Anak-anak zaman now mungkin akan mengernyitkan dahi ketika mendengar nama Nokia. Maklum saja, mengingat gaung brand handphone asal Finlandia ini sudah lama tak muncul ke permukaan. Meskipun demikian, nama Nokia tetap tidak bisa dilupakan atau diabaikan begitu saja.
Pada dekade 2000-an, ia merupakan penguasa yang tak tergulingkan di pasar-pasar handphone tanah air. Dengan dominasinya tersebut, tak heran bila kemudian banyak orang yang memiliki handphone bermerek Nokia pada saat itu. Termasuk saya sendiri.
Setidaknya, saya pernah memiliki tiga model handphone keluaran Nokia. Dari ketiga model tersebut, Nokia 5130 XpressMusic menjadi favorit saya. Bahkan bila disandingkan dengan handphone yang saya miliki sekarang, ia tetap menjadi yang terbaik.
Pertemuan saya dengan Nokia 5130 XpressMusic bermula pada 2009. Pada saat itu, saya ingin membeli handphone yang memiliki kamera. Selain untuk berkomunikasi, handphone tersebut ingin saya gunakan sebagai penunjang gaya hidup.
Di lingkungan pergaulan terdahulu, saya mungkin bisa dibilang telat dalam memiliki handphone berkamera. Untungnya, penggunaan handphone pada saat saya masih duduk di bangku MTs belum semasif sekarang. Jadi, saya tidak bisa dikatakan kudet sama sekali.
Awalnya, saya ingin membeli Nokia 5310 XpressMusic. Namun, kondisi keuangan orang tua pada saat itu tidak begitu mendukung. Setelah melalui pergumulan batin yang kuat serta panjang, saya memutuskan untuk menurunkan kadar ego pribadi.
Pada akhirnya, saya memutuskan untuk memboyong Nokia 5130 XpressMusic. Meskipun tidak secanggih atau semolek model 5310, lambat laun saya mulai bisa mencintainya. Perlahan, hidup saya menjadi indah bersamanya.
Bila dibandingkan dengan seri 5310, Nokia 5130 XpressMusic ini memiliki bodi yang lebih padat alias berisi. Pada bagian bodi samping, terdapat beberapa tombol yang bisa digunakan untuk mengatur tingkat kekerasan suara maupun lagu yang ingin dimainkan. Selain itu, ada semacam slot untuk memasukkan SD Card.
Satu hal yang membuat saya benar-benar jatuh cinta kepada Nokia 5130 XpressMusic adalah kualitas output audionya. Hingga saat ini, saya belum lagi menemukan handphone yang kualitas output audionya sejernih atau semantap Nokia 5130 XpressMusic.
Ketika musik diputar, lubang audio yang terletak di bagian casing belakang akan mengeluarkan suara yang teramat keras. Bahkan ketika saya menyetel lagu dalam volume yang terbilang cukup rendah saja, suaranya masih bisa didengar dari jarak beberapa meter. Benar-benar sangat memanjakan penikmat musik seperti saya.
Di samping itu, terdapat semacam lampu yang menyala kedap-kedip pada bagian bodi samping ketika musik dimainkan. Rasanya seperti saya berada di sebuah pesta atau klub. Alasan ini kemudian semakin menguatkan cinta saya akan Nokia 5130 XpressMusic.
Meskipun kapasitas maksimal SD Card yang diterimanya hanya sampai 2 GB saja, Nokia 5130 XpressMusic ini tetap terasa yahud untuk diisi pelbagai game. Biasanya sih saya mengisinya dengan game sepakbola seperti Real Football atau PES.
Di samping itu, tampilan temanya bisa diganti sesuka hati. Bisa itu berupa anime, klub sepakbola, atau lainnya. Untuk mengunduh serta mengganti tema yang diinginkan, saya mengandalkan situs zedge.net.
Sayangnya, kebersamaan saya dengan Nokia 5130 XpressMusic tidak berlangsung lama. Pada 2012 silam, handphone tersebut hilang entah di mana. Saya baru menyadarinya ketika telah turun dari angkot.
Hingga saat ini, saya sendiri masih bingung dengan kehilangan tersebut. Sebelum handphone tersebut menghilang dari kantong celana, posisi saya sendiri berada di kursi samping pengemudi angkot alias kursi depan. Di samping itu, suasana di dalam angkot juga bisa dikatakan relatif sepi.
Meskipun demikian, saya tidak mau berprasangka buruk dalam hal ini. Mungkin saja handphone Nokia 5130 XpressMusic tersebut jatuh di suatu tempat. Kemudian saya tak menyadari hal tersebut hingga saya tiba di rumah.
Itulah sekelumit roman picisan saya bersama Nokia 5130 XpressMusic. Ia adalah salah satu harta paling berharga yang pernah saya miliki. Jasadnya boleh saja lesap dari hadapan saya. Tetapi, jiwanya akan selalu abadi di hati saya.
BACA JUGA Mengenang Waptrick, Situs Serbaguna dan Andalan pada Masanya dan tulisan Muhammad Fariz Kurniawan lainnya.