Ketika memory card PlayStation 2 hilang di tongkrongan rental PS, itu berarti hubungan pertemanan akan renggang sebelum memory card tersebut ditemukan. Ketika menu PlayStation hanya muter-muter di bagian awal dan nggak beranjak masuk ke dalam gim, galaunya melebihi ketika chat nggak dibalas-balas si dia.
Jika kalian pernah merasakan hal yang sama, berarti kita hidup dalam jaman yang sama. Jaman di mana rental PS masih menjamur sebelum hadirnya warnet.
Jaman memang selalu berputar, silih berganti menjatuhkan dan dijatuhkan. Warnet memang kini telah dijatuhkan oleh ponsel pintar dan laptop yang lebih efisien di jaman sekarang. Pun, warnet juga pernah menjatuhkan. Ia menjatuhkan rental PS yang pernah berjaya pada jamannya. Di mana para ibu silih berganti menjewer anaknya, kala dua ribu untuk satu jam terasa berat dan memory card 64 MB dirasa luar biasa menggambarkan perkembangan jaman. Juga, PS pernah menjatuhkan Dingdong dan SEGA, di mana ketika itu, para manusia antre di depan bilik gim untuk mengalahkan M. Bison di Street Fighter II.
Berbicara tentang PS 2, masih terdengar riuh di telinga kala kawan-kawan berteriak waaa. yaaah, edaaan, aseeem, sebelum kata umpatan datang di bilik warnet. Juga, masih lekat di ingatan ketika salah satu kawan berkata seperti ini, “Uedan! 64 MB harganya 150 ribu dia mampu beli! Horang kayaaa. Ukuran segitu bisa nyimpen 15-an save-save-an gim!” Padahal kapasitas segitu kini nyimpen satu gim Mobile Legend saja sudah menjerit-jerit.
Beberapa rental PS di dekat kompleks pun menjadi idola tanpa disadari. Menyimpan beberapa kepingan CD gim sebelum semua bisa dimuat dalam hard disk. Memesan gim pun penuh pertaruhan, entah karena sulit mencari yang bajakan atau bagaimana, tiap rental hanya memiliki satu keping CD gim yang laris manis dimainkan. Apa pun jenis permainannya. Gim olah raga, misalkan dengan Downhill sebagai perwakilan, banyak dikira orang (salah satunya saya) yang mengira bahwa ini adalah saga dari Silent Hill yang masuk lebih dahulu di rental PS dekat kompleks saya.
Silent Hill merupakan sebuah gim aksi dan horror yang begitu memesona pada saat itu. Sedangkan Downhill, bagai dua mata uang, adalah gim aksi olahraga yang begitu cepat mengambil hati para penikmatnya. Gim ini adalah adaptasi sempurna dari olahraga downhill. Bedanya, aksi yang terselip di gim ini kadang bikin ngeri. Bayangkan saja, kamu disuruh menuruni gunung sembari bersaing menjadi nomer satu dan bisa menggunakan cara-cara licik seperti melempar player lain dengan telur atau menendang sepedanya.
Andalan saya dan beberapa kawan jelas T-Bag karena jurus “skidipapap” dengan sepeda yang nyeleneh tapi keren. Siapa yang urunan paling banyak, maka orang itu yang boleh memakai T-Bag. Sesederhana itu. Tapi jelas jika urusan skill, T-Bag kalah jauh dengan player-player lain yang bisa di-unlock dengan menjalankan misi. Ah, persetan dengan skill, pada saat itu yang paling keren lah yang menjadi pilihan. Ingat dengan kode ini R1 + R2 + L1 + L2 + segi tiga secara bersamaan? Ayolah, kita harus berpelukan.
Rental PS juga merupakan sebuah tempat bernyanyi yang khusyuk
“Ooow… ow… ow… cicalomen,” yang jelas merujuk kepada lagunya Guns ‘N’ Roses yang judulnya “Sweet Child O’ Mine”. Ketika kawan-kawan kuliah punya cerita indah bahwa pertemuan mereka dengan band-band keren itu turun temurun dari ayah atau kakeknya, saya malah dapat semua referensi ini dari gim Guitar Hero II yang menyapa pada medio 2007. Band-band keren dengan lagunya seperti Deep Purple dengan “Smoke on the Water”, The Police dengan “Message in a Bottle”, hingga Black Sabbath dengan “War Pigs” saya tahu dari gim.
Ketika mereka punya jagoan-jagoan wahid dalam bermusik seperti Kurt Cobain, James Hetfield, Slash, atau Axl Rose, saya pun punya, yakni Johnny Napalm, Izzy Sparks, Eddie Knox, dan Grim Ripper yang notabene mereka semua itu adalah tokoh fiksi dalam gim Guitar Hero. Dalam titik tersebut, saya nggak bisa membedakan apakah Johnny Napalm ini tokoh fiksi atau sungguhan dan lagu “Godzilla” karya Blue Oyster Cult ini adalah lagu paling geram yang amarahnya sampai ke bass.
Rental PS adalah tempat paling seru yang pernah saya temui, tentunya jika ada gim Dynasty Warrior di dalamnya. Walau sampai saat ini saya nggak paham ini gim ngapain, yang jelas gim bertemakan hack and slash ini wajib ada untuk gayeng-gayengan. Jujur saja ketika main One Piece Pirates Warriors 4 di PC yang bertemakan sama, nggak gayeng blas. Justru memori saya langsung keinget sosok Lu Bu yang membawa tongkat dan naik kuda. Sensasi ketika melawan Lu Bu, nggak pernah saya dapatkan ketika bermain One Piece Pirates Warriors 4 walau developernya sama. Jika nggak salah, waktu itu seri Dynasty Warriors yang jadi idaman adalah Dynasty Warriors Bupati Klaten, eh, maksud saya Dynasty Warrior 2.
Walau aneh dan terkesan berlebihan, bagaimanapun saya tumbuh dalam perkembangan tongkrongan yang kebanyakan berisi anak-anak nakal. Rental PS 2 dekat kompleks saya contohnya. Tumbuh kembang dalam gim kekerasan seperti GTA dan Bully, memang tidak bisa dipisahkan. Rockstar menggarap Bully sama seperti GTA walau memakai latar dunia sekolah melalui tokoh Jimmy Hopkins yang nakalnya ngaudubillah. Barangkali banyak gim bertemakan open world yang keren di jaman ini, namun ketika tahun 2006, gim ini memberikan fitur-fitur yang nggak pernah dibayangkan oleh anak SD dan SMP pada saat itu, yakni berciuman dan mem-bully orang.
Anehnya, memainkan dunia gim yang keras tanpa campur tangan sensor-sensor unch ala KPI, kami bisa memilah sendiri mana yang baik dan mana yang buruk. Tidak pernah tuh tebersit dalam pikiran untuk menembak seseorang atau membajak kereta sembarangan seperti GTA. Kemudian ada pembatasan seks edukasi Dokter Boyke harus di atas jam 10 malam? Ayolah. Bahkan kami sempat main gim 7 Sins dan Leisure Suit Larry sesuka hati kami, kapan pun kami mau. Asal bayar dua ribu untuk satu jam.
Makin bertambah usia, selera konsumsi gim kian stagnan ke arah PES atau WE. Dalam masa ini, mereka mulai membentuk dan memupuk rasa cinta kepada klub bola favorit masing-masing. Jaman itu, percaya atau tidak, klub-klub Italia mendominasi untuk setidaknya dipakai untuk bermain. Milan dan Inter adalah pujangga yang selalu memesona. Arsenal, Barca, Madrid, dan Man. United adalah katarsisnya. Chelsea mulai ada sedangkan Liverpool selalu ada walau hanya beberapa. Man. City? Ada, bagi mereka yang salah pencet ketika hendak memilih Man. Red, malah kepencet Man. Blue. Atau mereka yang hendak memilih Chelsea tapi salah pilih karena sama-sama logonya biru.
Di jaman ini, belum ada istilah Wibu yang memojokkan. Juga, rasanya fine-fine saja ketika menyukai manga mainstream seperti Naruto dan One Piece. Ah, persetan, Law of Ueki dan Gash Bell pernah menjadi yang terbaik di hati saya. Muncul sebuah gim PS 2 yang menyatukan tiga kekuatan utama dalam tajuk Battle Stadium D.O.N (Dragon Ball, One Piece and Naruto). Dari sinilah lahir para teoretikus nguawur mengenai One Piece dan Naruto lahir. Sebelum tamat, banyak yang berasumsi bahwa Naruto akan membelot dari Konoha dan akan bergabung dengan Akatsuki.
Juga, para teoretikus ra nggenah yang tersebar seantero Facebook mengenai One Piece juga pasti sudah merasakan bermain gim ini. Melalui gim ini pula saya mempercayai bahwa Goku adalah kru selanjutnya dalam Kru Bajak Laut Topi Jerami. Ya, saya tahu, itu adalah dosa besar bagi penggemar kedua belah pihak. Gim ini bertemakan fighting 1 vs 1 yang sangat seru. Kita bisa memakai tokoh-tokoh tiga manga ini mulai dari Boo, Chopper hingga Rock Lee. Ketika para fans Street Fighter sudah mulai beristri dan King of Fighter tidak mampu menyaingi kedigdayaan Sony, datangnya Naruto Shippuden Ultimate Ninja Fight dan Mortal Kombat menggeser hegemoni gim fighting menuju ke arah monopoli konsol PS 2.
Sebenarnya, nggak adil jika tidak menyebutkan gim tembak-tembakan seperti Black yang dapat kamu temukan senjata-senjata semisal Walter 2000 Sniper Rifle, FN P90, Colt M-16, M203 Grenade Launcher. Gim yang bakalan selalu laris di rentalan. Kamu harus bersaing dengan mas-mas anak SMA atau kuliahan jika ingin mencicipi bagaimana licinnya Lennox si pemimpin Seventh Wave.
Juga gim-gim yang jarang dipesan di rentalan juga selalu ada. Contohnya adalah Harvest Moon: A Wonderful Life yang bisa menemukan yeti bernama Muku-Muku di dekat air terjun desa ketika Winter. Atau Innocent Life: A Futuristic Harvest Moon di mana kamu memainkan sebuah gim farming simulation dengan gaya kekinian di mana robot dan mesin berpadu dengan epik.
Tak akan pernah ada tempat yang tepat untuk memasukkan semua nama gim yang pernah menghiasi betapa jayanya rentalan PS 2 saat itu. Juga, tak adil rasanya jika mengurutkan secara hierarki gim-gim di mulai dari yang terburuk hingga terbaik. Seburuk-buruknya yang terburuk, selalu menyimpan kenangan manis entah berupa celetukan kawan yang emosi dan nyesel main gim tersebut (ya, jatah ganti gim hanya 3 kali) atau angop superombo karena mengantuk. Semua ada cerita, begitu juga dengamu. Bagaimana? Mau bercerita tentang gim favoritmu dan kenangan manis di dalamnya di kolom komentar di bawah? Tentu saya persilakan.
BACA JUGA Lima Kenangan Anak 90-an Bermain Playstation atau tulisan Gusti Aditya lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.