Ojek Pangkalan Mempersulit Hidup Saya sebagai Perantau

Ojek Pangkalan Mempersulit Hidup Saya sebagai Perantau Mojok.co

Ojek Pangkalan Mempersulit Hidup Saya sebagai Perantau (unsplash.com)

Ojek pangkalan jumlahnya sedikit, tapi menguasai tempat-tempat strategis.

Saya jenis mahasiswa perantau yang sering bolak-balik kampung halaman. Saya biasanya merantau menggunakan bus atau pesawat terbang. Hanya dua transportasi itu yang memungkinkan. Maklum, tanah kelahiran saya ada jauh di luar pulau Jawa.  

Setiap kali mudik saya memerlukan biaya yang cukup besar. Itu mengapa saya ketat dalam perencanaan biaya mudik supaya kantong tidak jebol. Termasuk dalam menentukan biaya transportasi. 

Selama ini saya tidak terlalu bermasalah ketika mudik menggunakan pesawat atau bus. Memang sih biayanya besar, tapi saya jarang mendapat harga tiket yang tidak sesuai dengan fasilitasnya. Sepanjang perjalanan pun saya bisa istirahat dengan nyaman. 

Permasalahan biasanya muncul ketika turun dari pesawat atau bus. Saya harus melanjutkan perjalanan dengan jenis transportasi lain untuk sampai ke tujuan. Sebenarnya saya senang menggunakan ojek online (ojol). Sayangnya di bandara atau terminal, jasa kendaraan online tidak diperbolehkan masuk. Kawasan tersebut dikuasai oleh ojek pangkalan. 

Baca halaman selanjutnya: Ojek pangkalan …

Ojek pangkalan merepotkan 

Konsumen yang menggunakan jasa transportasi pasti memilih fasilitas dengan harga terbaik. Begitu juga saya. Saya lebih memilih ojol karena harganya yang lebih pasti. Sudah dijelaskan sebelumnya ya, perkara biaya mudik saya memang agak ketat supaya biaya tidak membengkak. Saya juga merasa lebih aman dan nyaman dengan teknologi yang diterapkan ojol. 

Sayangnya, fasilitas-fasilitas publik seperti bandara, stasiun, atau terminal selalu dikuasai oleh ojek pangkalan. Ojol tidak diperbolehkan menjemput pelanggan di dekat bandara, terminal, atau stasiun. Tujuannya, agar jasa ojek pangkalan tetap laku. 

Saya salah satu korban praktek itu. Saya harus berjalan cukup jauh agar ojol bisa menjemput saya. Kurang lebih 1 kilometer saya harus berjalan setelah menempuh perjalanan yang panjang. Benar-benar melelahkan. Kasus lain, sopir ojol melepas identitas apapun yang menunjukkan dirinya sopir ojek online ketika menjemput customer di daerah-daerah rawan tadi.  

Sama-sama mengais rezeki

Saya memahami, ojek pangkalan menguasai kawasan-kawasan tertentu supaya tetap mendapat pelanggan agar rezeki terus mengalir. Namun, kalau dipikir-pikir, ojol yang menjemput pelanggan di stasiun, bandara, atau terminal sebenarnya juga cuma mengais rezeki. Jadi, janganlah saling menghalangi rezeki orang lain. Kalau begini caranya, pelanggan justru yang merugi dan citra pangkalan ojek menjadi lebih buruk lagi. 

Kalau saya boleh menyarankan, ojek pangkalan perlu berbenah terlebih dahulu untuk bersaing dengan ojol. Salah satunya, tarif ojek. Pelanggan selama ini menghindari ojek pangkalan karena harganya yang tidak berdasar standar. Mungkin mereka  bisa membuat standar tarif terlebih dahulu supaya pelanggan kembali melirik jasanya. Setelahnya baru memperbaiki hal-hal lain yang kerap dikeluhkan seperti keamanan dan kenyamanan. 

Di sisi lain, pengelola fasilitas publik seharusnya mengambil tindakan tegas terhadap jasa apapun, baik ojek pangkalan atau ojek online, yang mengurangi kenyamanan. Lho, ojol bisa mengurangi kenyamanan? Tentu saja, tidak jarang kita lihat beberapa titik macet parah karena menjadi tempat menunggu ojol menjemput penumpang. Nah, hal-hal yang seperti ini yang perlu ditegaskan kembali. 

Penulis: Diaz Robigo
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA Rahasia Tukang Ojek Pengkolan Mengalahkan Ojek Online

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version