengajarkan Kebebasan yang Gagal Saya Terjemahkan, sementara UAD Menyeret Saya Kembali ke Akal Sehat Menuju Kelulusan
  • Cerita Robet: Teknisi Yamaha Indonesia Ukir Prestasi di Ajang Dunia usai Adu Skill vs Teknisi Berbagai Negara

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.