Kuliner Banyumas Nopia mirip dengan Bakpia dari Jogja. Sayangnya kalah terkenal.
Kuliner Banyumas tidak hanya Soto Sokaraja yang yang terkenal dengan kuahnya yang segar. Kabupaten di Jawa Tengah ini punya banyak kuliner khas lain. Salah satunya, nopia.
Kalau mendengar namanya, sekilas gambaran yang terlintas di kepala adalah camilan semacam bakpao ya. Padahal nopia jauh dari itu. Nopia mirip dengan kue kering dengan tekstur keras dan isian dari gula berwarna cokelat.
Saat ini Nopia mungkin sulit ditemukan. Namun, di zaman dahulu, camilan yang satu ini tidak pernah absen saat Lebaran. Bahkan, di rumah saya, camilan ini menjadi paling favorit mengalahkan kue kering lain semacam nastar dan putri salju.
Nopia bentuknya serupa bakpia, rasanya jauh berbeda
Dilihat dari bentuknya, camilan khas Banyumas ini mirip dengan bakpia yang ternama itu. Betulan mirip saya nggak bohong. Ukuran pas di mulut, warna putih, bahkan hingga sisi-sisi yang biasanya gosong bekas panggangan.
Akan tetapi, dari sisi rasa, nopia jelas berbeda dengan bakpia. Bakpia identik dengan isian kacang-kacangan. Sementara nopia hanya berisi gula saja. Perbedaan lain terletak dari teksturnya. Nopia lebih keras daripada bakpia yang lembut seperti kue.
Walau teksturnya keras, camilan yang satu ini banyak digemari oleh simbah-simbah lho. Mungkin karena panganan ini sudah ada sejak lama di Banyumas ya, jadi banyak orang tua ingin bernostalgia. Mereka kerap menyebutkan dengan “ndok gluduk” karena teksturnya yang keras dan alot.
Akan tetapi, makanan ini kurang populer di kalangan anak muda. Mungkin selain mulai langka, anak muda kurang menyukai dengan bentuk dan rasanya yang begitu-begitu saja. Inovasi-inovasi isian atau bentuk nopia belum begitu dikenal banyak orang.
Rasanya otentik, cocok jadi oleh-oleh
Sebenarnya rasa yang begitu-begitu saja justru menjadi daya pikat camilan ini. Nopia terkensan otentik dari segi rasa dan cara pembuatannya. Asal tahu saja, kebanyakan nopia yang ada dipasaran saat ini diproduksi secara secara tradisional dan rumahan.
Panganan yang satu ini terbuat dari kulit dan isian. Adonan kulit terbuat dari terigu, susu, dan margarin. Sedangkan isinya dari terigu, susu, gula merah, gula pasir, margarin, minyak nabati atau mentega. Setelah dibentuk, nopia dipanggang di atas bara api menggunakan wadah khusus.
Camilan yang satu ini tidak menggunakan pengawet, tapi bisa bertahan lama. Setidaknya nopia bisa bertahan hingga tiga bulan. Bukankah camilan khas Banyumas ini cocok dijadikan oleh-oleh? Apalagi harganya cukup terjangkau. Di toko online, harganya sekitar belasan ribu rupiah saja untuk satu bungkus berukuran 100 gram.
Itulah nopia dari Banyumas yang sering dianggap kembarannya bakpia. Meskipun sama, tapi rasanya berbeda banget lho. Sesekali boleh dicoba kalau ke Banyumas. Biasanya camilan ini bisa ditemukan di pasar tradisional atau toko oleh-oleh.
Penulis: Wulan Maulina
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Mencicipi Pecel Pawon Mbah Minah, Kuliner Blora yang Viral karena Jualan Langsung di Dapur
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.