Beberapa waktu lalu saya dan ibu video call untuk sekadar berbagi cerita dan saling bertanya kabar. Ibu adalah guru di suatu sekolah di Kabupaten Bogor. Dan mengajar di kelas, di depan para muridnya, sudah jadi passion beliau.
“Bu, Ibu sekarang gimana ngajarnya?” tanya saya.
“Ya Ibu ngajar dari rumah, lah. Cuma aksesnya terbatas, karena nggak semua murid di sekolah punya teknologi yang menunjang belajar dari rumah. Ibu maksimalin WhatsApp aja lah jadinya. Yang penting anak-anak masih bisa belajar walaupun dalam keterbatasan,” jawab ibu sekaligus menyampaikan keresahannya.
“Lha, terus nilainya gimana?”
“Sebelum belajar dari rumah kan Ibu udah punya rekapan nilai, ini untuk beberapa nilai tambahan yang menyesuaikan kurikulum.”
Setelah ngobrol cukup lama dan ngalor-ngidul, akhirnya saya iseng nanya sama ibu.
“Bu, kangen ngajar di kelas, nggak? Apa yang ibu kangenin?”
“Ya Ibu kangen ngajar di kelas, tapi mau gimana lagi. Lagi ada virus corona gini mana bisa Ibu ngajar. Ibu kangen suasana kelas, kangen murid-murid Ibu, dan kangen lihat ekspresi para murid Ibu ketika mereka kaget ditanya dadakan. Pokoknya banyak, Mas.”
Ibu memang suka jail ketika mengajar. Kadang sok-sok galak, tiba-tiba marah padahal bercanda, dan lain sebagainya. Ibu melakukan hal tersebut untuk mencairkan suasana saat kegiatan belajar mengajar di kelas. Biar nggak tegang banget dan kegiatan belajar di kelas menjadi menyenangkan. Begitu harapan Ibu.
Percakapan soal jailnya ibu sebagai seorang guru mengingatkan saya kepada beberapa momen saat sekolah dulu. Ada kejadian yang bikin deg-degan satu kelas, selama guru mengajar. Bisa melalui pertanyaan, pernyataan, atau sikap seorang guru saat mengajar. Hitung-hitung sekalian nostalgia, sini biar saya ingatkan apa aja yang bikin suasana kelas jadi ngeri-ngeri sedap saat seorang guru mengeluarkan kalimat pamungkasnya.
#1 Pertanyaan, “Ada yang mau bertanya, nggak? Kalau nggak ada, Ibu/Bapak yang nanya, ya?”
Suasana kelas yang tadinya ribut dan ramai, bisa jadi langsung hening karena hal ini. Pada waktu yang berasamaan, semua murid sebisa mungkin tidak melakukan kontak mata dengan ibu/bapak guru. Kalau sampai melakukan kontak mata, habislah. Besar kemungkinan akan diminta jawab. Kalau ngerti ya pede, kalau nggak ngerti, ya melongo. Siap-siap ditanya balik, “Selama Ibu/Bapak jelasin, tadi meratiin, ndak?”
Nah, lho. Kalau udah begini, mending nanya aja, deh. Walaupun kadang ya setelah bertanya, akan ditanya balik oleh guru yang mengajar, sih. Kuncinya ya harus paham sama mata pelajarannya. Hehehe.
#2 Baru masuk kelas terus langsung bilang, “Keluarkan kertas dan pulpennya, kita langsung ulangan, ya!”
Ini masuk ke dalam kategori pernyataan yang bikin bingung sekaligus panik. Lha, nggak ada persiapan sama sekali, nggak diinfoin sebelumnya, tahu-tahu langsung ulangan. Betul-betul mau ngetes memori, pemahaman, sekaligus memastikan apakah murid belajar secara rutin di rumah setiap harinya.
Nggak heran kalau dihadapkan dengan situasi seperti ini, yang dapat nilai bagus, yang betul-betul paham dan rajin belajarnya. Kalau yang ogah-ogahan kayak saya, dapat nilai 60 dari 100 aja udah syukur. Bisa ngelus dada sambil ngatain temen yang nilainya kurang lebih sama, “Mangkanya, belajar!”
#3 Ada guru mata pelajaran yang lagi nggak masuk, terus guru lain bilang, “Tapi ada tugas buat kalian, ya”
Istilah, “Nggak ada yang didapat secara cuma-cuma” betul-betul menggambarkan bagaimana situasi ketika guru tidak mengajar karena suatu halangan, eh, terus muridnya dikasih tugas seabreg-abreg. Dalam situasi tersebut, banyak murid yang kadung meluapkan kegembiraannya di kelas dan berkhayal bisa main, bercanda, atau nongkrong di kantin meski hanya sebentar. Tanpa diduga, ternyata guru lain sudah diberi mandat untuk menyampaikan ada tugas yang harus dikerjakan oleh para murid, dan wajib dikumpulkan pada akhir mata pelajaran tersebut.
Nah, loh. Mamam.
Kalau sudah seperti itu, boro-boro mau leha-leha atau jajan sekaligus nongkrong di kantin. Yang ada malah belajar kelompok. Tapi, kelompoknya satu kelas. Maksudnya, yang ngerjain cuma satu atau beberapa orang, sisanya tinggal menyalin jawaban.
BACA JUGA Jangan Ngerasa Repot kalau Orang Tua Minta Diajarin Main Gadget dan tulisan Seto Wicaksono lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.